14 = Memeluk Luka

1.9K 483 242
                                    

Daisy masih terdiam mendengar tiap kalimat pedas yang diucapkan oleh sang nenek padanya. Sedangkan seperti biasa, ayahnya hanya diam seolah mengiyakan tiap kalimat tajam yang ditujukan untuknya.

"Jangan pernah bertingkah hanya karena kau berhasil menikah dengan Nic." Sarah kembali mengulang kalimat yang sama untuk kesekian kalinya. "Kau harus ingat tujuan putraku mengambilmu adalah menjadi bayangan cucuku. Kau menjalankan perusahaan agar kami bisa menikmati hidup dengan baik."

"Aku sudah melakukannya," sahut Daisy pelan. "Kau bisa melihat laporan keuangan, sudah sebesar apa keuntungan kita baru di kuartal kedua tahun ini."

"Kau sudah berani menjawabku?" sengit Sarah tajam. Sarah benar-benar sangat membenci Daisy. Kehadiran Daisy seolah membuatnya kembali teringat bahwa di masa lalu, suaminya juga pernah berkhianat sampai menghasilkan anak haram di belakangnya. Jika saja Sarah tak bergegas membunuh wanita itu beserta anaknya tanpa sepengetahuan sang suami, Ramon mungkin tidak akan menjadi pewaris tunggal dari Fredix Corp. yang sudah besar dan bisa membuat hidupnya bergelimang harta.

Daisy membuang napas pelan. "Aku hanya memberitahumu agar tidak terjadi kesalah-pahaman."

"Berhentilah membalas perkataan nenekmu, Daisy. Kau hanya perlu diam dan mendengarkan kami agar tidak perlu terjadi perdebatan yang tidak perlu."

Sampai kapan?

Sesungguhnya, Daisy ingin sekali mempertanyakan hal itu. Tetapi Daisy tahu ia tak akan bisa melakukannya. Jika saja uang yang dihasilkannya dari perusahaan ini bukan hanya gaji yang sudah disepakati—seperti pekerja lainnya—mungkin Daisy sudah bisa membangun panti asuhan yang baru dan membawa seluruh keluarganya dari tempat lama agar keluarga Fredix tak lagi memberi ancaman padanya. Nyatanya, gajinya selama bertahun-tahun ini hanya bisa membuatnya menjadi donatur tetap bagi panti asuhan itu. Karena dengan kekuasaan yang dimiliki Fredix Corp., beberapa tahun lalu ayahnya sudah memblokir seluruh donatur dan menggantinya dengan dana bulanan yang tak seberapa dari perusahaan itu.

Jadi, sepenuhnya panti asuhan—tempat Daisy mengenal kasih sayang itu, bergantung pada Fredix Corp.

"Ingatlah kalau tempat yang sangat kau sayangi itu bergantung pada siapa," sinis Sarah.

Daisy memilih tak membalas. Ia sudah terbiasa dengan sikap sinis dari wanita yang sayangnya adalah neneknya itu.

"Soal pernikahanmu."

Kepala Daisy menoleh untuk menatap sang ayah.

"Kuharap kau bersikap baik pada Nic karena aku sedang bernegosiasi dengannya untuk membuat resort di dekat pelabuhan."

"Jadilah pelacur yang bisa memuaskannya agar proyek putraku berhasil dengan baik."

Seharusnya Daisy sakit hati dengan kalimat tambahan yang diucapkan sang nenek. Tetapi hebatnya, Daisy justru hanya diam tak memberi reaksi apa pun. Daisy juga tak lagi bisa menggambarkan jenis perasaan seperti apa yang ada padanya sekarang. Terluka-kah? Sakit hati-kah? Atau apa, Daisy juga tak tahu. Mungkin, Daisy memang sudah mati rasa.

Ramon hanya diam mendengar kalimat dari sang ibu. Ia menatap wajah Daisy yang masih begitu tenang. "Kau beruntung Nic tak menolak perjodohan dari ibunya. Menjadi istri seorang Nichollas Evandher adalah impian dari hampir seluruh wanita di negara kita."

"Ya, hanya cucuku-lah yang menolak pria itu dan lebih memilih sepupunya—yang sebenarnya belum bisa disandingkan dengan Nichollas Evandher."

"Aku mengerti," sahut Daisy menganggukkan kepala kecil.

"Baiklah. Hanya itu yang ingin kami katakan," ujar Ramon sambil bangkit berdiri. "Dan melihat perusahaan berjalan dengan baik, aku merasa sangat tenang."

One Only [Completed] ✔️Where stories live. Discover now