22 | I Love You 3000

Start from the beginning
                                    

“Jawab!” ujarnya serius dengan tangan terlipat di dada.

“Iya,” jawab Raya.

“Nyari mati ya,”

“Astaghfirullah, Chandra, dia cuman mau ngajak ketemuan, bukan mau makan daging aku,” ujar Raya.

“Tapi kenapa harus ajak aku?” lelaki itu bertanya seraya berjalan mendekati Raya.

“Hah? Dia ngomong sama kamu,” tanya Raya.

“Iya.”

“Awalnya dia cuman ngajak aku sih, tapi aku mau kamu ikut.” Raya kali ini berterus terang, jujur saja ia akan merasa canggung jika hanya berdua saja dengan Karin.

“Bodoamat, aku gak mau ikut,” balas Chandra seraya merebahkan tubuhnya di kasur Raya, tetapi posisi lelaki itu membelakanginya.

“Iiihh kok gitu,” ujarnya yang tak digubris oleh Chandra.

“Chandraaaa,” rengek Raya dengan menggoyang-goyangkan tubuh suaminya.

Chandra terbangun dengan tatapan sama, “Apa?”

“Ikut ya?” tawar perempuan itu dengan senyum gemasnya.

“BODO,” jawab Chandra ketus. Lelaki itu beralih menatap layar ponselnya, tak menghiraukan Raya.

Raya hanya berdecak. Kemudian ia memikirkan sebuah ide yang menurutnya  sedikit cemerlang.

“Sayang, ikut ya besok,” ucap Raya yang dengan spontan membuat Chandra membelalakkan matanya.

“Apa? Ngomong apa barusan?” tanya Chandra sedikit menggoda istrinya.

“Ikut ya, besok,” balas Raya.

“Bukan itu, yang pertama tadi.”

“Sayang,” ucap Raya lagi.

Dengan cepat Chandra memegang dadanya, “Ray, gimana ini? Dadaku rasanya aneh,”

“Hah? Aneh gimana? Kamu sakit?” tanya Raya khawatir.

“Nggak, aku kayaknya makin jatuh cinta deh sama kamu.” Setelah itu, senjata andalan Raya berhasil mendarat pada muka Chandra. Ya, bantal adalah senjata andalan Raya di saat lelaki itu mulai menggombal.

“Eitt, mau aku ikut apa nggak, main pukul-pukul ya,” pungkas Chandra menghentikan aksi Raya.

“Ya lagian kamu,” jawabnya cemberut.

“Coba ulangi lagi,” ujar Chandra.

Sumpah, jika bisa, Raya ingin menukar tambahkan saja suaminya ini. Tapi tidak bisa, walaupun sangat menyebalkan seperti ini, Raya sudah kepalang jatuh cinta dengan lelaki itu. Ia hanya berdecak saat Chandra menyuruhnya mengucapkan kata yang berhasil membuat dirinya geli.

“Sayang, besok ikut ya,” ulangnya.

“Cium dulu,” pinta Chandra.

Lagi-lagi Raya menghela napas panjang, tapi perempuan itu tetap melakukannya. Tanpa basa-basi, Raya mengecup singkat pipi Chandra.

“Itu mah bukan cium namanya,” ujar Chandra.

“Terus gimana dong?” tanya Raya.

“Cium tuh gini.” Dengan cepat Chandra menangkup kedua pipi Raya dan mengecup bibirnya pelan. Raya jelas terkejut dengan perlakuannya yang tiba-tiba.

Detik setelahnya, Chandra tersenyum bangga. Namun, senyuman itu tak bertahan lama saat Raya mulai berkata, “Gak gitu tau.”

“Hah? Terus gimana?” Sekarang Chandra yang dibuat penasaran.

Raya menangkup kedua pipi Chandra dan mulai memagut pelan bibir suaminya itu. Chandra terkejut, tapi tak meninggalkan kesempatan. Ia turut mengikuti permainan Raya. Dengan pelan juga, lelaki itu membalas ciuman Raya lebih intens.

Raya merasakan tangan Chandra menekan tengkuknya lebih dalam. Rasanya aneh. Tak pernah ia merasa seperti ini. Di dalam perutnya seperti banyak sekali kupu-kupu beterbangan. Dari dulu Raya hanya membaca istilah itu di novel-novel atau sosial medianya. Namun, sekarang ia merasakannya. Ternyata seperti ini rasanya. Tak bisa dijelaskan, yang jelas Raya menikmatinya. Raya terus bertanya-tanya, sejak kapan ciuman dengan Chandra bisa secandu ini.

Semakin dalam, Raya semakin sulit untuk menuju jalan keluar. Ia seperti terjebak dalam lubang besar beserta Chandra di sana. Tapi herannya Raya tak ingin keluar, begitu candu. Dan saat dirasa sudah cukup, Raya akhirnya memutus ciuman mereka secara sepihak. Karena dirasa ia sudah kehabisan oksigen.

“Cium tuh gitu,” ujar Raya dengan senyum merdekanya.

“Okay, kamu menang. Besok aku ikut,” kekeh Chandra.

“Yeayy, makasih ya,” ucap Raya dengan menghamburkan pelukan hangat pada Chandra.

“Kamu gak usah khawatir, aku bisa urus semuanya kok. Aku mau jujur sama Karin, tapi gak sekarang, nanti,” kata perempuan itu terus memeluk Chandra erat.

“Iya, aku selalu dukung kamu. Tapi janji kalau ada apa-apa jangan dipendem sendiri. Kamu udah punya aku.” Chandra mengusap lembut surai istrinya.

“Asiapp,” seru Raya melepaskan pelukannya.

Chandra hanya terkekeh dan mencubit pelan pipi Raya. Jujur saja bagi Chandra, Raya seratus persen lebih cantik jika sedang tersenyum. Chandra sangat bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan untuknya. Yaitu sosok yang tak pernah bosan untuk ia tatap.

“Cantik,” ujarnya pelan sambil mengusap pelan pipi Raya. “Jangan insecure lagi ya.”

Raya hanya tersenyum dan turut mengusap tangan Chandra.

Sekali lagi Chandra mendekap erat tubuh mungil Raya.

I Love You 3000,” ucap Chandra.

Dalam dekapan Chandra, Raya terkekeh pelan.

“Pelit banget cuman tiga ribu,” kekehnya.

“Yaudah deh, aku cinta kamu sedalam lautan, seluas samudra, seputih awan di langit, dan seluruh alam semesta beserta isinya.” Chandra berucap dengan terus mendekap Raya erat.

Raya disana hanya terkekeh dibuatnya.

“Iya deh, aku terima cinta kamu yang sedalam lautan, seluas samudra, seputih awan di langit, dan seluruh alam semesta beserta isinya itu.” Raya tertawa setelah mendengar perkataannya sendiri. Geli yang ia rasakan, tapi entah mengapa ia menyukainya.

Chandra pun ikut serta tertawa, sehingga malam ini mereka habiskan dengan berbagi kisah dan kasih bersama tanpa memikirkan ada orang lain yang akan mengusik.



Bersambung...

“Iya, dah, Karin

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

“Iya, dah, Karin.”



Yoit,
Selamat malam minggu yeorobund^_^

Hayoloh, masa lalunya muncul nih gimana:)
Biasanya kalau masa lalu ketemu sama masa depan tuh....👉👈ya gitu deh hehehe:)

Ada yang udah kebayang sama visualisasinya Karin ga?

Next?

Vomment yang banyak-banyak😁

Okay, segitu aja deh.

Good Night🌙

With Love,
Fabitna🌻

Ursa MinorㅣLee Haechan ✔Where stories live. Discover now