⊳⊰ EMPAT BELAS ⊱⊲

96.7K 9.2K 121
                                    

Hari ini jadwalnya Fazura untuk cek kandungan. Kali ini Fazura masuk ke ruangan dokter kandungan sendirian, alasannya Bumi sekolah.

Awalnya, Bumi tidak ingat soal tanggal Fazura kembali cek kandungan. Lelaki itu baru ingat ketika jam istirahat. Itupun Fazura yang memberi tahu lewat pesan. Laki laki itu awalnya langsung ingin izin pulang, tapi Fazura cegah agar lelaki itu bisa fokus pada sekolah yang akan selesai dua bulan lagi itu.

Jadilah Fazura kini sendirian.
Tidak, ia bersama calon anaknya.

Selesai periksa, Fazura mendadak menginginkan es krim vanila didekat SMA nya dulu.
Beruntungnya, rumah sakit yang ia kunjungi tidak terlalu jauh dari sekolah SMA nya. Hanya naik angkutan umum sekali.

Selama perjalanan, Fazura mengabari Bumi kalau ia ingin sekalian membeli es krim. Lelaki itu belum menjawab, sepertinya sudah mulai jam pelajaran lagi.

Sampai didepan sebuah gedung Sekolah Menengah Atas, Fazura langsung menuju kedai es krim setelah membayar biaya antarnya.

"Siang, Pak Agus!" sapa Fazura pada pemilik kedai yang sedang merapihkan meja. Pak Agus selaku pemilik kedai mengangkat kepalanya.

Mata berkelopak keriputnya menyipit untuk mengenali penyapa nya. Keningnya berkerut bingung dan Fazura mengerti.

"Fazura, Pak. Alumni SMA sebelah." Pak Agus terdiam sebentar lalu jari telunjuknya menunjuk mengenali Fazura.

"Ohh.. Fazura ketua OSIS yang baik banget itu, ya?" Fazura tertawa dan mengangguk kecil. Ia tak tahu kalau ia dapat julukan begitu. Fazura dulu memang menjabat menjadi ketua OSIS di SMA 09, terkenal kebaikan nya hingga beberapa kali kecolongan murid yang membolos. Untungnya saat itu ia punya banyak anggota yang siap membantu dirinya yang sering tak tegaan. Mengingat itu Fazura jadi malu karena terlalu lalai.

Pak Agus menggerakkan tangannya untuk Fazura mendekat. Setelah Fazura mendekat, Pak Agus baru mengenali paras ayu lembut Fazura yang sama sekali tidak berubah semenjak dua tahun lalu.

"Mukanya masih muka anak SMP, lho. Cantiknya," Fazura bersemu malu karena dipuji. Perempuan itu mengambil tangan kanan Pak Agus dan dikecupnya punggung tangan keriput kasar itu.

"Pak Agus masih sehat, alhamdulillah."

"Alhamdulillah, makin tua saya." Fazura dan Pak Agus tertawa.

"Mau apa kesini, nak?" tanya Pak Agus menuntun Fazura untuk duduk.

Fazura mendudukkan diri disalah satu kursi. "Lagi kepengen es krim bikinan Pak Agus," kekehnya diakhir kata.

Pak Agus mengangguk senang.
"Saya buatkan dulu, ya? Masih vanila, kan?" Fazura mengangguk. Sedikit takjub mengetahui daya ingat Pak Agus yang umur ya sekitar 60 tahunan.

Selagi menunggu, ponsel Fazura berdering.
Fazura mengambil ponselnya di tas selempang kecil yang dibawanya dan melihat nama penelepon. Bumi.

Panggilan suara diterima Fazura.

"Kamu dimana?" tanya suara rendah khas Bumi.

"Di kedai es krim deket SMA aku. Bumi gak belajar?" tangan Fazura yang selalu refleks bergerak itu kini tengah memilih tali tas.

"Bolos sekali aja. Pulang sama siapa? Aku pesenin ojek online, ya?"

"Gak usah, Bumi. Aku bisa naik angkot nanti."

"No, No, No. Cantiknya Bumi gak boleh senggol senggolan sama orang didalem angkot. Aku pesen ojek online sekarang, kirim alamatnya." selalu saja. Bumi memang seperti itu. Tapi Fazura mengerti, Bumi hanya ingin yang terbaik untuknya dan kandungannya.

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now