Setelah berbincang cukup lama, Ve meminta izin untuk berkeliling di area panti. Langsung saja Ve mengajak Denzel dan Aluna yang meminta di gendong. Cukup luas area panti ini, dan fasilitasnya pun lengkap. Beberapa karyawan nya pun cukup berkompeten.
Dari usia bayi hingga remaja mereka menghuni disini, dan jika sudah lulus sekolah dan bekerja mereka di bebaskan untuk menentukan kehidupan masing-masing.
Ve mengajak Denzel dan Aluna ke ruangan yang di tempat oleh para bayi, dimana banyak sekali bayi yang berada di masing-masing bed. Dirasa cukup Ve melanjutkan ke ruangan lain yang di isi oleh balita yang seumuran Aluna. Dan terus berlanjut hingga kamar para remaja. Denzel terlihat menikmati sedangkan Aluna gadis kecil itu hanya terdiam di gendongan Veranda, ia merasa asing dan tidak mengerti. Terlebih dirinya tidak terbiasa berada di suasana ramai seperti ini.
Dan tiba makan siang semua nya berkumpul, kecuali para bayi dan batita. Hanya yang sudah mulai sekolah TK dan para remaja yang bergabung di ruang makan. Semua sudah sedia beberapa box makanan dan di tempat dengan teratur oleh para anak yatim-piatu. Dan acara makan pun berlangsung khidmat.
.
.
"Mam kenapa ajak abang sama adek kesini?"
Kini mereka bertiga sedang dalam perjalanan pulang. Duduk seat belakang dengan Aluna di pangku dan Denzel duduk di sebelah Veranda.
"Karena mami mau abang sama adek belajar tentang berbagi terhadap sesama. Terutama sama mereka yang hidupnya tidak seberuntung kita. Abang sama adek lihat kan mereka semua gak punya ayah dan ibu" jawab Ve.
"Kenapa Mi ? Telus mami papi meleka kemana? " si bungsu Aluna menanggapi ucapan Veranda. Ia memalingkan wajahnya menatap sepenuhnya pada sang ibu.
Ve tersenyum bangga mendengar pertanyaan putrinya, ia bersyukur mempunyai anak yang cerdas, di usianya yang baru menginjak 3 tahun. Sering kali Aluna melemparkan pertanyaan yang cukup kritis kepadanya atau orang sekitarnya.
"Karena tidak semua anak itu dapat melihat atau mempunyai orangtua, seperti mereka semua yang ada di panti tadi. Bahkan ada yang hidup di jalanan, tidur di bawah kolong jembatan dan masih banyak lagi"
Ve menjelaskan lebih rinci lagi dengan bahasa yang dapat di mengerti oleh anaknya terutama Aluna. Bahwa kedua anaknya masih lebih beruntung memiliki orang tua dan keluarga lengkap, meski tidak ada sosok seorang ayah. Tidak seperti mereka yang beberapa diantaranya ada yang sengaja di buang, atau memang ditinggal mati oleh orangtuanya dan masih banyak alasan lainya.
"Jadi Luna sama kayak meleka ya mi?" tanya Luna dengan pacaran mata yang sendu, meski belum terlalu memahami. Tapi gadis kecil itu sedikit mengerti mengenai penjelasan ibunya. "Papi nya Luna belati udah meninggal?"
Ve tersenyum sedih, ia memeluk putri semata wayang nya. "Iya, Papi udah ada di Surga bersama Tuhan" diam-diam Ve menghapus airmata nya, dadanya kembali sesak mendengar dan menjawab pertanyaan putrinya. Denzel pun ikut membaur memeluk mama dan adiknya.
***
Tiba di bandara LAX Los Angeles. Ve, Gracia, Shandi dan kedua anaknya kini sedang menunggu penjemputan. Shandi si adik ipar yang sudah mengatur semuanya, dan dimana mereka akan tinggal sementara.
"Mami abang mau pipis"
Veranda bertanya apakah masih lama atau tidak jemputan mereka tiba, setelah mendapat jawaban ia pergi mengantar Denzel. Dan menitipkan Aluna bersama Shandi dan Gracia.
"Ge aku mau cek dulu ke depan ya, kamu tunggu sama Luna" ujar Shandi yang menerima pesan dari supir yang menjemput nya.
Gracia yang masih mengantuk hanya menganggur lalu tangannya merangkul keponakan nya yang duduk di pinggir nya, tak kuat menahan matanya yang berat membuat Gracia terlelap tanpa sadar. Dan si kecil Aluna yang terlihat segar, memainkan game di ponsel milik Gracia.
YOU ARE READING
Levirate (END)
Fanfiction(Venal area) Warning Awas BAPER !!!! [Private acak] 😼 (25 oktober 2016) BxG Ketika Cinta sejati hadir menjelma Cinta yang baru, menawar hati yang sudah tertutup mati. "Hati dan Cintaku sudah mati , tapi Kenapa dengan perlahan namun pasti kamu...
Part 56 'L.A'
Start from the beginning
