Eunbelle menggenggam lengan yang menggantung di tubuhnya, tepatnya terjulur dari belakang leher jenjang sang gadis, sementara dagu laki-laki itu kini menopang di bahu gadisnya.
"bobotoh sayang banget sama bluben, itu yang buat aku gatega bilang ke bobo kalau bluben sakit."
"jangan dibilangin, bobo tipe pemikir, overthinking macem lo."
"ayahnya juga suka overthinking, aku lupa nanya sama ayahnya, udah dapet dokter belum ya?"
"ada rekomendasi dari dokter bluena di LA, besok gue kesana."
"jangan sampai telat, peradangan gaboleh telat kontrol."
"hm.."
"makasih," balas Eunbelle masih mengelus lengan yang memelukny dari belakang.
"ngapain makasih? bluena anak gue."
"iya bilangin makasih sama ayah dia, udah nerima bluena apa adanya, walaupun biaya pengobatan mahal."
"gue cari uang buat anak gue, gak ada kata mahal untuk itu." Eunbelle mengangguk sebelum pipinya dicium oleh hidung suaminya, sementara Eunbelle masih menganggap gedung ini hanyalah tentang dia dan Na Jaemin.
"lo cium gue kaya bayi tau nggak, make hidung."
"lo emang bayi." balas Taeyong menyimpulkan senyumnya saat mata mereka beradu saling menatap, tenggelam dalam mata indah yang masing-masing mereka miliki dalam waktu yang cukup lama.
"na..." sela Eunbelle, membuat Taeyong memundurkan dirinya,
"gue bukan Jaemin."
senyum meredam tiba-tiba, dengan cepat laki-laki itu melepas pelukannya menuruni tangga tribun dengan menyakukan kedua tangan di saku celana.
Eunbelle masih berdiam memandang punggung kokoh itu berangsur menjauh dari pandangnya.
Sementara dua balita kembar disana masih terduduk di atas lapangan basket yang keras, bobo baru selesai menguncir saudarinya lalu merasa terganggu dengan pita besar yang berada di ujung rambut adik kecilnya, hendak terjatuh.
"ini pita capa nana, telalu besaw," (ini pita siapa nana, terlalu besar)
"mmh ada ang beyikan tuk ena aat di yekoya," (mmh, ada yang belikan untuk ena saat di sekolah)
"siapa ang bewikan tuk amu," (siapa yang berikan untuk kamu?) tanya bobo penasaran
"mmh... sesolang," (mmh.. seseorang) jawab Bluena sambil menunduk memandang rok miliknya yang menggembung sembari mengingat wajah laki-laki manis yang memberinya sebuah pita.
"hacan ang amu wukai nana?" (haechan yang kamu sukai nana?) tanya bobo kembali, bobo sering menjadi tempat curahan hati saudari kembarnya, eldebo sudah sangat tahu bagaimana lee bluena selalu jatuh cinta pada Lee Haechan.
"mmh nonoh bobo, iyah no noh hacan." (mmh.. bukan bobo, dia bukan haechan)
"ini telalu besaw nana, bobo bewikan pada momy ya.." (ini terlalu besar nana, bobo berikan pada mommy ya?)
"mmh.. apih bobo,"
"anti ita ambil pita di tetet," (nanti kita ambil pita di warung tetet)
"pomise meh bobo?" (promise me bobo?) Bluena mendekatkan hidung kecilnya pada hidung kecil bobo, seperti yang ayah ataupun ibunya lakukan pada mereka ketika hendak berjanji pasti akan disimbolisasi dengan saling menyentuh ujung hidung.
"aha, bobo bewjanji," (aha, bobo berjanji)
"tu ayang bobo!" tunjuk Bluena pada ayahnya yang berkali-kali memasukkan bola basket di sebuah ring, namun kerap kali tak masuk, terbentur papan.
YOU ARE READING
Script Swift
General FictionKita memang terlihat bahagia, tapi... Hai naskah, aku sudah sampai rumah. Go Eunbelle From: Script Swift (2021) ????cover by: naa.graphic
2.15 Doesn't want to be him
Start from the beginning
