⊳⊰ EMPAT BELAS ⊱⊲

Start from the beginning
                                    

"Tapi aku belum selesai beli es krim." sendunya.

"Beli aja gak apa apa, abang ojek nya sampe sana pasti kamu udah beli. Lagian kalo pun es krim nya gak kebeli, nanti pulang sekolah aku beliin yang banyak. Vanila, kan? Kayak rasa kamu." sedikit ambigu, Fazura sampai memerah malu.

"Bumi bawel, deh. Zura suka." ia tak tahu apa yang terjadi diseberang telepon. Suara grasak grusuk terdengar dan saat ia lihat ke layar, panggilan dari Bumi dibisukan.

Tak tahu saja Fazura kalau Bumi sedang berteriak dengan daun telinga yang memerah.

"Sip. Nanti malem dapet jatah." suara Bumi terdengar lagi. Fazura menggeleng malu.

"Ini es krim buat dek Zura." Fazura mendongakkan kepala ketika semangkuk es krim putih sudah tersedia diatas meja.

"Makasih, Pak Agus." ucap Fazura diangguki Pak Agus. Lelaki tua itu dapat pesanan lain jadi langsung meninggalkan Fazura sendiri.

Fazura kembali pada ponselnya. "Aku mau makan es krim dulu. Sampai ket—"

Panggilan suara kini beralih pada panggilan Video. Fazura tersenyum kecil lalu mengizinkan panggilan video tersebut.

Wajah tampan Bumi langsung memenuhi layar ponselnya membuat Fazura tersenyum lebar.

"Mana? Coba liat es krimnya,"

Fazura mengalihkan kamera nya menjadi kamera belakang yang menyorot semangkuk es krim siap santap.

"Wihh, enak tuh. Semangkuk begitu pasti rasanya masih nyisa dibibir kamu sampe malem. Mau coba, ah." Fazura mengulum bibirnya malu. Kenapa pikiran Bumi lebih dewasa dari nya?

"Bumi, ih!"

Bumi tertawa diseberang sana. Tawa lepas yang membuat Fazura tersenyum. Fazura kembali memutar kameranya menjadi kamera depan.

"Halo, cantik!" sapaan suara lain terdengar seiring dengan wajah lain yang muncul di layar. Kalau diingat ingat, ini wajah salah satu teman Bumi. Namanya Rangga.

Fazura hendak menjawabi sapaan tersebut namun suara Bumi lebih dulu menyela.

"Jauh jauh lo dari bini gue! Ganggu aja,"

"Bumi! Leo! Rangga! Ngapain kalian nongkrong disini?! Balik ke kelas sekarang!" Fazura yang mendengar malah panik.

Bumi terlihat menoleh ke lain arah lalu kembali lagi menatap wajah Fazura di layar ponsel.
"Sampai ketemu dirumah, sayang. Jangan lupa alamatnya kirim." Fazura melambai pada ponselnya sebelum panggilan video berakhir.

Fazura mengetikkan alamat pada kontak Bumi lalu setelahnya ia menyimpan ponselnya. Kini ia harus menyantap es krim yang mulai mencair didepannya.

Sedang asik menikmati es krim favorit nya, suara kursi yang bergeser didepannya membuat Fazura mendongak. Mata Fazura membola takut. Perempuan itu langsung menyimpan tangan nya dibawah meja, saling bertautan meremas takut.

Mikael dengan pakaian santai nya duduk menatap perempuan yang akhir akhir ini ia akui menarik dirinya kembali.

"Ngidam es krim?" Fazura tak menjawab, perempuan itu menundukkan kepala.

"Masih vanila? Kayak rasa kamu."

Tangan Fazura berkeringat, bulir peluh juga terlihat di kening Fazura. Kenapa kata katanya sama seperti Bumi? Apa memang semanis itu?

"Zua, balik sama aku, ya?" Fazura mengangkat kepalanya tak percaya, setelah kemarin laki laki itu mencaci nya dengan jahat, kini lelaki itu ingin ia kembali? Pada lelaki itu?

"Kita gugurin kandungan itu dan kita bareng bareng lagi kayak dulu. Aku janji gak akan kasar lagi, Zua." dada Fazura seakan tertekan, hatinya ter-remas, matanya berkaca kaca menatap Mikael.

Tatapan Mikael terlihat sungguh sungguh.

"Kenapa kamu jahat banget, El? Dulu kamu juga janjiin hal manis sebelum sentuh aku, setelahnya apa? Kamu lukain aku, kamu buang aku dan kamu caci maki aku kemarin. Kamu waras?" dengan berani Fazura mengeluarkan suara hati nya. Air matanya yang keluar dihapus kasar oleh Fazura sendiri. Ia tak ingin terlihat lemah didepan orang jahat.

Mikael menggeleng, "Aku kalut kaget waktu itu. Lupain saat itu, Zua. Tolong balik sama aku, kita jalanin kayak dulu, please," Mikael menyatukan telapak tangannya bermohon pada Fazura. Sebenarnya apa tujuan laki laki ini mendekatinya lagi?

Fazura menggeleng sekali.
"Anak aku gak kenal ayah kandungnya. Dia nolak kamu." perut nya sedikit terasa tidak enak, ia juga mual. Ulah anak nya didalam kandungan.

Mikael melihat perut Fazura yang terlihat menonjol jika sedang duduk. Hatinya seperti tersentuh ketika berfikir perut kecil itu menampung seorang bayi.

"Ayo kita menikah, balik sama aku, Zua. Aku mohon."

Fazura membulatkan matanya tak percaya.
Secepat itu pikiran Mikael berubah? Sungguh pertanyaan yang ada di pikiran nya adalah, Mikael waras?

"Kita sama sama lagi. Lepasin laki laki kemarin, biarin dia bebas jalanin masa mudanya, apa kamu gak kasian sama beban dia di masa SMA nya?"

Fazura terdiam bersama pikirannya.
Bumi, terbebani?

=^•^=

Mikael kok muncul lagi sih ( ̄へ ̄)

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now