Bagian Delapan Belas

19 5 14
                                    

Syana terkejut saat mengetahui jika di hadapannya adalah sang pemilik mata merah. Syana memundurkan langkahnya pelan.

Zen menundukkan kepalanya kembali, matanya bereaksi saat menatap mata gadis itu.

Tiba-tiba sinar dari mata Zen muncul, warna merah langsung mendominasi dalam ruangan itu.

Syana menatap ke sekelilingnya. Suasana berubah. Gadis itu pun tergeletak tak sadarkan diri sangking tak kuatnya dengan suasana yang terbuat oleh reaksi mata Zen.

Zen juga berusaha mencoba mengendalikan diri agar reaksi matanya bisa dihentikan. Namun, karena kuatnya dorongan yang terjadi. Zen pun tak kuasa menahan dan juga tergeletak tak sadarkan diri.

Keduanya sama-sama terlelap di lantai dengan posisi berdekatan.

Apa yang terjadi? Kenapa mereka bisa seperti itu?

***

Beberapa tahun yang lalu, tepat saat ayahnya Zen meninggal dunia, saat cowok itu memutuskan untuk memakai topeng, menutupi wajahnya dari semua orang. Zen pun mengembara, meninggalkan kota kelahirannya.

Zen berlatih, mengasah kekuatan matanya itu, mencari apa kekuatan sebenarnya yang bisa dimanfaatkan dari mata merah itu. Namun, yang ditemukan Zen tak ada satu pun manfaat yang mesti dibanggakan dari mata yang disebut kutukan itu.

Zen mengetahui kekuatan matanya itu adalah memberhentikan. Apa pun yang hendak diberhentikan bisa memakai mata itu. Contohnya yang sering terjadi adalah ... memberhentikan detak jantung seseorang.

Entah sudah berapa banyak manusia yang terbunuh oleh mata merah itu, hanya karena mata itu mengamuk. Namun, semakin banyak korban berjatuhan semakin meningkat pula kekuatan matanya itu.

Jadi, apa spesialnya?

Zen bahkan jadi takut jika bertemu orang banyak, karena dia masih belum bisa mengendalikan mata itu dulunya.

Sekarang Zen sudah mulai belajar dan dia pun mencari tahu bagaimana dia bisa ditakdirkan mata kutukan itu. Zen juga mencari tahu bagaimana cara menghilangkan kekuatan mata itu.

Suatu hari, di hutan, terdapat  gubuk kecil, ada seorang pria paruh baya yang sudah tua tinggal di sana. Zen singgah di tempat itu, karena dia pikir sebelumnya tidak ada penghuninya.

Lalu, kakek itu pun pulang ke gubuknya. Zen yang hendak pergi, ditahan oleh kakek itu.

"Mau ke mana? Di sini saja sama Kakek."

"Maaf, Kek. Aku tidak bisa berlama-lama, karena aku sedang dalam perjalanan," ujar Zen kala itu.

"Kau ...."

Kakek itu pun tampak seperti heran menatap Zen yang saat itu tak sadar sedang melepaskan topengnya.

Zen baru tersadar jika dia lupa memakai kembali topengnya. Cowok itu melihat ke kanan dan kiri menatap di mana letak topengnya. Sedangkan Kakek itu segera menarik tangan Zen untuk kembali duduk.

"Kakek baru pertama kali melihat mata orang seindah itu."

Zen terkejut. Apakah sekarang matanya berubah lagi? Cowok itu langsung menunduk, takut jika nanti tiba-tiba menyelakai kakek itu.

"Ternyata mata merah itu memang ada," ujar Kakek itu tiba-tiba.

"Kakek tahu dari mana?"

"Kakek pernah mendengar ceritanya. Kakek tidak menyangka kau masih hidup. Berarti kau lebih tua dariku. Tapi, kenapa kau tetap awet muda?"

Zen langsung mengangkat tangannya dan menggeleng cepat. "Bu--bukan, Kek. Aku memang masih muda, aku bukan si pemilik mata merah yang Kakek maksud."

DUA MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang