Bagian Lima Belas

16 5 16
                                    

Happy Reading!

***

Hari yang ditunggu-tunggu Syana pun tiba! Ya, hari di mana raja dari Negeri Arland akan berkunjung ke Desa Alwaly.

Para prajurit pun sudah mulai memasuki desa, di belakangnya ada banyak pelayan istana yang memberikan sembako kepada para warga. Syana dengan senang hati menerima sembako yang diberikan padanya itu.

Di samping Syana, ada Rita yang juga menyaksikan itu, walaupun sebenarnya Rita sangat malas, lebih baik dia diam saja di kamarnya tadi. Namun, karena menghormati ayahnya sebagai kepala desa, Rita pun memilih untuk menghadiri acara tersebut.

Saat diberikan sembako, Rita menolak. Namun, karena senggolan siku Syana yang sengaja mengenainya, akhirnya kantong sembako itu diterima oleh Rita.

Gadis itu langsung saja memberikan sembako itu pada Syana.

"Rita ... aku larang kamu nolak sembakonya, bukan karena aku mau minta. Aku hanya ingin kamu menghargai para pelayan istana itu saja," ucap Syana.

"Iya, aku paham, tapi ambil sajalah untukmu. Aku tidak mau."

"Tapi, Rit ... ini kan untuk kamu, tidak us--"

"Ambil saja atau aku buang?"

"Eh, jangan dibuang!"

"Hm, ya udah ambil!" Rita menyodorkan kembali sembako itu kepada Syana. Kali ini gadis itu pun menerima saja, dia tak mungkin tega membiarkan sembako itu terbuang sia-sia.

"Terima kasih, Rit."

"Iya."

"Emang kenapa kamu tidak mau nerima sembakonya?"

Rita hanya mengangkat bahu. Syana mengerti, dari awal Rita memang tak suka dengan kunjungan Raja Anjrite.

Bunyi suara arak-arakan pun terdengar. Semua pasang mata langsung menoleh ke asal suara. Sebuah kereta kencana memasuki area.

"Wah, itu rajanya!"

"Itu Raja Anjrite, bukan?"

"Ternyata Raja Anjrite benar-benar datang."

"Wah, baru pertama kali aku melihat seorang raja!"

Seperti itulah teriakan antusias para warga yang hadir.

Syana pun ikut antusias, sedangkan Rita memutar bola matanya malas. Dia tak akan tertarik dengan anggota kerajaan itu. Bagaimanapun Rita tahu, jika desa ini pernah hendak diserang oleh Kerajaan Arland.

"Rit, lihat deh keretanya bagus!" ujar Syana. Oh, ternyata gadis itu terpesona dengan keretanya, bukan rajanya.

"Iya," jawab Rita singkat.

"Itu ratunya, ya? Putrinya atau pangerannya mana?" tanya Syana.

"Mereka cuma punya anak satu, laki-laki, tapi aku tidak tahu namanya siapa. Rumornya pangeran itu jarang berada di istana," jawab Rita yang walaupun bersikap cuek, tetapi mengetahui segalanya.

"Kamu tahu banyak ya, Rit."

"Tidak, aku hanya mengetahui rumor."

"Hmm, jadi penasaran siapa pangerannya."

Rita mengangkat bahunya. Dia tak peduli, jadi biarlah Syana berlanjut memikirkan siapa yang menjadi Pangeran Kerajaan Arland.

Padahal orangnya sering bersama dengan Syana. Kecuali hari ini.

Acara pun dimulai, Kepala Desa memulai berbicara untuk menyambut kedatangan raja dan jajarannya. Kepala Desa juga memberitakan, bahwa pembangunan jembatan pada sungai itu adalah bantuan dari Raja Anjrite. Tepukan tangan pun menggelegar.

DUA MATAWhere stories live. Discover now