Bab 9

57K 6K 22
                                    

Seusai makan malam, kini Anna tengah duduk diambang jendela kamar nya, memandangi tiap jalan ber-kerikil dekil dengan para obor yang menerangi nya disetiap tepi, pegunungan begitu lengkap mengitari perdesaan disertai beberapa sungai yang mengalir jernih, meskipun gelap nya malam telah membalut tidak ada yang berubah sedikitpun, udaranya masih se-sejuk pagi hari.

Layaknya ilusi, ini begitu indah untuk menjadi kenyataan, Anna terhanyut dengan lamunan nya ditemani desiran angin malam hingga tidak menyadari ada sosok mungil tengah mengepakkan sayap ke arah nya.

"Kapan kau akan tidur?". Tanya makhluk kecil yang mengekorinya sampai rumah, siapa lagi kalau bukan Peri kecil yang bernama Fay itu.

"Sebentar lagi mungkin".

"Heeem, apa aku boleh tidur bersama-mu?". Tanya Fay sambil menggulingkan tubuh nya diudara kemudian memainkan surai Anna yang di kepang.

"Boleh, bila kau ingin tinggal disini juga boleh, aku akan meminta izin kepada ibu".

"Terima kasih kau memang yang terbaik".

"Iya-iya". Anna mulai beranjak lalu menarik gorden seusai menutup jendela, gadis itu membawa sepasang kakinya ke arah ranjang di ekori oleh Fay, kemudian merebahkan diri kala dirasa sudah hampir tengah malam, Anna menarik selimut tebal nya hingga batas leher, saat hendak memejamkan mata suara jeritan yang tertimbun selimut begitu melengking terdengar yang berhasil membuat kelopak mata Anna terbuka lebar.

"Anna.. anna.. anna.. Aku tidak bisa bernafas".

Anna segera membuka selimut, kemudian mengangkat tubuh Fay untuk ditaruh diatas permukaan bantal, "Tidurlah, aku sudah mengantuk".

Fay mengangguk dengan tubuh sedikit dibalut selimut oleh Anna, mereka berdua perlahan merapatkan mata hingga jatuh terbuai oleh indah nya mimpi.

•••

Srett!

Pedang tajam mengayun secepat kilat hingga berhasil memangkas salah satu leher monster, cairan merah mulai keluar deras dari lehernya hingga jatuh mengenai jubah seorang pria merah yang sudah membunuh ribuan monster tersebut.

"Apa ada lagi?". Suara rendah itu seakan menyatu dengan belaian angin yang lewat, pria merah itu perlahan memasukkan pedang nya ke dalam sarung kiri.

"Tidak ada lagi Tuan". Sahut prajurit yang berdiri disamping nya.

"Bereskan mayat-mayat ini, aku akan melihat ke bagian barat".

Prajurit itu segera mengangguk kemudian mengerjakan tugas nya.

Berjalan ke arah yang dituju, tidak butuh waktu yang lama dirinya sudah sampai, pria merah itu langsung mendengar ledakan yang begitu keras di iringi suara pedang yang saling bersahutan memasuki indra pendengaran nya.

Duarr!

Sring!

Duarr!

"Lemah!". Ujar seorang Wizard yang tengah duduk di tumpukkan mayat prajurit kerajaan, dengan begitu mudah para prajurit dirinya kalahkan menggunakan sihir yang dimiliki.

Pria merah yang tengah berdiri hanya melihat pertarungan didepan mata dengan tatapan datar, melihat beberapa prajurit nya yang berhasil tumbang serta separuh dari mereka telah tiada, pria merah itu langsung berjalan santai ke arah Wizard yang tengah duduk diatas tumpukan mayat seraya menahan dagu nya menggunakan lengan kiri, "Kami yang terlalu kuat atau kalian yang lemah? Lihatlah, kalian seperti serangga pemakan kotoran yang mati karena kekenyangan". Sambung Wizard tersebut sambil tertawa keras seraya dibalas oleh temannya yang lain.

DESTINY WITH THE DEVILDonde viven las historias. Descúbrelo ahora