11

265 56 39
                                    

Kini berpisah, sayang
Semoga kita bahagia

.
.
.
.
.
.
.
.

Rasanya Fajar sedang tidak siwer. Ia tadi pagi sempat sarapan dulu sebelum berangkat. Jadi pasti ia sedang tidak darah rendah juga sampai pusing lalu penglihatannya buram. Wajah itu benar Atta kan? Kalau bukan dia, Farah pastinya tidak harus menghindar secepat itu karena Fajarlah yang sedang bicara padanya dan bukan Opik. Atta saat ini ada di Bandung. Dan Farah bisa bisanya bertemu dia. Bolehkah ini disebut kebetulan? Tapi sejak kapan sih Fajar percaya seratus persen pada yang namanya kebetulan? Ataukah do'a Fajar tengah diijabah sang pencipta? Tapi kenapa dihati dan pikirannya jadi muncul pertanyaan sebanyak ini?

"Dek." Farah menepuk pelan lengan Fajar sampai si empunya kaget dan sadar dari lamunan panjangnya.

Fajar sepertinya sudah melewatkan bermenit - menit larut dalam badai otaknya sendiri. Samara yang rewel mendadak lenyap dari pikirannya. Fajar sampai tidak ngeh kapan persisnya Farah datang. Yang ia ingat tadi Mara diambil alih Abah lalu tak lama Opik dan Ibu datang. Sedangkan Fajar memilih menyepi ke teras belakang rumah Opik yang menghadap taman. Pandangannya menerawang, dipenuhi bayang wajah cantik yang tadi terkejut saat bertemu tatap dengannya. Ternyata menatap wajah itu sebentar saja sudah membuat Fajar terjebak kenangan seperti ini. Bisa bisanya ia malah menggeret Rosalinda dalam cerita ini. Fajar memang jahat.

"Makan yuk. Teteh dikasih bingkisan banyak banget dari hajatan tadi. Nanti kamu bawa pulang ya sebagian." Lanjut Farah. Ia seperti melihat wajah Fajar saat baru berpisah dengan Atta dulu. Wajah sedih dan pandangan menerawang itu lagi.

"Teteh juga tadi kaget. Waktu sampai sana yang nyamperin Atta. Pengantinnya itu ternyata sahabatnya dia waktu nge kos di Jakarta ceunah. Eva namanya." Farah menjeda sejenak.

"Kayaknya Eva teh kenal kamu juga yah? Soalnya dia teh juga kaget pas ketemu Teteh. Sebenernya kan emang bukan Teteh yang make up in. Tapi Gita mendadak sakit dan Teteh juga lagi disini, ya udah atuh Teteh yang gantiin."

Meskipun sejak tadi Fajar enggan buka mulut, Farah tahu adiknya itu ingin bertanya banyak. Farah juga merasa harus cerita semuanya tentang pertemuan tak terduga hari ini. Jika Farah saja kaget, bagaimana Fajar dan Atta? Sungguh Farah ingin sekali bertanya pada Atta. Tapi ia bisa melihat kalau Atta sedang tidak ingin membahas apapun tentang masa lalunya.

"Kabarnya gimana Teh?" Akhirnya si bungsu itu bertanya juga.

"Dia baik. Keluarganya juga baik. Atta udah kerja disana. Dan Atta udah kumpul lagi sama keluarganya." Jelas Farah.

"Alhamdulillah ya Teh." Fajar tersenyum lemah. Lega rasanya Atta sudah kembali pada keluarganya. Ini yang dulu Fajar sering bilang. Walaupun setelahnya Atta berubah sewot.

"Harusnya teh kamu nanya kabar dia dari dulu. Kalau tadi Teteh nggak ketemu juga akan begitu - begitu aja kan kamunya?"

'Iya, harusnya memang begitu Teh dari dulu. Bukannya hilang begitu aja terus mulai lupa sama janji yang dibuat sendiri'. Jawab Fajar dalam hati.

"Teteh nggak tau yah ini teh kabar baik atau enggak buat kamu. Atta tadi sama kagetnya waktu dia liat kamu. Karena itu Teteh ngejauh. Teteh liat dia nggak pingin bahas apapun soal kamu. Dia nggak nanyain kabar barudak, para ibu - ibunya juga. Teteh bisa paham rasanya teh kayak apa Dek. Mungkin sikap Atta tadi teh bisa jadi jawaban buat kamu." Jelas Farah sambil mengusap usap rambut Fajar yang sedikit berantakan.

[✔️] Infinity [YNWA AU]Where stories live. Discover now