30) The First Time (END)

Start from the beginning
                                    

"Anak basket yang lain udah pada pulang, sisa anak sekolah lain." Hansel menolehkan kepalanya ke belakang, ke tempat sekumpulan orang-orang dengan motor dan bendera bertuliskan identitas nama sekolah yang sudah dipastikan anak geng dari sekolah lain.

Ayna menganggukan kepala pelan, mewajarkan jika Hansel khawatir karena statusnya yang sama-sama siswa Smakta, terlebih dihadapkan dengan anak geng sekolah lain.

Hansel kemudian memarkirkan motornya di pinggir dan duduk di trotoar GOR. Tangannya terulur ke dalam saku untuk mengeluarkan dan memainkan ponsel.

Sangat canggung. Maka Ayna pun ikut duduk berjarak 1 meter di sebelahnya, kemudian berupaya sibuk memainkan ponsel agar tidak terlihat begitu canggung.

"Marcel kenapa gak dateng?" tanya Hansel yang membuat Ayna menoleh hingga saling berkontak mata.

Hahahaha sial, Ayna sudah tidak karuan lagi akibat kontak mata barusan.

Sekuat tenaga Ayna tetap menatap matanya agar tidak terlihat gugup. "Dia sibuk BEM, UKM, banyak lah pokoknya organisasi yang dia ikutin."

Hansel menganggukan kepala paham. "Dia psikologi UBB kan ya?"

"Iya."

"Kalo Kak Ayna?"

Ayna tidak akan pernah menyangka adik kelasnya itu akan menanyainya juga walaupun sekadar basa-basi atau justru formalitas, atau mungkin ingin menghindari suasana canggung dengan menciptakan obrolan. Apapun alasannya, hal itu lebih dari cukup untuk membuat Ayna merasakan kebahagiaan yang membuncah.

"Hukum UBB," jawab Ayna.

"Ohh, bareng Marcel dong," Hansel menganggukan kepala kemudian kembali fokus ke ponselnya.

"Iyaa, tapi gue jarang liat dia."

"Ohh, beda fakultas juga kan ya."

"Bener."

Entah sudah berapa ratus kali Ayna menyebut kata canggung dalam benaknya. Keadaan yang benar-benar tidak mengenakan. Tetapi, Ayna memakluminya karena memang ia dan Hansel tidak pernah mengobrol. Sebagai tipe orang yang pemalu di awal pertemuan, tentu saja Ayna merasa penderitaan yang luar biasa dalam situasi saat ini. Ayna ingin memberikan kesan bahwa ia bukanlah orang yang pemalu dan mampu membangun relasi dengan baik. Namun, nyatanya hal itu sangat sulit dilakukan, dibuktikan dengan Ayna yang sedari tadi sudah berusaha mencari topik perbincangan dan tidak kunjung menemukannya.

"Rencana mau kuliah di mana?" tanya Ayna sambil menoleh ke arahnya walau sulit untuk sekadar kontak mata, setelah menemukan topik basa-basi.

"Gatau. Tapi yang jelas, pengen ke UGM sih," jawabnya yang dibalas Ayna dengan "ohh."

Ayna memperhatikan sosok Hansel yang sudah tidak dilihatnya selama beberapa waktu yang kebetulan diberikan kesempatan untuk melihatnya secara dekat. Wajah pemuda di sampingnya tersebut terlihat lebih dewasa dibanding pertemuan terakhir kali, sewaktu ia masih SMA. Tingginya juga mungkin sudah bertambah beberapa senti. Belum lagi tubuh yang terlihat lebih kokoh dan kuat berkat latihannya sebagai pemain basket pro.

"Berarti Kak Ayna linjur ya?" tanya Hansel sambil memainkan botolnya.

"Iya linjur."

Better Better; harutoWhere stories live. Discover now