06. That feeling

96 4 0
                                    

Tanggal penulisan :

27 Maret 2021 pukul 18.35 - 28 Maret 2021 pukul 11.45 (belum termasuk refisi)

Kedatangannya ke negara orang bukanlah untuk berlibur atau bersenang-senang, melainkan untuk meraih mimpi dan cita-vita yang sudah lama ia dambakan. Itu sebabnya, akan percuma semua perjuangannya jika waktunya habis terbuang sia-sia. Uang yang ia bawa dari Jepang memang masih cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tinggal di Korea beberapa bulan ke depan. Tapi bukan berarti ia bisa tenang dan bersantai-santai. Ia harus segera mencari pekerjaan untuk mengumpulkan lebih banyak penghasilan, agar kehidupannya nanti setelah masuk sekolah tak begitu menyedihkan hanya karena dirinya yang tidak memiliki uang.

"Anyonghaseo..... Selamat datang." Sapa seorang gadis penjaga toko pada seseorang yang baru saja masuk.

"Maaf, permisi. Apa disini sedang membutuhkan orang?" Tanya orang itu teramat sopan dan ramah. Ia datang karena melihat selebaran yang terpasang di depan toko itu.

"Ah, nde. Kau ingin melamar?"

"Iya. Aku harus berbicara dengan siapa?"

"Tunggulah di sana sebentar, aku akan memanggil ibuku." Tunjuk sang gadis pada salah satu meja yang ada di dekat jendela.

"Ah, nde. Khamsamidha."

Cara bicaranya yang lemah lembut, sikapnya yang sopan juga ramah, serta senyum memikat nan menenangkan, membuat sang gadis cukup yakin jika sang ibu akan menerima gadis itu untuk bekerja di tempat mereka. Apalagi, jika di lihat dari gestur tubuhnya, gadis itu seperti sudah terlatih untuk bekerja.

***

Chaeyoung baru saja pulang ketika malam tiba. Setelah mengantarkan Tzuyu pulang ke rumahnya dan singgah sebentar di sana, gadis itu memang tak memilih langsung pulang. Dia pergi ke sungai Han dengan di temani Dahyun tentunya. Chaeyoung senang dan bersyukur karena dia memiliki Dahyun sebagai teman, sahabat sekaligus kakak yang senantiasa disisinya. Gadis itu begitu baik dan pengertian terhadapnya. Meski selama di sana tak ada satupun obrolan yang tercipta di antara mereka, tapi Dahyun tetap setia menunggunya sampai Chaeyoung sendiri mengatakan ingin pulang.

Awalnya, dia ingin segera mandi dan beristirahat. Tapi, dua kotak karton berukuran besar di atas tempat tidurnya, membuat Chaeyoung memutar langkah kakinya. Dahinya mengernyit dan tatapan matanya terheran melihat dua karton itu. Seingatnya, dia tidak memesan apapun kemarin. Merasa penasaran, dia pun membuka salah satu karton itu. Betapa terkejutnya Chaeyoung saat mendapati sebuah gramofon keinginannya adalah isinya. Cepat-cepat, ia membuka karton satunya, dan ternyata itu berisi LP dari artis-artis favoritnya.

Senyumnya mengembang sempurna dan kedua matanya berkaca-kaca mendapat hadiah istimewa itu. Dengan langkah cepat dan sedikit berlari, Chaeyoung keluar dari kamarnya, tujuannya adalah kamar sang kakak. Ia tak peduli jika harus membangunkan Nayeon karena ulah tidak sopan nya itu. Tapi nyatanya, Nayeon belum tertidur saat Chaeyoung membuka pintu kamarnya sedikit kasar, gadis itu tengah duduk di atas tempat tidur dengan kepala tersandar di kepala ranjang dan sebuah buku di tangannya.

Baru saja akan melayangkan protes pada sang adik yang terlalu sering masuk ke kamarnya tanpa izin, Chaeyoung terlebih dulu membungkamnya dengan sebuah pelukan yang begitu erat dan menangis.

"Unnie, gumawo."

"Ah..... Jadi kau sudah melihatnya. Kau menyukainya?" Sahut Nayeon seraya tersenyum dan membalas pelukan Chaeyoung. Mengusap punggung dan belakang kepala sang adik penuh kelembutan menyalurkan kasih sayangnya.

"Sangat. Gumawo unnie."

"Sama-sama. Sudah, jangan menangis."

"Kenapa kau jadi cengeng seperti ini, hm?" Tanya Nayeon seraya melepas pelukan mereka dan menghapus air mata Chaeyoung.

IM MINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang