3 : Penonton

87 6 4
                                    

Hari baru telah tiba. Mentari pagi menyinari gedung sekolah sampai cahayanya masuk melewati jendela di kelas Eira. Sekitar tiga menit yang lalu bel masuk sudah berbunyi, namun sang wali kelas belum menampakkan batang hidungnya. Jadilah suasana kelas kembali ribut.

"Eh, diem diem!! Balik woi, balik!" ucap ketua kelas yang langsung menertibkan kondisi kelas setelah mendengar langkah kaki yang mendekat.

"Selamat pagi anak-anak," sapa Bu Nirma dengan senyum formal. Satu kelas membalas sapaan wali kelas mereka serentak.

"Sebelum pelajaran dimulai, Ibu ingin menyampaikan bahwa nilai UTS sudah keluar dan bisa dilihat pada saat jam istirahat nanti."

Semua murid menyampaikan respon yang berbeda-beda. Ada yang menghembuskan napas berat sampai penasaran akan nilainya sendiri. Eira yang mendengar hal itu hanya bisa menenggelamkan kepala di antara kedua tangannya di atas meja.

"Oh ya, karena UTS sudah selesai, setelah ini kita akan diskusi untuk class meeting," lanjut Bu Nirma yang langsung disambut heboh oleh seluruh murid. Mereka berseru-seru ria karena class meeting adalah waktunya mereka bermain bebas seharian tanpa jam pelajaran. Tak jarang juga ada yang menggunakan waktu class meeting sebagai ajang mencari gebetan baru.

"Class meeting akan berlangsung selama 3 hari. Akan ada lomba basket, futsal, dan modern dance. Selain itu, ada juga bazaar makanan dan macam-macam stand. Silahkan kalian gunakan dua jam pelajaran ini untuk mendiskusikan perwakilan siapa saja yang akan ikut lomba dari kelas kita. Jika ada yang tidak ikut salah satu lomba, kelas kita akan didiskualifikasi dan harus membayar denda. Ibu serahkan semuanya kepada ketua kelas untuk diskusi ini. Selamat pagi," jelas Bu Nirma lengkap. Ia juga memberikan beberapa lembaran kertas kepada Dion. Mungkin itu adalah ketentuan dari tiap lomba yang harus diikuti. Setelah berbicara seperti itu, Bu Nirma berjalan kembali ke ruang guru.

"Oke semuanya, sekarang kita diskusi untuk lomba class meeting minggu depan. Pertama kita tentuin untuk lomba basket, lima orang, cewek cowok, Siapa yang mau?" Dion memulai sesi diskusi dengan lomba basket.

"Gue, gue!" sahut Cika, si pemain basket perempuan handal dari kelas X IPS 1. Yang lain menyoraki Cika dengan seru-seruan. Kemudian teman-teman Cika yang ikut ekstrakuler basket pun juga ikut mengajukan diri.

Setelah semua pemain untuk lomba basket perempuan sudah ditentukan, kini saatnya menentukan pemain untuk lomba basket laki-laki.

"Devin lah jelas!!" timpal salah satu murid. Mendengar itu Devin hanya tersenyum miring. Tanpa ragu-ragu ia mengajukan diri untuk bertanding.

"Eh tapi kan, kelas sebelah lawannya ngeri," komentar Evan, teman Devin yang juga mengikuti ekstrakulikuler basket.

"Siapa emangnya?"

"Itu loh, si Jevrio. Gue denger dia jago basket gitu," jawab Evan dengan ragu.

"Udahlah kita pasti menang. Kita kan punya Devin!" sanggah Nathan, yang juga ikut mengajukan diri, membuat suasana kelas heboh menyoraki Devin. Yang disebut namanya langsung berlagak seperti artis yang dikerubungi penggemarnya. Eira yang melihat pemandangan itu hanya geleng-geleng kepala.

"Eh tunggu, Jevrio jago basket?" gumam Vanka heran.

"Woi, Ra," Vanka mengguncangkan bahu Eira dari belakang.

"Apaan sih?"

"Jevrio emang jago basket?" Vanka bertanya dengan rasa penasaran tinggi.

"Mana gue tahu!"

"Yah, kan lo pacarnya."

"Mulut kalo ngomong dijaga!" Eira langsung melayangkan pukulan di tangan Vanka. Vanka tertawa puas setelah meledek sahabatnya itu.

Waktu berjalan cepat hingga tak terasa diskusi sudah sampai ke pembahasan lomba modern dance. Kali ini banyak murid perempuan yang mengajukan diri sampai-sampai Dion kesusahan memilihnya.

"Gini aja. Di kelas ini siapa cewek yang ikut ekskul modern dance? Angkat tangan," perintah Dion, ia pun menghitung jumlah orang yang mengangkat tangan.

"Cuma empat orang tapi yang mau ikut hampir satu kelas? Kalo nanti nari nya jelek gimana?" komentar Dion sembari memijat pelipis. Murid-murid perempuan yang lain pun disoraki oleh murid laki-laki. Kelas kembali bising sehingga membuat Dion harus banyak bersabar.

"Kita butuh satu orang lagi buat lomba ini." Dion menghela napas berat.

"Eira aja!!" Vanka berteriak dari belakang dengan percaya diri. Eira yang mendengarnya langsung menimpuk Vanka dengan kotak pensilnya.

"Gak bisa nari gue, Yon. Gue jadi penonton aja. Coba yang lain mungkin," balas Eira dengan senyum terpaksa.

"Gue boleh gak? Dulu gue pernah ikut ekskul modern dance pas SMP," sahut Feli, murid yang biasanya tidak banyak bicara di kelas. Semua murid terkejut dalam diam.

"Oke, Feli. Latihan yang bener, ya. Yang lain, ajarin Feli juga, ya," final Dion bernapas lega.

Setelah selesai mendiskusikan lomba, Dion menjelaskan hal-hal lain yang berkaitan dengan class meeting minggu depan. Eira hanya tersenyum membayangkan betapa ramainya sekolah jika kedatangan murid dari sekolah lain. Biasanya di saat-saat seperti itu, Eira lebih suka menjadi penonton yang bisa melihat semua lomba. Selain itu, ia juga bebas berkeliling dan jajan sepuas hati tanpa terhalang jadwal lomba. Dalam hati, Eira tak sabar menunggu hari itu datang.

---


Hi guys! Maaf update nya lama hehe. Ke depannya aku akan lebih sering update! Jangan lupa tekan bintangnya yaa, dan isi kolom komentar juga! >< Thank you! <3

You are My Moonlight [END✓]Where stories live. Discover now