"Kakak membawa banyak uang!" Sharma mengangkat kantung koin emas tepat di depan wajahnya.

Kakak? Berarti Ader sudah kembali? Mengapa kakak Sharma itu kembali di saat seperti ini? Bukankah kerajaan sedang membutuhkannya?

Ia menurunkan tangan mungil Sharma, ia tidak tertarik sama sekali dengan uang-uang itu. "Mana kakakmu?"

Benar. Ia tidak melihat keberadaan Ader. Tadi Sharma keluar pagi-pagi sekali untuk menjemur pakaian, dan sekarang tiba-tiba masuk dengan sangat heboh. Lalu di mana Ader?

"Kakak sedang menjemur pakaian. Aku yang menyuruhnya tadi. Heheheh."

Ia tersenyum lembut pada keponakannya ini lalu mengusap kepala gadis itu. Di dunia ini, yang bisa memerintah Ader mengerjakan pekerjaan rumah hanyalah Sharma. Pria yang memegang pedang dan pandai menyelinap untuk memata-matai musuh itu tidak akan berdaya jika sudah dihadapkan dengan seorang Sharma. Sharma memang hebat.

"Kau ini. Kakakmu itu pasti lelah. Panggil kakakmu ke mari," ucapnya.

Sharma mengangguk patuh. "Oke, Paman."

Sharma baru akan memanggil kakaknya, tiba-tiba seseorang masuk. Seseorang itu adalah Ader, pria tampan berusia 26 tahun yang bekerja di kerajaan Alrancus. Ader adalah mata-mata kepercayaan Kaisar Ariga. Dan kini pria itu pulang tiba-tiba, entah ada apa.

"Apa kabar, Paman Ajoz. Sudah satu tahun tidak bertemu." Ader langsung menghampiri kursi pamannya kemudian memeluknya dengan erat.

"Paman baik-baik saja," jawabnya sambil membalas pelukan Ader. "Kau ini tidak sopan memanggil namaku."

Ader hanya tertawa kecil kemudian menatap adiknya yang masih berdiri di samping kursi Ajoz. "Hei, pakaiannya sudah selesai dijemur. Sekarang buatkan kakakmu ini air minum. Teh hangat, tidak pakai gula."

Sharma langsung cemberut. "Bukannya memelukku, malah memerintah. Kakak pikir aku pelayan seperti di istana? Tidak, aku tidak mau."

Satu jitakan mendarat di kening glowing Sharma. "Jangan manja. Cepat buatkan."

Walaupun sering melawan dengan kata-kata, akan tetapi nyatanya Sharma selalu menurut. Ya walaupun sambil menggerutu sendiri. Setelah Sharma pergi ke dapur, Ader mengambil posisi di sambil pamannya. Ia duduk santai di sana.

"Aku dengar perbatasan Barat sedang ada masalah, lalu mengapa kau pulang?" tanya Ajoz.

Ader menghela nafas. "Kebetulan ada tugas menyampaikan surat pada kepala desa sebelah mengenai keterlambatan membayar pajak, jadi sekalian saja aku pulang sebentar. Besok aku akan kembali ke istana, kemudian langsung kembali ke perbatasan Barat."

Tiba-tiba saja Ajoz melamun. Ia teringat dengan mimpi yang menganggu akhir-akhir ini. Mungkinkah karena tanggal perjodohan antara Sharma dan Kaisar Ariga semakin dekat? Tapi ia sudah berencana membatalkannya karena Ibu Ratu sendiri sudah tiada satu tahun yang lalu. Ia membatalkannya karena yakin Kaisar Ariga sendiri tidak mungkin mau menjadikan Sharma sebagai Selir. Sharma hanyalah gadis biasa dan mereka tidak saling kenal.

Niat perjodohan ini berasal dari Ibu Ratu. Dulu Ibu Ratu sering jalan-jalan ke perkebunan teh di desa ini. Sampai pada suatu hari, kedatangan Ibu Ratu dicegat oleh sekelompok bandit yang tidak tahu bahwa itu Ibu Ratu karena Ibu Ratu menyamar. Kebetulan sekali pada saat itu ia dan Sharma melewati tempat kejadian. Dan entah keberuntungan dari mana, hanya bermodalkan cangkul dan bambu, ia dan Sharma berhasil mengusir para bandit itu.

Sejak saat itu mereka kenal dengan Ibu Ratu. Setiap kali Ibu Ratu berkunjung, Ibu Ratu pasti akan mampir ke rumah mereka. Ibu Ratu sangat menyukai Sharma yang ceria, ramah dan baik hati. Oleh sebab itu Ibu Ratu memohon agar Sharma menjadi menantunya, yakni menjadi Selir Kaisar Ariga.

"Mengapa Paman melamun?" tanya Ader membuat lamunan Ajoz buyar.

"Paman hanya sedang memikirkan perjodohan Sharma dan Kaisar," jawab Ajoz jujur.

"Bukankah Paman sudah memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini karena Ibu Ratu sudah tiada?" tanya Ader. Ia tahu Ajoz sendiri kurang setuju dengan perjodohan ini. Menjadi Selir bukalah hal yang mudah dan menyenangkan, akan ada banyak masalah dan bahaya. Apalagi Sharma terbilang polos yang tak tahu menahu tentang kehidupan istana.

"Ya, benar. Tapi beberapa malam ini paman diteror oleh mimpi. Ibu Ratu datang dengan baju penuh darah. Beliau meminta paman membantu Kaisar Ariga. Beliau mengatakan seorang penyihir akan menghancurkan Kaisar. Setelah itu beliau meminta paman melakukan perjodohan ini. Dan anehnya, dalam mimpi itu beliau tahu bahwa Sharma adalah Amora."

Seketika Ader terkejut. Fakta tentang Sharma yang satu ini hanya diketahui oleh Sharma, Ajoz, dan dirinya. Selebihnya tidak ada yang tahu.

"Ibu Ratu meminta perjodohan ini tetap dilaksanakan seolah-olah hanya perjodohan ini yang bisa menjadi penolong Kaisar," lanjut Ajoz.

Ader tegang seketika. "Jangan-jangan sebenarnya Ibu Ratu sudah tahu tentang Amora yang sebenarnya?"

Penasaran tidak? Yuk ah tunggu episode berikutnya. Author ingatkan ya. Jangan lupa tekan gambar bintang biar Author tambah semangat.

Kaisar & Sang AmoraWhere stories live. Discover now