4 : Curious

79 7 0
                                    

Hari classmeeting yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Lapangan sekolah dipenuhi dengan murid dari sekolah lain yang siap untuk bertanding. Setelah arahan pagi tadi, seluruh murid dibebaskan untuk menonton lomba apa saja bagi yang tidak mengikuti lomba, dan bagi yang mengikuti lomba boleh langsung bergabung dengan tim nya masing-masing. Suasana sekolah dipenuhi dengan berbagai sorakan yang menyoraki tim dukungannya masing-masing. Terlihat pula adik dan kakak kelas yang siap untuk mencari incaran gebetan baru dari sekolah lain. Hal itu memang sudah biasa setiap tahunnya.

Eira yang menantikan hari ini tersenyum simpul. Bukan karena ajang mencari gebetan baru, melainkan ia bisa bebas seharian di sekolah tanpa jam pelajaran dan bebas membeli jajanan di samping lapangan sekolah. Sudah banyak bazaar makanan yang mulai mempersiapkan dagangannya.

“Ra, mau nonton lomba apa nih kita?” Vanka bertanya sambil berjalan berdampingan bersama Eira di koridor sekolah.

“Hm, terserah sih.”

“Modern dance gimana? Gue pengen liat tim kelas kita,” seru Vanka antusias.

“Boleh. Eh tapi, gue ke toilet dulu, ya. Tiba-tiba kebelet,” kata Eira sambil menunjuk ke arah toilet.

“Yah elah. Ya udah sana buruan, gue tungguin di sini,” balas Vanka dengan melipat tangan di depan dada.

Eira berjalan ke belakang koridor sekolah tempat toilet berada. Awalnya ia ingin cepat-cepat masuk ke kamar mandi untuk buang air kecil, namun tiba-tiba rasa kebeletnya hilang lantaran mendengar suara percakapan telepon. Eira langsung bersembunyi dibalik tembok agar tidak terlihat oleh si penelepon. Saat ia mengintip sedikit, terlihat Jevrio sedang berdiri di depan pintu toilet laki-laki sambil menelepon seseorang.

“Makasih, Ma. Nanti sore aku telpon lagi.”

“...”

“Tenang aja, Ma. Aku gak bakal telat dateng ke kafe.”

“...”

“Iya, Ma. Jangan lupa minum vitamin ya, Ma. Dah.”

Percakapan lewat telepon itu pun selesai. Eira terkesiap karena takut jika Jevrio mendapati dirinya menguping. Memang bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, tapi jika sudah penasaran, Eira tidak akan berhenti untuk mencari tahu. Segera Eira berbalik dan tidak jadi pergi ke toilet. Jika ia pergi ke toilet, ia akan berpapasan dengan Jevrio karena toilet perempuan berada di samping toilet laki-laki.

“Sejak kapan lo ada di situ?”

Deg.

Ternyata Jevrio lebih cepat menemukan Eira di balik tembok.

“Hah? Eh, baru kok. Gue baru sampe. Ini gue mau ke toilet. Udah, ya, bye,” balas Eira dengan sedikit gugup. Ia langsung berbalik arah dan berjalan menuju toilet. Tatapan dari laki-laki jangkung itu membuatnya merasa terintimidasi.

“Lo nguping?” Jevrio bertanya lagi dengan suara beratnya.

“Ka..kagak! Ya kali. Udahan, ya. Gue kebelet nih.”

“Ternyata lo suka ikut campur urusan orang lain, ya.” Perkataan Jevrio membuat Eira berbalik lagi.

“Oke! Gue emang denger omongan lo pas nelpon tadi. Gue janji gak akan nyebarin. Lagian siapa juga yang mau tau,”

“Lain kali jangan pernah nguping pembicaraan orang lain. Dan jangan sekali-kali lo dateng lagi ke tempat gue kerja. Ngerti?”

Ch! Emangnya siapa juga yang mau dateng ke kafe yang pegawainya dingin kayak lo?!!” balas Eira dengan emosi yang mulai meluap. Ia menutup pintu toilet dengan kasar.

Jevrio mendelik malas. Ia muak dengan kelakuan cewek satu itu yang entah mengapa muncul lagi di dekatnya. Setidaknya ia tidak mengetahui apa-apa tentang keluarga Jevrio. Diluar hal itu, Jevrio merasa tenang-tenang saja. Lagi pula sejauh ini hanya Eira yang baru mengetahui tempat bekerja paruh waktunya.

Sementara itu, Eira di dalam toilet menggerutu sendirian. Ia memaki-maki Jevrio karena sikapnya yang dingin dan sok terhadapnya. Memangnya siapa pula yang kepo akan percakapan ibu dan anak itu? Itu hanyalah percakapan biasa! Eira juga sangat tidak suka jika ada seseorang yang semena-mena menyuruhnya untuk ini dan itu. Tidak perlu disuruh pula, Eira tidak akan menyebarkan percakapan itu. Paling sepuluh menit kemudian ia juga akan lupa tentang percakapan telepon itu.

“Ra, lama banget sih lo! Lomba dance nya udah mau mulai tuh,” protes Vanka cemberut.

Sorry, sorry. Tadi toiletnya ngantri soalnya,” bohong Eira cepat.

“Yaudah, yuk, langsung ke aula luar,” ajak Vanka sembari berlari kecil.

Eira dan Vanka pun langsung menuju aula luar yang menjadi tempat lomba modern dance dilaksanakan. Banyak orang yang memenuhi aula itu untuk menonton lomba. Aula yang bisa menampung banyak orang itu dipenuhi dengan sorakan dari para penonton.

***

"Wah, seru sekali ya lomba modern dance tadi! Karena juri sudah selesai menilai, saatnya kita mengumumkan… peserta semifinal!!" Eira ikut bertepuk tangan saat mendengar perkataan sang MC. Seluruh peserta lomba berbisik-bisik kepada anggotanya yang lain karena rasa deg-degan.

"Wah semoga kelas kita masuk semifinal! Gue liat bagus juga tadi tampilnya," komentar Vanka antusias. Eira setuju dengan menganggukan kepala.

Setelah peserta terakhir semifinal disebutkan, aula sekali lagi dipenuhi sorakan. Bahkan ada yang hampir menangis karena tidak masuk ke ronde selanjutnya.

"Wehh!! Kelas kita masuk semifinal!!" Vanka dan Eira bersorak gembira untuk kelas mereka. Feli yang sadar akan Vanka yang terus menerus meneriakan nama kelas mereka langsung melambaikan tangan. Eira sampai menunduk malu karena kelakuan heboh sahabatnya itu.

"Udah jam satu aja nih. Jajan dulu mau gak?" tawar Eira yang sudah kelaparan. Vanka setuju.

Ketika mereka berdua berjalan lewat pintu keluar, Eira tak sengaja menabrak seseorang karena ia sibuk mencari dompet di tas selempangnya.

"Eh, maaf, maaf. Gue gak sengaja," ucap Eira merasa tak enak.

"Ah, gapapa kok. Sorry juga gue gak liat jalan tadi," jawab cewek itu. Tatapannya terlihat menganalisa wajah Eira sambil tersenyum.

"Kenalin, Carol dari SMA Tunas Bangsa," lanjutnya ramah.

"Ah, halo. Gue Eira, dari SMA Pelita Nusantara. Ini temen gue, Vanka."

"Hai, Carol!" sapa Vanka ramah.

"Penampilan lo keren tadi. Selamat ya, masuk semifinal," tambah Eira memberikan selamat.

"Makasih! Hehe." Carol terlihat nyengir.

"Eh, habis jajan mau nonton basket, gak? Kita nonton pertandingannya si Jevrio," ajak Vanka dengan menaikkan dua alis.

"Idih, ngapain. Mending nonton futsal gue."

"Ahh, ayolah!! Sekalian liat kelas kita," Vanka tak menyerah mengajak sahabatnya itu.

"Yaudah, iya dah. Emangnya lo tau jam berapa tandingnya?"

"Jam 13.45. Yuk, jajan dulu kita!"

"Eh, gue boleh gabung, gak?" Mereka berdua melihat ke arah Carol. Mereka tidak menyadari bahwa selama berjalan menuju tempat jajan, Carol tetap ikut di samping mereka.

"Boleh dong!" balas Vanka senang hati. Eira juga membalas ramah kepada teman barunya itu.

---


Hi hii! Jangan lupa vote yaa, karena bintang ada untuk ditekan, hehe. Isi kolom komentar juga boleh banget! Thank youu<3

You are My Moonlight [END✓]Where stories live. Discover now