Setelah piknik selesai mereka bersiap pulang, Al justru sempat tertinggal karena terjatuh dan kacamatanya rusak terinjak oleh Andin tanpa sengaja.

"Sorry, kamu nggak marah, kan, Al?" Andin mengambil kacamata Al yang terjatuh dan sedikit retak.

"Nggak papa, kok, kamu juga tidak sengaja," ucapnya dengan senyum manis.

"Hey, ayok cepat naik mobil!" Seru Sovia.

Andin pun menuju ibunya, sedangkan Al masih terdiam melihat kacamata yang retak meski sedikit kecewa.

"Nanti, mama belikan yang baru ya sayang. Mama lihat Andin tadi tidak sengaja."

Al mendongak ke arah sang ibu dan mengangguk, "iya, Ma." Balasnya sambil menuju mobil mereka.

Sementara itu, di mobil lainnya Rendy tengah melihat hasil jepretan foto yang ia ambil. Ada dirinya, Al juga Andin. Seketika ia tertawa melihat keluguan wajah mereka di kamera. Mayang terkejut melihat putranya tertawa.

"Seneng banget yang sudah main sama teman-temannya," ucap Mayang melihat Rendy dari kaca depan.

"Iya, Ma. Rendy senang banget bisa bermain dengan Aldebaran juga Andin, mereka itu sahabat yang unik dan akan selalu jadi sahabat Rendy sampai Rendy besar nanti. Kita udah janji, Ma."

Mayang mengembangkan senyum menanggapi cotehan putra sulungnya itu. Ia pun ikut bahagia mendengarnya.

"Hari ini kamu pasti capek, ingat pesan Mama kan sayang, jangan terlalu capek lagi. Untung besok libur sekolah karena hari minggu, lusa kita chek up ke dokter, ya."

"Lusa Rendy mau main ke rumahnya Al boleh kan, Ma."

Tentu dong, tapi selesai jadwal kamu periksa ya."

"Siap!"

Rendy anak kesayangan tentu saja, karena dia putra satu-satunya Mayang. Wanita itu tidak hamil lagi setelah bertahun-tahun menanti seorang anak, di usia pernikahannya yang kesepuluh barulah ia bisa mengandung dan dikaruniai seorang putra tampan yaitu Rendy. Mayang begitu bangga dengan putranya, hari ini dia melihat Rendy bersama temannya begitu akrab terutama dengan Andin. Meski usia mereka masih awal usia sekolah dasar.

.

Di rumah Andin, gadis itu menggerutu kesal sambil terus berjalan menuju kamarnya. Sovia mengikuti karena Andin bukannya senang setelah bermain dengan sahabat-sahabatnya, dia justru seperti itu.

"Loh, udah main sama temennya kok jadi ketus gitu, sih? Kamu kenapa, Sayang?"

"Kenapa, sih, Ma. Harus ada Al di antara aku sama Rendy? Aku tuh nggak suka sama anak cupu itu."

"Hei, kenapa seperti itu? Aldebaran, kan, sahabat kamu juga sama seperti Rendy. Al baik, dia nggak pernah gangguin kamu."

"Jadi Mama lebih bela Al dari pada aku? Udah sana Mama keluar, ah. Aku mau tidur!" Andin melempar sandal tali yang membelit kakinya, merebahkan tubuh lalu menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya.

'Anak ini kenapa benci banget sama Aldebaran? Aku malu sama Rossa, padahal Al anak yang baik, dia hanya sedikit berbeda.'

.

Mobil Rossa baru saja menyentuh garasi rumah namun, Aldebaran bergegas keluar lebih dulu dengan wajah penuh kekecewaan. Rossa sudah terbiasa dengan sikap anaknya itu, pastilah dia sedih jika setiap bertemu dengan sahabat-sahabatnya, dia selalu di kesampingkan juga dibandingkan dengan anak-anak lainnya.

Aldebaran berlari menuju balkon kamar, berdiri sambil memegangi pagar pembatas dengan tatapan menjurus tepat ke atas langit. Termenung dengan pikiran kosong hingga meluncurlah setetes bulir bening dari sudut matanya.

"Don't cry! Kamu itu anak laki-laki. Must be strong, Al." Rossa mengusap lembut pundak Aldebaran.

"Kenapa Andin sangat membenci aku, Ma? Berbeda sekali dengan Rendy. Terkadang aku ingin menjadi dia, Andin sangat menyukainya."

"No ... jangan berpikiran seperti itu. Andin tidak membenci kamu, dia hanya belum menerima semua kekurangan yang ada dalam diri kamu. Bersabarlah, Sayang. Jangan dimasukkan kehati, ya. Mama tahu kamu anak yang kuat, masa kamu nangis hanya gara-gara omongannya Andin."

"Tapi, Ma—"

"Wait!" Rossa menghentikan percakapan mereka saat ponselnya berbunyi.

"Ross ...."

"Apa? Apa yang kamu katakan, Har? Algantara ...." Rossa membekap mulutnya tidak percaya dan menggelengkan kepala seraya matanya yang mulai berembun, dia tiba-tiba saja luruh ke lantai dengan air mata yang mengalir deras membasahi pipinya.

"Ma, apa yang terjadi? Kenapa dengan Algantara, Ma?" Aldebaran bingung karena tiba-tiba saja Rossa tidak sadarkan diri. Dia meraih ponsel sang Mama yang masih tersambung.

"Pa, apa yang terjadi?"

"Kakak kamu, Al. Algantara meninggal dunia karena kecelakaan." Suara Hartawan terdengar parau diiringi isakan.

"Algantara ...."

.

Hari ini Aldebaran kembali masuk sekolah setelah hampir dua minggu ini dia harus menemani sang ibu yang masih dirundung kesedihan karena kepergian saudara kembarnya sangat tak terduga. Di sekolah, dia pun tak bersemangat karena terus memikirkan keadaan Rossa.

Saat jam istirahat, Aldebaran duduk menyendiri di bangku taman, bekal yang seharusnya ia makan justru hanya menjadi sebuah pajangan yang tergeletak begitu saja di sampingnya.

"Al, kamu jangan sedih terus, dong. Aku yakin kakakmu sudah tenang di surga. Senyum ya!" Rendy datang lalu duduk disebelah Aldebaran untuk menghiburnya.

"Iya, Ren, terimakasih kamu selalu menghibur aku."

"Rendy, kamu kenapa ke sini, sih? Aku cariin dari tadi. Ayo kita ke kantin, temenin aku makan." Andin menghampiri mereka berdua tanpa menoleh ke arah Aldebaran. Dia hanya fokus pada Rendy.

"Kamu pergi, sana! Aku males lihat wajah kamu!"

"Ndin, jangan gitu sama Al, dia sedang berduka karena—"

"Stop! Aku nggak mau denger hal apapun soal dia."

"Kalau kamu nggak mau pergi! Lebih baik kita yang pergi! Ayo kita pergi, Ren!"

Andin menarik paksa tangan Rendy supaya dia mengikuti keinginannya.

"Kenapa kamu benci banget sama aku, Ndin? Sampai kapan kamu membenci aku?"

"Selamanya! Aku nggak suka sama anak cupu kayak kamu!"

"Ndin," sergah Rendy.

"Ayo kita pergi, Ren! Jangan deket-deket terus sama dia, nanti kamu ketularan cupu. Ayok!"

Andin berhasil menarik tangan Rendy dan melenggang pergi meninggalkan Aldebaran sendiri. Pria itu menatap nanar keduanya.

'Apa perkataan kamu itu benar, Ndin? Kamu akan terus membenci aku? ... selamanya.'


BERSAMBUNG....
-----🌿🌿🌿-----
# BukanSalahJodoh01
# CerhalAlmeeraAliyanthi

Gimana part satunya gaes? Khusus masa kecil mereka dulu, ya😁😁 kira-kira ada yang bisa tebak alurnya?

Ini Collab keduaku bareng penulis halu keren Almeera Azzahra. In Syaa Allah bikin baper n gregeten juga.

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now