09 = Kenyataan Berlawanan

1.5K 463 181
                                    

Seluruh mata dalam ruangan itu tak pernah lepas menatap sepasang suami istri yang terlihat begitu serasi saat bersama. Bahkan masih banyak yang tak menyangka bahwa seorang Nichollas Evandher bisa menampilkan senyum selepas malam ini.

"Aku sudah beberapa kali menginjak kakimu."

Nic terkekeh mendengar kalimat yang diucapkan Daisy di tengah gerakan dansa mereka malam ini. "Aku akan menahannya demi istriku yang cantik."

Daisy mendengkus kecil, tapi bibirnya mengulum senyum. Detik selanjutnya, Daisy melebarkan mata saat Nic tiba-tiba mengecupnya. "Hentikan, Nic. Kita sedang di tengah banyak orang."

"Mereka juga sedang sibuk dengan urusan masing-masing," sahut Nic lalu kembali memberi kecupan di bibir Daisy. Tetapi Nic merasa tak cukup jadi ia menghentikan gerakan dansanya, lalu merangkum wajah Daisy dengan telapak tangannya dan memberi lumatan dalam pada bibir manis itu. Nic baru melepaskan ciumannya ketika mendengar sorakan riuh dari sekitar dan ia tertawa geli saat Daisy memilih menyembunyikan wajah di dadanya. "Terima kasih untuk tepukan riuh kalian, tapi sekarang kalian membuat istri cantikku merasa malu," selorohnya, yang kembali membuat para tamu bersorak menggoda sepasang suami istri itu.

"Kau benar-benar membuat malu, Nic," bisik Daisy, yang lagi-lagi membuat Nic tertawa sambil memeluknya dengan lembut.

"Sepertinya perayaan tahun depan aku lebih suka menghabiskan waktu berdua denganmu saja." Nic berbisik tepat di depan telinga Daisy. "Bagaimana menurutmu?"

"Aku sudah menawarkan hal itu padamu."

"Tapi ini tahun pertama kita, jadi aku ingin semakin banyak orang yang mengetahui pernikahan kita."

Kalimat itu membuat Daisy mengulas senyum sambil menatap Nic. Kau memainkan peranmu dengan sangat baik, Nic...

"Ada apa?"

Kepala Daisy menggeleng pelan. "Aku baru sadar kalau kau ternyata tampan," akunya. Daisy tidak berbohong tentang hal itu. Tetapi wajah tampan Nic tentu tidak bisa membuatnya jatuh cinta di saat ia tahu tujuan pria itu padanya.

Lagi, Nic tertawa. "Kalau begitu, segeralah jatuh cinta padaku. Karena selain tampan, aku juga kaya dan menarik."

Kali ini Daisy yang tertawa.

Semua orang di sana memandang penuh senyum pada keromantisan yang diperlihatkan pasangan. Begitu pun dengan kedua orangtua Nic. Tentu tidak akan pernah ada yang tahu bahwa di dalam hubungan itu tersimpan banyak sekali kepura-puraan yang disembunyikan.

Sedikit jauh dari pasangan itu, ada Hugo yang memandang nanar pada Daisy yang tersenyum lebar di samping Nic. Hugo ingin sekali pergi dari tempat ini andai saja Gie tidak merangkul lengannya sambil terus memuji keromantisan dari adik dan sahabat wanita itu.

Sedangkan di posisi lain, Sarah berdecih sinis saat melihat Daisy tersenyum seolah menjadi wanita paling bahagia di muka bumi ini. Jangan salahkan dirinya yang begitu membenci Daisy. Tetapi salahkan saja wanita bernama Gracie yang sudah mencoreng nama baik keluarganya dengan menjadi jalang bagi putranya sampai melahirkan Daisy ke dunia ini. Jika saja bukan karena Helen yang bersedia merawat Daisy, Sarah tidak akan sudi bertemu dengan anak haram itu. Menjijikkan.

"Daisy sangat cantik malam ini." Helen menatap Daisy dengan senyum di bibirnya.

Sarah mendengkus jengkel. "Tidak ada yang lebih cantik dari cucuku—Gie."

Ramon yang mendengar kalimat itu hanya membuang napas lelah melihat kebencian sang ibu pada putri bungsunya itu. "Sebaiknya Ibu tidak mengatakan sesuatu yang bisa didengar keluarga Nic lalu membuat mereka marah karena Ibu tidak bersikap baik pada Daisy."

"Itu sebabnya aku tak pernah setuju saat kau menerima rencana perjodohan mereka dari Maida," sahut Sarah kesal. "Hugo memang sepadan dengan Gie, tapi tentu masih belum bisa disandingkan dengan Nic. Bagaimana bisa kau memilihkan suami yang lebih untuk anak harammu dibandingkan dengan cucu kesayanganku?"

"Ibu, cukup," geram Ramon menatap tajam sang ibu. "Hugo adalah pilihan Gie dan aku tak ingin mendengar Ibu membandingkan kedua menantuku lagi," tegasnya, lalu menghela napas saat merasakan usapan lembut dari sang istri di lengannya.

"Kau memang terlalu lemah pada anak harammu!"

Dan Ramon memilih untuk tidak membalas perkataan ibunya lagi dibanding harus membuat keributan yang tidak penting di pesta putrinya sendiri.

===

Acara meriah itu diakhiri dengan ciuman tiba-tiba yang lagi-lagi diberikan Nic pada Daisy. Setelah seluruh tamu pulang, Nic segera membawa Daisy ke kamar mereka dengan senyum yang terus bertengger di bibirnya.

Sedangkan di sebelah Nic, Daisy hanya berusaha menyimpan pemikirannya sendiri. Sikap Nic terlalu sering berubah-ubah dan seharusnya Daisy mulai terbiasa dengan hal itu. Karena Nic sepertinya memang berusaha berperan dengan baik.

"Aku ingin hadiah utamaku sebelum hari ini berakhir," bisik Nic dari balik punggung Daisy, lalu memberi kecupan di leher jenjang wanita itu.

"Nic..."

Seolah tidak mendengar panggilan itu, tangan Nic justru bergerak membuka resleting gaun Daisy dan membelai lembut kulit punggung wanita itu. Nic mengecup rahang Daisy lalu memberi senyum pada wanita itu melalui cermin. "Hadiahku, Daisy," bisiknya, lalu merangkum wajah Daisy dan memberi ciuman dalam.

Dua jam kemudian, Daisy sudah terlelap setelah Nic membersihkan tubuh sang istri yang terlihat sekali begitu lelah. Setelah memastikan Daisy nyaman dalam tidurnya, Nic perlahan melangkah menuju laci meja rias untuk mengambil anting kecil yang sejak ditemukannya tadi berhasil membuat pikirannya kacau—walau harus ditutupi dengan baik selama pesta berlangsung. Ketika anting itu sudah ditemukan, Nic melangkah pelan keluar dari kamar menuju ruang kerjanya.

Nic membuang napas pendek setelah menyatukan sepasang anting itu di atas meja kerjanya. Benar, anting yang selama ini disimpannya memang sepasang dengan anting yang Daisy katakan sebagai milik wanita itu. Napasnya sedikit memberat kala teringat kalimat yang diucapkan oleh Gie beberapa tahun lalu.

Sebelah anting milikku hilang saat diculik beberapa tahun lalu.

Hanya jawaban itu yang diberikan oleh Gie saat Nic bertanya tentang sebelah anting yang tak sengaja ditemukannya di dalam kotak kecil yang ada di meja belajar wanita itu. Ketika Nic ingin bertanya lebih lanjut, Gie terlihat tak baik-baik saja dan itu membuatnya merasa yakin kalau wanita itu adalah gadis yang sangat ingin ditemuinya karena mungkin Gie memang ingin melupakan kejadian mengerikan hari itu.

Sejak menemukan sebelah anting itu pula-lah, cara Nic memandang wanita itu perlahan berubah. Nic melakukan banyak hal demi membuat Gie bahagia. Banyak orang mengatakan bahwa Nic sudah jatuh cinta pada seorang Gianne Fredix dan ia tak mengelak—walau belum tahu pasti perasaan sejenis apa yang dimilikinya. Karena yang Nic tahu, ia hanya ingin membuat si pemilik anting yang selama ini disimpannya selalu merasa bahagia.

Tetapi sialnya, mengapa malam ini Nic justru harus mendapatkan sebuah kenyataan yang berlawanan dari apa yang sudah diketahuinya selama bertahun-tahun ini? Bagaimana mungkin anting ini dimiliki oleh dua wanita sekaligus, kan? Rasanya tidak mungkin. Hanya saja, siapa yang sebenarnya sedang berbohong di antara dua kakak beradik itu?

Nic kembali mengamati sepasang anting di tangannya. Ketika Nic melihat bagian dalam anting itu dan kali ini benar-benar memperhatikan dengan serius, tubuhnya seketika menegang hebat.

Ada satu ukiran inisial dengan tulisan sangat kecil yang ternyata selama ini sudah dilewatkannya.

DC.

Daisy Charlotte.

Tubuh Nic mulai terasa bergetar.

...anting pemberian ibu kandungku yang dititipkan pada sahabatnya sebelum meninggal.

Nic menggeram merutuki ketololannya selama bertahun-tahun ini. Dan semakin mengutuki dirinya sendiri saat teringat niat buruk yang sudah direncanakannya untuk Daisy—gadis kecil yang selama ini diharapkannya.

Kau benar-benar bodoh, Nic!

===

hahahaa kehancuran apalagi yang akan menanti Nic?

salam,
yenny marissa

12 Juni 2022

One Only [Completed] ✔️Where stories live. Discover now