" ARIS!"

"Segera lacak nomor yang saya kirimkan! lakukan dengan cepat dan minta pada kepala keamanan untuk memperketat pengamanan untuk anak-anak terutama abigaeil..,
jangan banyak bertanya..! lakukan dan segera minta anak buah mu untuk melacak keberadaan zanetta.."

Andhika memutuskan penggilan telepon, setelah memberi perintah pada aris.

" Sialan,.. aku tidak akan membiarkan kamu menyentuh anak-anak ku lagi zane, tidak akan pernah.." dengus andhika keras.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Abigaeil terdiam mencuri pandang pada wajah datar abrian yang fokus pada jalanan tidak ada suara yang terdengar membuat abi frustasi dia tidak biasa dengan suasana hening, dan sunyi.
padahal biasanya kan dia itu berisik seperti jangkrik katanya arseno.

Maka bayangkan saja bagaimana, seorang yang biasanya cerewet, berisik tidak bisa berhenti mengoceh harus terpaksa bungkam menahan segala celotehan nya tertahan di kerongkongan nyaris keluar.

" Mm, k-amu masih ikut kelas pi-ano..? " tanya ian tiba-tiba

Abigaeil mengerjap dengan wajah cengonya.

" A-abang beberapa kali liat kamu keluar dari kelas pi-ano dan kata temen-temen abang permainan kamu bagus.."

Abrian menatap abigaeil wajahnya masih datar, melihat abigaeil yang melihatnya dengan wajah cengonya.

Sepersekian detik kemudian abigaeil tersenyum, abrian benar-benar mengajaknya berbicara.

" Kamu pinter ya main piano? " tanya ian lagi.

Abigaeil tersipu malu, mengulum bibirnya lalu mengangguk pelan.

" Um, kata guru musik na begitu.. abi pinter main piano, gitar sama biola.." jawab abi pelan

" Ooh.. kamu juga bisa main gitar?! " tanya ian terdengar kaget

Abigaeil mengangguk sambil tersenyum manis.

" Bisa, tapi abi lebih suka piano~ " jawab abigaeil

"Waah hebat dong, abang juga suka main alat musik, gitar dan piano tapi ga jago abang juga belajar loh "

Abigaeil semakin antusias, merapikan duduknya menyimak seksama ucapan sang abang demi apapun ia suka berdekatan dan mengobrol dengan abrian.

"Um, kata papa suara abang bagus benget~
abang juga pinter nyanyi...?! "

Abrian mengerutkan dahi, wajahnya bersemu.

" P-papa bilang begitu? " tanyanya

"Iya..! nanti abi mau denger abang nyanyi boleh? " tanya abi semangat

Abrian tidak langsung menjawab senyuman tipis tersemat di bibir nya, melirik abi yang berbinar tidak terlalu buruk, bahkan rasanya senang bisa mengobrol dan berdekatan dengan anak itu.

" Boleh, asal kamu ajarin abang main piano? gimana..? " tawar ian

" Hg.. ajar-ajar ab-ang? " tanya abi memastikan

Abrian mengangguk fokusnya masih pada jalanan, tertuju pada mobil Lamborghini Aventador berwarna putih didepan sana itu milik rayidanta ternyata si alien tampan itu sungguh mengawal nya dan adiknya.

" Iya, kamu mau? "

Abigaeil mengangguk dengan senyuman manisnya.

" Umh.. nanti a-abi ajar..! " jawabnya senang

Abrian tersenyum hingga membuat matanya menghilang itu begitu menakjubkan di mata abigaeil sekian lama akhirnya ia bisa melihat senyuman abrian yang matanya ikut tersenyum, sama seperti awal perkenalan mereka saat itu.

ABIGAEILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang