16 = Menyimpan Kisah

1.7K 460 214
                                    

Nic sadar kalau sikapnya selama beberapa bulan terakhir sudah jauh dari kebiasaannya selama ini. Sejak menyadari kalau Daisy adalah gadis kecilnya, Nic seolah tak ingin jauh dari wanita itu. Nic merasa kalau semakin hari perasaannya pada Daisy terus bertambah sampai membuatnya seringkali bertingkah di luar pemikirannya.

"Ai..."

"Kau sungguh tidak geli dengan panggilanmu itu, Nic?"

Balasan itu membuat Nic berdecak jengkel. "Ini sudah hampir sebulan aku selalu memanggilmu seperti itu tapi kenapa kau belum juga terbiasa?" sungutnya.

Daisy tertawa melihat tingkah Nic yang semakin hari terlihat jauh berbeda dengan yang dikenalnya selama ini. "Kau terlihat sangat lucu di foto ini."

"Selain lucu, aku juga sudah tampan sejak kecil."

Sekali lagi, Daisy tertawa. Saat ini mereka sedang berada di kamar Nic yang ada di rumah orangtua pria itu, setelah ibu mertuanya terus merengek meminta mereka datang di akhir pekan ini. Sejak mereka menikah, Nic tidak pernah mengiyakan permintaan sang ibu mertua untuk menginap, akhirnya luluh juga setelah ia yang memaksa pria itu. Semua perubahan sikap Nic memang jauh berbeda dengan awal pernikahan mereka. Seandainya saja Daisy tidak lebih dulu menyadari kelicikan Nic, mungkin ia sudah terbuai pada permainan pria itu.

"Nic, kenapa foto Natalie tak ada di mana pun di rumah ini?" tanya Daisy saat melihat satu-satunya foto balita perempuan yang dipeluk Nic kecil. Daisy memang sudah tahu sejak lama tentang kematian adik Nic itu beberapa tahun lalu. Tetapi Daisy baru benar-benar menyadari kalau di rumah mertuanya ini sama sekali tak ada foto wanita yang hanya terpaut usia satu tahun di atasnya.

"Dia terlalu berharga untuk dikenang di rumah ini."

Jawaban yang dikatakan dengan nada sambil lalu itu sedikit membuat Daisy heran. Daisy perlahan menolehkan kepalanya menatap Nic yang justru memilih sibuk menciumi bahunya. Tentu saja Daisy sadar ada yang tidak ingin Nic ceritakan tentang Nathalie. Sekalipun sejujurnya, Daisy sudah tahu kalau hubungan keluarga Nic memang tidak seharmonis kelihatannya, tapi ia tidak pernah menduga kalau tidak ada satu pun kenangan tentang Nathalie di rumah ini selain selembar foto yang baru saja dilihatnya.

"Daripada menghabiskan waktu untuk melihat-lihat album foto itu, bukankah lebih baik kita menggunakan waktu pada hal yang lebih berguna?"

Daisy seketika mendelik mendengar kalimat yang diucapkan dengan bisikan itu. "Kau sudah gila? Kita sedang di rumah orangtuamu."

Nic terkekeh lalu menyentil pelan kening Daisy. "Apa hal berguna yang ada di kepalamu hanya aktifitas ranjang kita?" ejeknya. "Padahal maksudku lebih berguna adalah menemaniku makan malam."

"Dasar pembohong," cibir Daisy yang langsung membuat Nic tertawa lalu memberi kecupan gemas di pipinya. "Nic! Kau ini benar-benar, ya!" sungutnya berusaha menghindar yang tentu saja gagal.

Hal itu justru membuat Nic menarik Daisy ke dalam pelukannya sambil kembali menciumi sang istri. Nic seolah tidak lagi peduli terlihat menggelikan dengan semua sikapnya pada Daisy belakangan ini. Karena yang Nic inginkan hanyalah menunjukkan perasaannya sampai Daisy benar-benar terbiasa dan perlahan jatuh cinta padanya.

"Ai, bagaimana kalau kita mulai melakukan program kehamilan dengan bantuan dokter?"

Pembicaraan yang tiba-tiba berubah itu membuat Daisy terdiam sesaat tapi detik selanjutnya perlahan menunjukkan senyum tipis di bibir. "Kita kan, sudah sama-sama memeriksakan diri dan tidak ada yang salah di antara kita. Memang belum waktunya saja kita belum memiliki anak."

"Aku tahu itu," sahut Nic sambil mengusap rambut Daisy dengan lembut. "Tapi aku memang sudah tidak sabar melihat perut ini membesar karena membawa calon anakku," ujarnya mengusap perut sang istri.

One Only [Completed] ✔️Where stories live. Discover now