PROLOG

46.5K 2.9K 51
                                    

PROLOG

• • ๑ • •

"Sudah sampai, Non."

Wanita yang merupakan penumpang mobil, melihat dari jendela sebelum kemudian dirinya keluar setelah membayar jasa. Mobil yang di tumpanginya berhenti di daerah sepi yang sisi kanan dan kirinya hanya di isi oleh pepohonan yang rimbun.

Erise, nama wanita itu. Dia tidak tahu ini dimana, berbekal alamat yang dia berikan pada supir sebagai arah tujuannya. Yang dia tahu, dirinya harus datang ke sini sendirian. Tempatnya berada di ujung kota B, sedang Erise dari kota A, jadi dia sudah menaiki dua mobil untuk bisa sampai di tempat ini.

Ting!

Bunyi notifikasi dari ponselnya membuat Erise segera bergegas membukanya dengan tangan gemetar, membaca pesan yang baru masuk itu berulang kali seolah memastikan tidak ada kesalahan. Mata Erise lalu menelisik ke sekitar, dan menemukan petunjuk yang di sebutkan. Papan plang nama jalan ini, Erise mendekat pada papan itu.

Papan itu berbentuk persegi panjang yang ujung satunya berbentuk segitiga runcing. Ujung papan itu mengarah pada pepohonan rimbun, artinya dia harus berjalan ke sana dan Erise lantas melakukannya tanpa ragu.

Pesannya berbunyi :
Cari papan nama jalan, lalu jalan lurus sesuai arah yang ditunjuk. Kalau dalam 15 menit kau belum sampai, anakmu hanya akan tinggal nama.

Dalam langkah cepatnya yang seperti lari kecil, mata Erise kembali berair mengingat anaknya. Wanita muda itu terus berjalan lurus tanpa memperhatikan sekitar, tanpa peduli dressnya rusak dan kakinya luka karena goresan rumput liar.

Pesan itu berasal dari adiknya, adik yang sangat dia percaya tanpa Erise tahu adiknya melakukan sesuatu di belakangnya dan itupun bersekongkol dengan Ibunya.

Awalnya Erise ingin pergi ke toko bunga miliknya, karena memang sedang hari-hari wisuda jadi floristnya selalu ramai. Erise tentu mengajak Gare, anaknya yang berusia tujuh tahun itu untuk ikut karena kebetulan Gare sedang libur sekolah.

Tapi pagi tadi Ibunya datang ke rumah dan mengatakan agar Gare di urus olehnya hari ini, apalagi tokonya sedang sibuk, Ibunya takut Gare akan kebosanan.

Erise ingin menolak, karena Gare tidak pernah terlihat kebosanan saat bersamanya. Apalagi ketika di florist, Gare pasti akan di ajak berbicara oleh pembeli karena menurut mereka Gare itu sangat tampan!

Di tambah ada satu faktor lain, ketika Gare pergi bersama Ibu atau adiknya, setelah pulang anak itu akan banyak diam dan melamun seolah anak tujuh tahun itu sudah menanggung beban berat di pundak dan pikirannya.

Pada akhirnya Erise tak bisa menolak, dia tak enak melihat raut wajah Ibunya yang memelas, apalagi Ibunya sudah jauh dan pagi-pagi datang ke sini. Dan Erise membiarkan Gare pergi bersama Ibunya. Raut wajah Gare yang bersinar cerah lantas langsung murung tapi anak itu tak berbicara apapun.

Dan kejadian selanjutnya yang sudah perkiraan dengan benar, Erise ketika di florist mendapatkan pesan dari nomor tidak dikenal. Pesan itu berisi poto Gare dengan penampilan yang sudah berantakan dan pipinya bengkak memerah seolah sudah ditampar berkali-kali tanpa henti.

Erise mencoba meneleponnya dan di angkat, dari suara itu Erise dapat menebak kalau itu suara adiknya, Meta. Meta menyuruhnya datang ke tempat Gare sendirian dengan alamat yang akan dia kirimkan nanti.

HusbandyWhere stories live. Discover now