08

877 89 16
                                    



HappyReading 💜

♪♪♪




Hari ini cuaca cerah, setelah menghabiskan mi dingin yang dipesan menggunakan jasa antar, Suga dan Jieun memilih bersantai di penginapan saja. Ingin pergi jalan-jalan tapi ternyata rasa mager karena efek kenyang membuat mereka lebih memilih berdiam saja dulu disana.

Setelah membereskan meja , Suga membawa dirinya duduk santai di sofa meninggalkan Jieun di meja makan, setelah mengecup manja bibir Jieun. Padahal wanitanya sedang berbicara dengan ibunya melalui telepon, oleh sebab itu Suga juga mendapat satu cubitan diperutnya. Tidak marah justru tersenyum apik , mengacak rambut Jieun dan meninggalkannya disana.

Lewat dari 20 menit Jieun menelpon, sambungan terputus. Beranjak dari meja makan untuk mendekati prianya yang juga sedang asik dengan ponselnya sendiri.

"Sudah selesai berbicara dengan ibu?"ucap Suga saat melihat Jieun yang berjalan kearahnya. Meletakkan ponsel dan menepuk sisi sofa sampingnya , memberi kode pada Jieun agar duduk disana .

Jieun mengangguk, mendaratkan tubuh di sofa tepat disisi Suga. Dan langsung mendapatkan rangkulan hangat yang membawa jieun bersandar di dada Suga, sangat myaman.

"Apa ada hal penting?"

"Tidak. Hanya menanyakan sudah makan belum. Aku jawab sudah. Tanya makan apa, mi dingin yang Suga beli. Dan betapa bahagianya beliau saat mendengar bahwa sekarang ada calon menantu yang di sayangnya sedang mengurus putrinya yang katanya manja ini ." Terang Jieun. Ngedumel sendiri. Ya memang seperti itu yang dia rasa. Sebal. Ibunya kalau sudah membicarakan tentang Suga memang akan bersemangat berkali-kali lipat. Sepertinya anaknya adalah Suga dan bukan jieun.

Mengusap rambut Jieun dengan bumbu kecupan di kening.

"Ayo kita menikah secepatnya, Eun ah."

Bukan pertama kalinya Suga berkata seperti itu. Tapi tetap saja selalu membuat Jieun terkejut. Pasalnya Suga selalu berkata seperti itu dengan ringan tanpa memikirkan beban dan resiko yang bisa saja terjadi. Tentu tak jauh dari karir.

Jieun menarik diri dari pelukan Suga, menatap wajah putih pucat nan tampan yang sangat dia sayang itu. Wajah yang kini menatapnya datar. Yang membuat Jieun tidak pernah tega untuk marah.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Menikahimu dengan cepat?"

"Apa mi dingin membuatmu mabuk?"

"Kaulah yang selalu membuatku mabuk dan ketagihan. Makanya ingin segera menikah biar tidak perlu pengaman."

Menghembuskan napas jengah. Hari sudah siang, bahkan terik matahari cukup menyengat di luar sana, tapi ternyata tak juga melelehkan pikiran otak prianya dengan bahasan tentang itu.

"Aku tidak bercanda Suga."

"Aku juga serius sayang . Ayo kita menikah."

"Kau jadi bertingkah seperti anak kecil. Sudah lupakan. Aku tak mau melanjutkannya."

"Wae? Kau tak mau menikah denganku?"

"Jangan merengek Suga, kau tak pantas seperti itu. Sebenarnya apa yg kau pikirkan sih?"

"Menikah denganmu dan punya anak denganmu.
"

"Sudahlah, terserah."

Jieun tidak marah. Dia pun juga ingin menikah, terlebih dengan orang yang sangat dia sayang dan cintai. Dan Suga adalah orang itu. Tak ingin kehilangan juga jelas ada. Tapi entah kenapa ada ketakutan dalam dirinya. Jieun jelas tau posisi mereka menjadi apa, terlebih Suga yang kini jauh dari kata orang biasa. Ibarat ingin menikmati udara dengan leluasa saja terasa menyesakkan bagi mereka. Mereka ingin bahagia untuk dirinya sendiri, tapi juga tak ingin memberikan luka bagi orang lain.

I & YOUWhere stories live. Discover now