PROLOG

19.3K 1.4K 365
                                    

Judul : Wickedness

Publish : 26-06-2022
repost 17-09-2022

Sekuel 910.
Alangkah lebih baiknya baca 910 terlebih dahulu. Ini wajib sih :)

Happy reading!

PROLOG

"Kok golongan darah Abang beda sendiri, Ma?" tanya Laksana sedih pada Megin lantaran golongan darahnya tidak sama dengan Megin mau pun Gibran. Padahal Jaeden dan Jeanna sama dengan Gibran.

Laksana tahu ketika mereka tes darah untuk cek kesehatan, Laksana melihat surat hasil tes itu dan menyamakan golongan darah yang ada. Ternyata golongan darah yang ia miliki tidak sama dengan Megin mau pun Gibran. Hal itu yang membuatnya terus kepikiran dan sedih, akhirnya ia pun menanyakan hal itu karena tidak menemukan jawaban.

Megin tersenyum hangat dan mengusap puncak kepala Laksana lembut. "Golongan darah Abang nggak sama kayak Mama Papa nggak papa. Nggak semua anak golongan darahnya sama kayak orang tuanya. Kenapa Abang mempertanyakan itu?"

"Abang anak Mama sama Papa, kan?"

Gibran yang mendengar itu lantas meminta Laksana untuk duduk di sampingnya. Laksana pun melakukan yang Gibran perintah dan menatapnya polos.

"Abang kenapa ngomong begitu?" tanya Gibran sambil mengusap rambut Laksana dan menatapnya cukup lembut. "Abang itu anak Mama sama Papa. Bukan berarti golongan darah berbeda, Abang bukan anak kami. Kakek juga golongan darahnya AB–, berarti Abang samaan sama kakek," terang Gibran agar Laksana mengerti dan tidak menanyakan hal yang macam-macam.

"Ooh, jadi begitu, Pa?" Laksana mengangguk mengerti.

"Iyaa, Sayang. Jangan tanya-tanya begitu lagi, ya? Liat, Mama jadi sedih." Gibran mengalihkan perhatiannya ke Megin, Laksana pun melakukan hal yang sama. Megin tersenyum, namun Laksana dapat melihat jika senyuman itu bukanlah senyuman kebahagiaan seperti yang biasa mamanya tunjukkan. Seperti ada rasa sakit yang mamanya pendam.

Laksana lantas menggeser duduknya mendekati Megin dan memeluknya erat.

"Mama, maafin Abang, ya? Abang janji deh nggak akan tanya begini lagi. Orang tua Abang itu, ya, Mama Megin sama Papa Gibran. Selamanya ...."

Gibran mendekat, mengacak puncak kepala Laksana dan mencium dahi Megin.

Laksana Bumi Senandika. Anak yang Megin lahirkan di dalam penjara itu kini sudah besar. Usianya sepuluh tahun sekarang. Megin sangat bersyukur karena sifatnya tidak jauh berbeda seperti Gibran. Lembut, penuh kasih sayang, pengertian, dan ramah. Namun, tetap saja hal dalam diri Madhavi mengalir di diri Laksana. Seperti kepandaiannya dalam bermusik, Laksana menuruni bakat itu. Laksana menyukai musik. Bahkan Laksana ikut les musik karena ia sangat menyukainya.

Mau bagaimana pun, secara biologis Laksana adalah anak kandung Madhavi.

Namun, bagaimana pun caranya. Megin tidak akan membiarkan Laksana tahu siapa itu ayah kandungnya.

Cukup Gibran dan hanya Gibran.

-WICKEDNESS-

[PROLOGNYA MASIH SAMA YA GAES YA]

Heyo gimana prolognya? Suka nggak?

Lanjut nggak nih?

Ayo komment biar aku tau seberapa antusias kalian!

Spam next di sini!

Spam "Laksana" biar nggak lupa!

WICKEDNESS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang