Epilogue 1

217 39 7
                                    

Namamu di sujudku
Tak ragu mencintaimu
Harap ku menua bersamamu, ho-oh
Harap ku menua bersamamu.

(Play audio ya)

.
.
.
.
.

Tidak lama berselang dari kedatangan Fajar, Opik dan Aji waktu itu, rombongan keluarga Fajar pun secara resmi melamar Atta. Berkat dorongan seluruh keluarga dan sahabat keduanya, prosesi itupun tidak lagi menunggu waktu lama. Begitupun kata sepakat yang didapat dua keluarga di acara lamaran hari itu. Bahwa akad nikah akan diadakan di kediaman Atta di Surabaya dan resepsi akan diadakan di dua tempat. Kesepakatan terakhir tentang resepsi yang sejujurnya malah kurang disetujui oleh sang calon mempelai.

"Fajar sama Atta rencananya mau gimana ini acaranya? Udah ada omongan dimana mau akad sama resepsi?" Salah satu Om nya Atta yang hari itu jadi jubir keluarga memulai diskusi setelah acara tukar cincin dan makan - makan selesai.
Mendapat pertanyaan seperti itu keduanya justru terkejut, saling tatap sesaat kemudian sama - sama tersenyum tanpa bisa menjawab.

"Balikan aja udah syukur ini Om. Masih berasa mimpi mungkin kayaknya sampe bisa lamaran." Suara berat Yogi lalu disambut tawa semua yang hadir.

"Belum kepikiran Om. Hehehe." Jawab Fajar akhirnya. Sementara Atta yang duduk tak jauh dari Fajar ikut mengiyakan dalam anggukan.

"Bagusnya ndak usah lama ya Bu jeda antara lamaran sama hari H nya. Yang baik ya bagusnya disegerakan saja." Ucap Ibunya Atta menatap Mamah Arini, calon besan beliau.

"Saya setuju. Mereka kan nunggunya udah lama ya Bu ya." Sahut beliau lalu melirik Atta dan Fajar bergantian.

"Gimana kalau calon manten ini kita kasih waktu diskusi dulu aja Bapak dan Ibu? Biar kita denger apa maunya. Kan ini buat sekali seumur hidup ya, mungkin mereka berdua punya nikahan impian." Timpal Opik.

.
.
.
.
.
.
.

Usul Opik akhirnya membuat Fajar dan Atta duduk berdua di taman belakang rumah Atta sore itu.

Sudah lima menit berlalu dan dua calon pengantin itu masih betah diam menikmati suara gemericik air di kolam ikan koi kesayangan Bapaknya Atta.

"Kita disuruh diskusi lo, malah nontonin koi." Mulai Atta sambil menatap Fajar yang hari itu tampan dalam setelan batiknya. Batik yang motifnya sama dengan rok kebaya yang Atta pakai. Baju couple pertama hadiah dari Intan dan Aji. Jadi harap dimaklumi warna dan motifnya yang agak mencolok dan minta diperhatikan. Fajar dan Atta benar-benar tidak tahu seperti apa wujud baju ini sampai H-1 lamaran tiba.

Fajar balas menatap Atta lalu tertawa. Dan seperti dulu, wajah ceria yang sedang tertawa sampai matanya melengkung seperti bulan sabit itu mampu membuat Atta juga ikut tersenyum.

"Aku ingat yang tadi Koko bilang. Hari ini tu kayak mimpi." Ucap Fajar jujur.

"Tapi nggak mimpi. Alhamdulillah beneran. Ada keluarga aku disini. Kamu di depan aku. Kita pake baju kembaran walaupun jreng pisan gini. Dasar sarkutet." Lanjut Fajar dan keduanya kembali berbagi tawa. Dalam hati Atta setuju. Setelah semua yang mereka lewati, hari ini datang seperti mimpi. Atta lalu menatap cincin emas putih yang kini melingkar di jari manis kirinya. Cincin yang tadi dipasangkan Mamahnya Fajar.

"Merah biru kayak spiderman ya." Sebut Atta. Fajar lagi - lagi tertawa begitupun Atta.

"Mereka beneran bakalan setuju sama yang kita mau nggak sih?" Tanya Atta.

"Kok kamu nanyanya gitu?" Fajar malah bertanya balik.

"Ngerasa begitu aja. Emang kamu nggak?" Tanya Atta lagi.

[✔️] Infinity [YNWA AU]Where stories live. Discover now