8

45 15 0
                                    

Tanpa sepengetahuan Jungkook, Eunha memiliki tabungan sendiri dari hasil menenun. Bukan pelit; menurutnya, penting menyimpan uang terpisah dari tabungan pasangan karena sebuah keluarga harus punya 'cadangannya uang cadangan'. Beruntung, Eunha yang paham betapa kaya dirinya tidak suka menghambur-hamburkan uang, maka uang 'cadangan dari cadangan' itu pun aman di tangannya. Uang itu rencananya akan Eunha keluarkan untuk keperluan genting saat Jungkook tidak punya simpanan sama sekali.

Namun, gara-gara 'dikerjai' Tabib Kim, hari ini uang simpanan Eunha berkurang sebagian.

Kemarin, Eunha sudah menangis jelek di tempat Haseul, berkali-kali hampir mengatai Tabib Kim kalau tidak diingatkan Haseul akan pekanya telinga janin. Setelah puas, ia pun pulang dan kena marah Jungkook karena rumah belum dibereskan. Makanan pun belum siap. Eunha pasrah saja, mengerjakan tugasnya meskipun terlambat; toh cuma dimarahi, tidak dipukul.

"Mengapa matamu bengkak begitu?"

Kalau tidak sedang sangat kesal pada Tabib Kim, Eunha pasti senang karena Jungkook memperhatikannya walaupun tidak tampak peduli. Jungkook bahkan tidak menatapnya saat bertanya, sibuk mengunyah makan malam.

Eunha tidak menjawab karena malas dan kelelahan, tetapi Jungkook malah membentaknya.

"Kau dengar tidak pertanyaanku?"

"Dengar. Aku hanya tidak mau memberitahu."

"'Tidak mau memberitahu', katamu? Memangnya kau—"

Eunha tahu-tahu membanting mangkok nasi dan sumpitnya ke atas meja rendah. Untung mangkoknya tidak pecah; cuma ada beberapa butir nasi yang berceceran setelahnya.

"Memangnya kau pernah memberitahu apa yang membuatmu kasar begini, hah? Tidak, kan? Mengapa aku tidak boleh melakukan hal yang sama? Aku juga berhak punya rahasia, Jungkook!"

Tahu-tahu saja, air mata Eunha mengalir deras, apalagi ketika Jungkook mulai mengernyitkan dahi. Tangisan perempuan itu lebih diakibatkan ketakutan ketimbang sakit hati. Sebelum suaminya mengucapkan sesuatu yang melukai, Eunha tergesa keluar ruangan, tetapi keduluan Jungkook yang menutup pintu depan sehingga ia tidak bisa keluar rumah seperti niatnya semula. Dengan dingin, Jungkook menyuruhnya kembali ke ruang makan.

Bergeming, Eunha menatap suaminya nyalang, memancing Jungkook untuk menyeretnya ke ruang makan. Gara-gara ditarik mendadak begitu, Eunha tersandung kaki sendiri, memekik, tetapi tidak jatuh: Jungkook menangkapnya tepat waktu. Pria itu membopong dan mendudukkan Eunha di depan mangkok nasi yang tadi terabaikan, lalu lanjut menghabiskan nasinya sendiri.

Pada akhirnya, Eunha pun makan sambil menangis sunyi. Berbeda dengan sebelumnya, Jungkook mengabaikan. Mereka tak bicara sampai pagi berikutnya, ketika Jungkook berangkat ke sawah. Saat itulah, sembunyi-sembunyi, Eunha mengeluarkan tabungannya dan pergi ke pasar.

Kupikir aku tak akan mendaki lagi, dengus Eunha sambil menengok daging segar yang baru dibelinya. Dia masih ingat menyuruh si harimau berburu sendiri karena tidak akan lagi membawakan nasi saus daging. Siapa mengira Tabib Kim ternyata tidak sungguhan mampu memulihkan Jungkook dengan 'kumis curian' itu?

Omong-omong soal kumis curian, Eunha merasa berkewajiban meminta maaf pada si harimau memang karena hal itu. Lagi pula, dengan menyenangkan 'sahabatnya' menggunakan daging berukuran besar, siapa tahu kejengkelan Eunha pada Tabib Kim dan Jungkook dapat berkurang?

***

Satu lagi pendakian yang mudah membawa Eunha pada si harimau. Makhluk buas itu tumben sekali sudah berdiri di luar gua ketika Eunha datang, seakan-akan memang menunggu perempuan itu. Bisa jadi juga, dia sedang bersiap berburu. Semoga saja yang pertama; Eunha tidak mau dimangsa, apalagi bersama janinnya.

Tiger's Whisker ✅Where stories live. Discover now