⊳⊰ SEBELAS ⊱⊲

112K 10.4K 159
                                    

! 18 !
•••

Minggu demi minggu berjalan.
2 minggu sudah pernikahan Bumi dan Fazura berjalan tanpa hambatan.
2 minggu juga datang untuk Bumi fokus pada ujian yang akan mendatang beberapa bulan lagi.

Beberapa bulan memang masih lama namun Fazura menerapkan ketegasan untuk Bumi belajar. Ia ingin Bumi menjadi yang terbaik sedangkan yang ditegaskan sedang asik menempeli si ibu hamil.

Seperti saat ini, Bumi tengah berada didepan perut Fazura yang masih belum terlihat menonjol, bibir lelaki itu tak berhenti berbicara pada janin kecil yang ada diperut Fazura. Fazura si pemilik perut hanya bisa mendengarkan sembari melipati baju baju Bumi yang sudah kering sehabis dijemur.

"Ayo dong cepet besar, Papa pengen ketemu." Bumi menggerakkan jari telunjuk nya pada perut Fazura yang terbalut dress tidur panjang.

Bumi terus berbicara sampai mata lelaki itu memberat. Fazura yang sudah tak dengar suara Bumi menunduk untuk melihat keadaan terakhir laki laki itu.

Fazura mengulum senyum melihat Bumi membenamkan wajah diperut nya. Lelaki itu sepertinya lelah berbicara sampai ketiduran, tapi sungguh paha nya kebas.

Fazura menyingkirkan hasil lipatan nya yang rapih ke atas nakas di dekat nya, kini tangannya beralih mengusap rambut Bumi yang mulai panjang. Ia mengusap sambil sesekali memanggil nama Bumi dengan lembutnya.

"Bumi, paha aku pegel." ucap nya pelan. Bumi masih tidak terganggu.

Fazura mengerucutkan bibir gemas, tangannya kini mengusap pipi Bumi dan mencubitnya kecil sesekali.

"Bumi, pindah ke sebelah, dong." pinta nya hati hati. Sebenarnya ia tak tega membangunkan Bumi mengingat lelaki itu sesekali belajar sampai malam karena perintahnya, tapi pahanya pegal.

Bumi terusik sedikit namun tak sampai membuka mata. Fazura kembali berusaha, kali ini ia menggoyangkan bahu Bumi pelan.

"Bumi, sakit." cicitnya membuat mata Bumi terbuka tiba tiba. Bumi langsung menatap Fazura panik.

"Mana yang sakit? Perutnya sakit? Gara gara gue, ya? Ayo ke dokter," Bumi bertanya sembari mendudukkan diri, tangan lelaki itu membingkai wajah Fazura.

Fazura menggeleng kecil, "Paha aku pegel kamu jadiin bantal," ucap nya pelan. Bumi menghela nafas, menyugar rambut nya kebelakang lalu kembali menatap Fazura.

"Tapi perutnya gak kenapa napa, kan?" Fazura menggeleng.

Mata Fazura menatap Bumi yang masih mengantuk, mata lelaki itu merah karena baru bangun dan juga terbangun tiba tiba. Fazura jadi merasa bersalah.

"Maaf jadi ganggu tidur kamu, pasti pusing bangun tiba tiba." Bumi menghela nafas lalu tangannya bergerak menarik hidung Fazura.

"Keseringan minta maaf, Bumi gak suka." ucap Bumi melembut. Bumi mengecup hidung Fazura sekilas sebelum beranjak dari atas ranjang.

Bumi membuka nakas, mengeluarkan dompet tebalnya, "Mau jalan jalan, gak?" alis Fazura terangkat merasa tertarik dengan ajakan Bumi.

Ah, tapi.. Rumah Bumi sedang kosong, Mami Kiara tadi juga menitipkan rumah ini padanya dan Bumi, bagaimana bisa ditinggalkan?

"Tapi rumah 'kan kosong,"

Bumi kini mengambil kunci mobil, "Sebentar doang, beli sate padang didepan komplek." Fazura terdiam dalam fikiran nya.

"Aku gak ikut, deh, biar rumahnya ada yang jagain." Bumi menghela nafas lalu menghampiri Fazura. Ia menarik tangan Fazura untuk berdiri dari tempat tidur.

BUMI [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang