Membenci mu

1.6K 117 36
                                    

🌿Bukan Salah Jodoh🌿
------------By: 2AL-------------
  Almeera dan Aliyanthi
-------------BAB 01-------------

"Andin ... Rendy ... tungguin aku, dong, cepet banget larinya."  Seorang anak kecil berusaha untuk mengejar dua sekawannya yang sudah lebih dulu meninggalkan garis start permainan yang mereka buat, dia memang tak seperti anak kebanyakan yang bertubuh kuat, lincah, juga cekatan dalam segala hal.

Anak lelaki berusia delapan tahun itu memiliki kekurangan dimana tak ada keberanian juga rasa percaya diri yang kuat dalam dirinya, selalu takut akan hal apapun yang berhubungan dengan dunia luar.

"Duh ... Al, jadi anak laki-laki itu harus kuat, dong. Lelet banget, sih," ketus Andin.

"Ma–maaf, Ndin," ucap Aldebaran gugup.

"Ndin, kok gitu sih, sama Aldebaran?" Rendy menggenggam tangan Aldebaran. "Ayo! Kita lari bareng!" seru Rendy.

"Engga! Rendy harus lari bareng aku, udah kamu dibelakang sana!"  Andin menepis kuat tangan Aldebaran lalu beralih menggenggam tangan Rendy.

Gadis kecil berparas cantik itu kesal pada teman sebayanya yang selalu memakai kacamata bulat, baju yang selalu dimasukan kedalam celana, lengkap dengan kaos kaki juga sepatu bertali yang selalu menutupi kakinya, bak Nobita di film Doraemon tapi ini versi dunia nyata.

Gisella Andini, gadis berusia tujuh tahun itu membuang muka tak suka pada Aldebaran Dirgantara yang selalu ia sebut anak cupu karena penampilannya, lain halnya pada Rendy Pradipta, Andin sangat menyukai lelaki itu.

"Tuh, kan, dia lama banget Ren ... nanti kita nggak bisa kejar balonnya," omel Andin yang sudah kesal karena melihat Al larinya perlahan di belakang mereka.

"Dia temen kita juga Andin, nggak boleh ditinggalin dong. Kasian!"

"Dia kan laki laki, kata Papa aku bilang laki laki itu harus kuat, harus berani."

"Al kan pakai kacamata, jadinya tidak seperti kita larinya," ucap Rendy yang kembali membela sahabatnya itu. Andin justru memutar bola matanya sembari berpangku tangan.

Para orang tua justru tengah asyik mengobrol sembari menyiapkan hidangan yang mereka bawa dari rumah masing-masing. Melihat sikap Andin yang cukup cuek pada Aldebaran, membuat Sovia tidak enak hati pada—Rosa—ibunya Aldebaran.

"Bu Rossa, saya minta maaf atas sikap andin pada Aldebaran, ya, saya udah nasehatin dia berulang kali. Kenapa masih seperti itu juga."

"Tidak apa-apa, Bu Sovia, mereka hanya anak-anak, saya bisa maklum karena Aldebaran anaknya memang seperti itu."

"Dia mungkin tipe anak yang pendiam, beda sekali dengan kakaknya. Oh ya, gimana kakaknya, Al, Bu?"

"Baik, Algantara baik, dia senang tinggal bersama ayahnya. Mungkin ini yang terbaik untuk kami. Berpisah dan anak anak tinggal dengan salah satu orang tua."

"Bu Rosa tidak berpikir untuk rujuk dengan pak Hartawan?"

"Ngomong apa sih Bu?"

"Kalian itu pasti masih saling cinta, padahal pasangan favorit sekali."

"Ngomongin itu kok, saya jadi kepikiran gimana nanti kalau kita jodohkan anak anak, Bu, setuju tidak?"

"Jangan ah ... biarkan mereka dengan pilihan dan jodohnya sendiri."

"Saya kok punya filing ya, kalau Andin itu suka sama Rendy terus Rendy juga suka. Lihat tuh mereka akrab banget, beda kalau sama Al. Maaf ya, Bu Rosa bukan maksud lain."

"Iya, Bu Mayang."

Batin Rosa sesungguhnya cukup terganggu dengan ucapan tentang Al juga hubungannya dengan Hartawan, tetapi wanita itu tersenyum manis dan tidak pernah terbawa perasaan lebih dalam menyikapi sebuah candaan. Apalagi Mayang dan Sovia adalah temannya sejak lama. Hingga saat ini persahabatan mereka terjalin pula pada anak-anak; Aldebaran, Andin juga Rendy.

Bukan Salah JodohWhere stories live. Discover now