⊳⊰ TIGA BELAS ⊱⊲

103K 10.1K 124
                                    

Sesampainya dirumah, Bumi langsung membawa Fazura menduduki sofa.

Fazura duduk sedangkan Bumi berjongkok didepan Fazura. Mata hitam lelaki itu memandang khawatir perempuan didepannya.

"Kamu gak apa apa?"

"Aku... Murahan, ya?" pertanyaan ini yang menjadikan diamnya Fazura selama dalam perjalanan pulang hingga membuat Bumi khawatir.

Bumi menggeleng, bangun dari jongkoknya dan memeluk kepala Fazura.
"Jangan didengerin, kamu gak kayak gitu. Laki laki kamu itu cuma aku, gak ada yang lain." ujarnya lembut dengan tangan bergerak mengusap kepala Fazura.

"Bumi.." panggil Fazura dengan suara pelan nya. Bumi menunduk melihat Fazura mendongak menatapnya. "Kasihan anak aku gak diakui ayahnya. Ayahnya malah nyuruh anak aku pergi dari dunia." suara serak menahan tangis membuat Bumi terpukul. Melihat Fazura nya seperti ini membuatnya sedih.

"Kasihan anak aku, Bumi." lirih Fazura yang perlahan menunduk menutupi air mata yang meluruh. Bumi membungkuk lalu mengangkat Fazura kedalam gendongannya.

Fazura memeluk leher Bumi dan menangis diceruk leher lelaki itu. Suara tangisnya terdengar jelas ditelinga Bumi membuat empunya telinga merasa tertusuk tepat di ulu hati. Tangis tersedu sedu hingga kesulitan bernafas membuat Bumi ikut sesak.

Bumi membawa Fazura di gendongannya naik menuju kamar keduanya. Sampai didalam kamar, Bumi menutup pintu menggunakan kaki lalu ia mendudukkan diri di ranjang masih dengan Fazura dipelukannya.

"Suuttt.. Ada Bumi disini, anak kita masih punya Papa nya yang ganteng ini dan si Mama nya yang cantik. Jangan nangis, sayang. Kasihan bayi kita ikut sedih diperut kamu." Bumi berucap bersama dengan tangan nya mengusap punggung Fazura yang bergetar masih menangis.

"Aku takut, Bumi."

"Ada aku, Zura. Aku disini, di pelukan kamu."

"Kenapa kamu baik banget?" pertanyaan itu terdengar samar disusul nafas yang perlahan teratur dan dengkuran halus.

Bumi mengangkat sudut bibirnya, ia merebahkan tubuh Fazura dengan penuh kehati-hatian.
Sebelum menjauh, ia menjawab pertanyaan Fazura sebelumnya.

"Karena itu kamu. Aku cuma bisa baik sama perempuan manis kayak kamu, Fazura Biru Orlando."

•••

Memijat pelipisnya, Bumi menghela nafas kesal. Tepat didepannya kebisingan berada berasal dari dua teman nya, seRangga dan leLeo.

Sejak satu jam lalu Rangga dan Leo datang, Bumi sudah mengingatkan untuk tidak berisik. Alasannya ada bayi sedang tidur. Saat Leo bertanya bayi siapa, Bumi menjawab bayi milik tetangga yang dititipkan.

Bukannya mengerti keduanya malah makin bising, seperti sekarang. Berisik nya tak terhenti.

"Dikata jangan berisik, budek!" celetuk Bumi kesal. Leo dan Rangga yang sedang bermain PS milik Bumi hanya tertawa singkat lalu melanjutkan bermain.

Bumi mengusap wajahnya kasar. "Gue tinggal bentar," ucap Bumi yang berlalu ke kamar.

Bumi masuk ke dalam kamar, melihat Fazura yang baru hendak ke kamar mandi.

"Eh, keberisikan jadi bangun, ya?" tanya Bumi membuat langkah Fazura terhenti dan menatap suami nya yang menutup pintu kamar.

Fazura menggeleng, "Mual," Bumi membulatkan bibirnya, mengerti.

Fazura masuk ke kamar mandi dan tak lama ia keluar kembali.

"Mau minum?" tanya Bumi yang sudah menunggu Fazura dikursi meja belajar. Fazura mengangguk.

BUMI [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang