Bagian Empat

60 19 127
                                    

Hello, Happy Reading!

***

Hari ini Raini kembali bekerja, karena kondisinya sudah membaik. Raini hanya meminum obat-obatan herbal penguat daya tahan tubuh. Berkat itu, sekarang ia sudah bisa beraktivitas kembali.

Ia sekarang sedang mengantarkan anaknya ke sekolah. Setelah sampai di depan sekolahnya, Syana berpamitan dengan Raini. Hari ini adalah hari pertama gadis kecil itu masuk sekolah.

"Nanti Ibu jemput lagi ya, Nak."

"Baik, Bu."

Raini tersenyum, lalu melangkah pergi. Ia berdoa semoga mata biru Syana tidak muncul saat ia berada di sekolah. Itulah yang Raini khawatirkan.

Syana langsung masuk ke kelas, semua temannya sudah berada di kelas teenyata. Syana hendak menyapa Dono, tetapi cowok itu malah melengah.

Tatapan Syana beralih ke Reza, tetapi sama saja, cowok itu pun mengabaikannya. Ada apa dengan mereka? Bukankah mereka berteman?

"Syana, sini!" Sebuah suara memanggil Syana. Gadis itu menoleh, menatap Haru yang menyuruhnya duduk di sebelah bangkunya.

Syana langsung melangkah menghampiri, hendak duduk di sebelah Haru, tetapi tiba-tiba Rita duduk duluan di bangku itu.

"Aku yang duduk bersama Haru," ujarnya datar.

"Oh, baik." Syana menatap Haru, cowok itu hanya bisa tersenyum tidak enakkan.

Lalu, tiba-tiba tangan Syana ditarik oleh seseorang di sebelah. Syana segera menoleh, menatap siapa pelaku itu, yang ternyata ... Kyo.

"Duduk di sini saja," ujarnya. Syana tersenyum.

"Baik. Terima kasih, Kyo!"

Syana duduk di samping cowok itu. Tak lama kemudian seorang guru pun memasuki kelas.

Pelajaran pertama Syana duduk di bangku sekolah ini pun dimulai. Ia akan belajar sebaik mungkin, agar bisa menjadi anak yang cerdas dan sukses di masa depan. Syana ingin membahagiakan ibunya.

Bu guru yang sedang mengajar itu bernama Weni, tadi ia sudah berkenalan. Sekarang giliran murid-muridnya yang diminta memperkenalkan diri masing-masing.

"Baik, sekarang giliran kamu, Nak!" suruh Bu Weni menunjuk Rita.

"Namaku Rita Arwiya. Panggil saja Rita."

"Hai, Rita!" sapa semuanya.

Semuanya sudah mengenal Rita. Ya siapa yang tidak kenal? Ia adalah putri kepala desa. Tentu saja semua orang mengenalnya. Walaupun bersikap angkuh, tetapi tak ada yang berani menegurnya.

"Selanjutnya," ujar Bu Weni menujuk Syana. Gadis berbulu mata lentik itu segera berdiri. Ia juga menampilkan senyumnya. Namun, semua orang tiba-tiba berisik.

"Diam dulu semuanya, dengarkan teman kalian ingin berkenalan."

Kelas kembali diam. Syana pun mulai memperkenalkan dirinya. "Namaku Arisya Nalla. Teman-teman bisa memanggilku Syana."

Tiga detik berlalu, tetapi tidak ada yang menyahut perkenalannya, berbeda dengan Rita tadi yang langsung disapa balik. Tidak apa-apa, Syana tak mempermasalahkan itu.

"Terima kasih," ucap Syana membungkuk sedikit, lalu kembali duduk. Teman-temannya tampak mengabaikannya, kecuali Haru yang menatap Syana singkat. Gadis itu tersenyum menatap Haru, seoalah mengatakan ia baik-baik saja.

Syana beralih menatap Kyo di sampingnya yang sedang menatap lurus ke depan.

"Ya, salam kenal, Syana," ujar Kyo pelan tanpa ekspresi. Syana mengembangkan senyumnya. Akhirnya ada juga yang membalas sapaan perkenalannya.

DUA MATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang