12 - Visit New Home

52 28 0
                                    

Triangle artinya segitiga. Triangle love artinya aku, kamu, dan dia.

***

Bel pulang sekolah berbunyi. Clarissa berjalan menuju parkiran bersama dengan sahabat-sahabatnya. Namun sesampainya di parkiran, seperti biasa mereka berpisah. Clarissa mengedarkan pandangan melirik-lirik area parkiran anak kelas 12. Dari ratusan siswa-siswi, ia jadi kelimpungan sendiri mencari seseorang. Hingga kurang lebih sekitar 5 menit, ia dapat menemukan sosok laki-laki yang juga tengah melongok kanan-kiri-depan mencari seseorang. Clarissa tersenyum tanpa sadar melihat betapa menawannya sosok laki-laki itu. Tak ingin terlalu larut dalam keterpesonaannya, ia berlari kecil menuju ke arah laki-laki itu.

Saat sudah hampir sampai di dekat laki-laki itu, gadis itu terkejut karena ada seseorang yang menarik dan mendekap tubuhnya. Clarissa syok saat mendengar suara tabrakan. Dengan perlahan, gadis itu membuka matanya dan menemukan bibir seseorang tepat di hadapannya sedang meringis pelan. Ia pun mendongak sedikit dan mata mereka bertemu satu sama lain.

"Kak Arim?" Ujar Clarissa terkejut. Ia kemudian melepaskan diri dan melihat sekitar. Ada beberapa pasang mata yang menuju ke arah mereka. Clarissa meringis lalu beralih menatap ke arah pemuda yang sedang berada di dekatnya dan Arimbawa.

"Rim sorry gak sengaja. Gue lagi buru-buru. Nyokap gue pingsan makanya gue gak liat-liat dulu. Sorry bro. Ada yang sakit?" Ujar pemuda itu yang ditebak Clarissa adalah seniornya.

Arimbawa tersenyum tipis, "Gak masalah. Sana pergi temuin nyokap lo. Ajak ke rumah sakit, takut ada apa-apa."

Pemuda itu menatap Arimbawa dengan bersalah lalu mengangguk, "Thanks. Itu bahu lo perlu dicek juga, takutnya memar soalnya tadi kena spion motor gue keras banget." Pemuda itu kini beralih ke arah Clarissa, "Lo gak papa? Sorry ya tadi hampir nabrak elo."

Clarissa mengangguk, "Aku gak papa Kak."

Pemuda itu mengangguk lalu menepuk sekilas bahu Arimbawa sebagai kode izin pergi. Arimbawa tersenyum dan mempersilahkan pemuda itu pergi. Arimbawa kemudian menatap Clarissa yang ada di hadapannya.

"Kamu gak papa?" Tanya laki-laki itu.

Clarissa mendelik tajam pada Arimbawa, "Kok nanya aku sih Kak? Kan aku yang harusnya nanya! Kakak gak papa?!" Tanyanya ngegas.

Arimbawa terkekeh, "Bohong banget sih kalau saya bilang gak sakit, buktinya bahu saya sedikit nyut-nyutan."

Clarissa mendecak lalu menarik Arimbawa, "Ayo ke UKS." Arimbawa diam saja dan membiarkan gadis itu menarik tangannya pelan dan memimpin jalan.

Sesampainya di UKS, gadis itu bersyukur karena masih ada petugas UKS. Ia meminta petugas itu untuk mengecek bahu Arimbawa karena gadis itu tidak mengerti apa yang harus dilakukannya, jadi ia menyerahkan sepenuhnya pada petugas UKS. Sembari menunggu Arimbawa yang selesai diobati, seseorang memanggil namanya.

"Kamu gak papa? Tadi Kakak liat kamu hampir kecelakaan." Ujar seseorang itu.

Clarissa berdeham menghilangkan wajah paniknya saat tahu bahwa bahu Arimbawa memar, "Gak papa Kak. Untung ada Kak Arim sih."

"Cla, udah selesai." Interupsi sang petugas yang seangkatan dengan Clarissa.

"Makasi ya udah ngobatin Kak Arim."

Gadis sang petugas itu mengangguk, "Perlu dibawa ke tukang urut ya, biar jadi lemes otot bahunya lagi. Menurut gue gak serius tapi coba aja cek ke rumah sakit lagi kalau bahunya makin kerasa sakit."

Clarissa mengangguk lalu menatap Arimbawa yang tengah mengurut pelan bahunya itu karena seragam laki-laki itu terlepas yang hanya menyisakan kaos dalam warna putih laki-laki itu.

BEHIND THE SELLERDonde viven las historias. Descúbrelo ahora