17. Kimbab

69 3 2
                                    

Tanggal penulisan :

28 April 2021 pukul 15.23 - 1 Mei 2021 pukul 23.24 (belum termasuk revisi)

"Kalian tidak mencoba menanyakan apa alasannya kenapa dia tidak mau ikut?" Tanya Nayeon entah pada siapa. Kini, mereka tengah menikmati makan malam mereka di sebuah restoran Jepang favorit mereka.

Mereka tentu sudah menebak jika Nayeon akan mempertanyakan hal itu nantinya. Pasalnya, mereka datang bersama Jeongyeon tanpa kehadiran Mina di sana.

"Tidak sempat, dia langsung pergi begitu saja." Sahut Dahyun sedikit kesal. Mengambil sepotong sushi di depannya lalu melahapnya dalam satu kali suapan.

Ia masih ingat betul bagaimana ekspresi penolakan Mina saat mereka mengajaknya makan malam bersama tadi. Terlihat seperti orang yang sedang berusaha menghindar daripada terburu-buru untuk pulang karena sesuatu.

"Jangan negatif thinking, mungkin dia menolak karena dia memang lelah setelah bekerja. Jeongyeong bilang, hari ini toko mereka ramai pengunjung kan? Jadi, wajar kalau Mina ingin pulang cepat." Ucap Jihyo menasehati. Selain sebagai alasan, juga agar dua kakak beradik Im itu tidak curiga.

"Tapi aku tidak yakin tentang itu." Ucap Tzuyu juga ikut menanggapi.

"Mwo? Apa maksudmu?" Tanya Sana tak mengerti.

"Kalian tidak lihat bagaimana sikapnya tadi? Dia.... Terlihat seperti sedang menghindari kita." Rupanya, tak hanya Dahyun yang merasakan hal itu, tapi Tzuyu juga ikut merasakannya. Dari tatapan mata dan gestur tubuh yang Mina perlihatkan tadi, jelas terlihat jika gadis itu tengah menghindari mereka.

"Ah.... Itu mungkin perasaanmu saja, Tzuyu-ya." Ya, itulah Jihyo. Selalu dengan pikiran positifnya sembari melirik sang adik untuk tidak melanjutkan pembicaraan itu lagi.

"Bagaimana kalau setelah ini kita kerumahnya? Sekalian kita bawakan makanan untuknya. Kalau memang benar dia tidak mau ikut karena lelah bekerja dan ingin langsung beristirahat, dia pasti tidak akan sempat untuk memasak atau membeli makanan bukan?" Gadis yang sedari tadi diam dan justru asyik menikmati makanannya, akhirnya mengeluarkan pendapatnya. Membuat mereka semua tercengang karena tak percaya atas apa yang baru saja di katakan gadis itu.

"Momo-ya? Apa kau sehat?" Tanya Jeongyeong tiba-tiba khawatir, menyentuh kening gadis itu guna mengecek subuh badannya.

"Apa menurutmu aku terlihat sakit sekarang?" Ucap Momo sedikit kesal seraya meletakkan sumpitnya karena reaksi berlebihan yang teman-temannya tunjukkan.

"Ucapanmu barusan.... Apa kau sadar mengatakannya?" Jihyo bertanya untuk memastikan. Jangan-jangan, yang mengucapkan kalimat itu tadi bukan Momo. Tapi malaikat yang baru saja lewat.

"100% sadar."

"Wah..... Momo-ya, tumben pikiranmu bisa berjalan dengan normal." Bukannya memuji atau bersyukur dengan sifat baik sang teman, Sana justru tertawa mengejeknya.

"Ya! Kau pikir selama ini pikiranku tidak berfungsi?" Raut kekesalan mulai terlihat di wajah Momo.

"Pikiran Momo unnie normal kalau urusan makanan." Ucap Dahyun membumbui, membuat suasana kedua orang itu semakin memanas.

"Ya!" Jika saja Jeongyeong yang duduk di sebelah Momo tidak segera mengambil sumpit yang ada di tangan Momo, mungkin sekarang sumpit itu sudah melayang mengenai wajah Sana atau Dahyun.

Mereka sama sekali tidak terkejut dengan pertengkaran yang terjadi di antara kedua gadis itu karena Momo dan Sana memang selalu seperti itu. Di manapun tempatnya dan bagaimanapun keadaannya, mereka selalu saja bertengkar layaknya Tom and Jerry. Padahal, jika sudah saling berjauhan, mereka akan saling merindukan satu sama lain layaknya sepasang kekasih yang tak pernah bertemu. Selain itu, baik Sana ataupun Momo, keduanya akan saling memberikan perhatian dan kasih sayang jika salah satunya jatuh sakit atau membutuhkan sebuah pelukan.

IM MINAWhere stories live. Discover now