12

627 72 15
                                    


HappyReading💜





♪♪♪






"Ohh hyung, kau sudah dengar? Ahh tentu saja, hyung kan sahabat dekat Nari."

Suga tidak menjawab hanya mengalihkan pandang dari layar ponselnya, menatap Jimin sejenak yang baru datang dan duduk di hadapannya ,bersebrangan meja, dan kembali fokus pada ponselnya.

"Kupikir Kim Nari menyukaiku, dia selalu tersipu saat ku sapa. Ternyata.... Jungkook bahkan langsung mencetak gol tanpa ada pemanasan. Aku merasa dikhianati hyung." celoteh Jimin.

Suga masih tidak merespon, toh adiknya itu memang sering seperti itu. Suga diam namun sebenarnya mendengarkan , hanya malas menanggapi saja. Lagian begitulah Jimin, punya kebiasaan mengomel sendiri. Salah sendiri dia belum mau serius pada satu wanita dan justru masih merayu sana sini, Jimin terlalu santai untuk kehidupan asmara nya, asal dia bahagia, katanya masih belum menemukan dambaan hati yang cocok untuk sehidup semati.

Jungkook  dan Nari memang sedang menjadi topik hangat sejak pagi di agensi. Hal yang wajar terlebih itu menyangkut seorang Jeon Jungkook. Meski awalnya hanya orang tertentu yang mengetahuinya, namun tetap saja yang namanya gosip hebat pasti akan menyebar dengan sangat cepat, yang tentu sudah dipastikan tidak akan terdengar oleh telinga orang diluar agensi. 

Meski sebagian tak terkejut, namun tak sedikit juga yang merasa tak terpercaya. Terlalu dadakan dan tak terduga. Meski hubungan Jungkook dan Nari sebelumnya tidak setertutup itu, tapi memang lebih terkenal sering berkelahi daripada bermesraan. Toh faktanya terjadi sebaliknya, mereka juga saling mencintai tanpa disadari .

Pengakuan Jungkook yang apa adanya, jujur dan yakin, bahkan membuat Suga merasa iri dan berkecil hati. Adik bontotnya begitu berani juga bertanggung jawab.  Dan jika sudah seperti itu tidak ada yang bisa melarang Jungkook kalau sudah bertekad.

Suga mengerti. Karena dirinya juga menginginkan semua terjadi seperti keinginannnya. Walaupun kenyataannya tak semudah itu. Disisi lain dirinya juga  masih ada rasa takut, dia sendiri mengakui tak cukup dewasa juga tak seberani Jungkook. Tentu juga banyak pertimbangan, mengingat Jieun berstatus sama seperti dirinya.  Seperti yang selalu Jieun bilang dan khawatirkan, tentu tidak semudah seperti yang diinginkan. Semua pasti ada konsekuensinya. Dan Suga salut atas keberanian dari keputusan Jungkook.

Suga kembali fokus pada ponselnya, bertukar pesan dengan kekasihnya yang masih berada di agensinya, itulah kenapa dirinya juga tak segera pulang, karena memang nanti mau menjemput Jieun sekalian makan malam bersama.

Jimin masih berargumen sendiri, padahal sejak tadi tidak ada tanggapan tapi dia pun santai, hanya mengungkapkan unek-uneknya daripada dipendam sendiri nanti malah semakin menjadi penyakit. Penyakit iri dengki karena pilihannya sendiri yang tak pernah memilih hubungan serius.

Masih menyibukan dengan ponselnya saat Namjoon pun bergabung diantara mereka. Keadaan tak ada yang berubah. Tak ada yang menentang ataupun menyalahkan Jungkook, seolah itu hal yang biasa dan bisa terjadi kapanpun diantara mereka, atau justru itulah yang ditunggu diantara mereka. Memulai dengan kehidupan normal masing-masing, harus ada yang memulai kebebasan yang lain diantara mereka. Agar bisa menarik satu persatu dari kekangan hidup yang tampak indah , nyata, namun terlihat samar untuk diri mereka masing-masing.

karir yang terjaga bertahun-tahun, menjalani kesibukan yang hampir melupakan kehidupan pribadi mereka, meskipun dengan sedikit waktu itu mereka tetap masih bisa menikmati waktu untuk mereka sendiri sekedar memalingkan dari dunia pekerjaan dan menghirup udara normal seperti yang lainnya . Tapi tentu, mereka membutuhkan yang lebih dari itu.

I & YOUМесто, где живут истории. Откройте их для себя