Bagian Sepuluh

29 11 45
                                    

Happy Reading. Ada yang baca gak, ya? Komen dung, hihi.

Btw kalian penasaran gak sih asal-usulnya Aca? Di mana asalnya? Yang pasti dia bukan warga Desa Alwaly, ya.

***

Seperti yang sudah diketahui, laki-laki yang kini tinggal di rumah itu bersama Syana bukanlah Kyo yang asli.

Ya, laki-laki itu adalah Aca. Teman kecil Syana juga, tetapi sekarang mungkin saja gadis itu sudah melupakannya, lebih tepatnya sudah tidak ingat lagi.

Kenapa Aca menyamar sebagai Kyo? Lalu, apa yang terjadi pada Syana sehingga dia tidak mengingat kejadian apa pun selama satu tahun belakang?

Hanya Aca yang tahu, karena dialah yang membuat Syana melupakan itu.

Bermula saat Aca kembali ke Desa Alwaly, setelah lima tahun lamanya dia tak pernah ke desa itu lagi. Terakhir kali sebelum itu Aca bertemu Syana saat mereka berumur sebelas tahun.

Kala itu Aca pamit pada Syana jika dia tidak akan kembali ke desa itu lagi, karena suatu hal yang tidak bisa disebutkan oleh Aca.

Namun, lima tahun kemudian, tepatnya saat dia berumur lima belas tahun, Aca pun kembali ke desa itu lagi untuk menemui Syana, karena gadis itu berhasil menjadi teman satu-satunya.

Aca ingin bertemu gadis itu lagi dan bermain bersama kembali. Namun, setelah sampai di rumah Syana, Aca malah melihat keributan.

Laki-laki itu hanya mengintip dari luar dan dia pun terkejut ada sosok pria yang hendak membawa Syana.

Tentu saja Aca tidak membiarkan hal itu terjadi. Dia lalu memikirkan cara bagaimana menyelamatkan Syana.

Akan tetapi, tiba-tiba sebuah cahaya dari dalam rumah bersinar terang. Aca pun melongo menyaksikan. Saat cahaya itu padam, pria kasar di dalam rumah itu sudah tersungkur dan tergeletak di lantai. Buru-buru Aca masuk untuk menghampiri Syana.

"Ibu ... bangun, Bu!" lirih gadis cantik itu memeluk ibunya yang tampak pucat pasi.

Aca dapat mengetahui jika ibu Syana sudah tidak bernyawa lagi. Dia mendekati Syana, mengusap bahu gadis itu pelan.

"Syana," panggilnya lembut.

Gadis itu tidak menyahut, dia masih terus memanggil ibunya, berharap Raini mampu membuka matanya lagi. Namun, mustahil.

"Syana, Ibumu pasti sudah tenang di sana, kamu harusnya ...."

"Diam! Aku tidak mengizinkanmu berbicara!" sentak Syana membuat Aca terkejut. Laki-laki itu pun menurut saja, daripada nanti Syana murka.

"Ibu ...." Syana memeluk ibunya erat, tanpa berniat melepaskan.

"Kenapa Ibu tinggalkan Syana secepat ini? Kenapa Ibu mengorbankan diri untuk Syana? Ini semua salah Syana, kan, Bu! Maafkan Syana yang selalu membuat Ibu menderita."

Gadis itu tersedu-sedu. Air mata sudah membasahi pipinya. Nyatanya sebanyak apa pun Syana memanggil Raini, ibunya itu tak akan bisa menjawabnya lagi.

Tiba-tiba telinga Syana berdenging keras. Gadis itu pun berteriak, sembari menutup kedua telinganya dengan tangan.

"Syana ... ada apa?" tanya Aca khawatir. Gadis itu seperti kesakitan.

Suara denging itu perlahan hilang. Bersamaan dengan itu, tampak sebuah sosok di hadalan Syana membuat gadis itu mengernyit.

Hal ini seperti pernah dirasakan sebelumnya. Dia berasa di dimensi berbeda.

"Hai, pemilik mata biru."

DUA MATAWhere stories live. Discover now