Jasminum

918 161 15
                                    

Na Ra tengah memperhatikan penampilannya pagi ini. Dengan cheongsam dress warna putih, ia terlihat lebih bersinar hari ini walaupun kekurangan tidur.

"Oke, mari kita tutupi kantung mata yang sangat tidak sopan ini," ucapnya sembari mengoleskan concealer ke area bawah mata untuk menutupi kantung mata yang lumayan terlihat jika diperhatikan dengan seksama.

Merasa penampilannya sudah pas, ia lantas mengambil tas yang berisi laptop serta beberapa perlengkapan yang biasa ia bawa kerja. Gawainya tiba-tiba berdenting singkat tanda pesan masuk.

Na Ra menghela napasnya ketika membaca pesan yang berisi jadwal untuk hari ini dari sang sekretaris. Na Ra harus pintar-pintar membagi waktunya kali ini.

Pukul 08.00 WIB, ia berangkat. Tujuan pertamanya kali ini adalah toko bunga yang berada tak jauh dari apartemennya. Ia hendak mengambil pesanan buket yang sudah ia pesan sebelumnya.

Selanjutnya, Na Ra menuju Jakarta Timur. Dalam perjalanannya, Na Ra terjebak macet. Hal tersebut membuatnya menghela napas berkali-kali. Ia harus mengejar waktu untuk kembali ke kantornya sebelum pukul 12 siang. Namun nyatanya pada pukul 08.30 WIB, ia masih terjebak macet di jalan sedangkan lokasi yang dituju masih lumayan jauh.

Setelah terjebak macet, Na Ra kini menuju restoran siap saji yang tak jauh dari lokasi yng ia tuju untuk memesan sarapan via drive thru. Ia membeli 5 chicken muffin with egg, 3 combo cheese croissant, 3 iced coffe, 1 matcha frappe, 2 iced chocolate, dan 3 botol air mineral. Ia memang sengaja memesan banyak makanan untuk berjaga-jaga. Na Ra pun punya porsi makan banyak sehingga jika tak habis, ia bisa menghabiskannya nanti.

Setelah dipusingkan dengan macet dan antri makanan, pukul 09.15 WIB Na Ra akhirnya sampai. Setiba di lokasi, Na Ra sempat bingung memarkirkan mobilnya. Berbuntut nekat, Na Ra pun memilih memasukkan mobilnya ke dalam lingkungan kantor Janu. Ia lalu menurunkan kaca mobil dan menunjukkan identitasnya. Sempat ditanya tujuannya apa, Na Ra seperti biasa mampu menjawab dengan baik. Awalnya tidak diperbolehkan masuk karena ada acara besar, namun berkat bakat negoisasi Na Ra yang sangat baik, ia pun diperbolehkan masuk.

"Janu sial*n! Kenapa sih prosedur militer itu sangat ketat? Lebih baik dulu kamu kuliah di Michigan aja!" cibir Na Ra dengan suara rendah.

Na Ra masih di dalam mobil, ia masih memperhatikan suasana di luar. Memang benar, tampaknya tempat kerja Janu tengah mengadakan event yang cukup penting. Ada banyak mobil yang terparkir di sana dan lalu lalang orang-orang dengan kesibukan masing-masing.

Na Ra membuka gawainya. Terakhir kali Janu membuka aplikasi pesannya adalah sekitar pukul 06.45 WIB. Lelaki itu tampaknya masih sangat sibuk dan tak sempat membuka aplikasi pesannya.

"Turun nggak, ya? Tapi kenapa masih banyak orang di sini?" decaknya kembali.

Tak lama kemudian, sebuah pesan masuk di gawai Na Ra. Janu akhirnya membalas pesannya dan meminta gadis itu menemuinya di sebelah gedung utama.

Sempat ragu, namun setelah berpikir selama dua menit, akhirnya Na Ra memutuskan untuk turun dengan membawa buket bunga yang hampir menutupi setengah tubuhnya. Rangkaian buket tersebut cukup mewah, sesuai janjinya pada Janu tempo lalu.

Seperti perkiraannya, ia menjadi pusat perhatian. Namun gadis itu memilih untuk cuek demi sang sahabat. Ia harus meminta sesuatu setelah ini untuk membayar pengorbanannya ini. Begitu pikir Na Ra di sepanjang perjalanan menuju tempat yang sudah dijelaskan oleh Janu tadi.

"Kim Na Ra-ssi?"

Na Ra hampir menjatuhkan buket bunga karena kaget. Gadis itu langsung memutar tubuhnya untuk melihat siapa yang sudah mengagetkannya.

Menghitung KarsaWhere stories live. Discover now