Bagian 9: Tips

91 12 1
                                    

Hehe~
P.

DOUBLE UPDATE. VOMENT DULUU~

###

"Cewek kalau lagi stress emang doyan banget makan pedes, ya," ucap Ilhan Ilham pada Rani yang sedang makan sesuap chikuwa.

"Hapal banget masalah cewek," sahut Rani pedas.

"Ya hapal dong, gini-gini aku kan pernah jadi pawangnya cewek. Kenalin namaku aku Ilham, cowok terpeka di muka bumi ini."

"Peka banget jadi cowok, ketahuan banget banyak pengalaman jadi buaya, dasar," hardik Rani yang digelengi Ilham.

Rani melihat Ilham menggelengkan kepalanya. "Jangan cemburu gitu dong, itu kan pemikiran kamu tentang diriku di masa lalu, padahal kamu nggak tahu kebenarannya gimana. Tapi apapun itu, yang penting kan kamu masa depanku," ucapnya kemudian menaik turunkan kedua alisnya.

"Duh, mules dengernya. Tapi beneran deh, kenapa Kak Ilham bisa se-tepat waktu itu tadi?"

"Kamu tahu kan aku temenan sama Alif?" tanya Ilham yang Rani angguki.

"Iya, aku tahu. Terus?"

"Dia bilang tertarik sama adik tingkatku, maksudku dari jurusan yang sama kayak aku. Dia minta nomernya nggak aku kasih."

Rani mengernyit dan bertanya, "Kenapa kok nggak dikasih?"

"Soalnya aku kira dia tertarik ke kamu, soalnya dia nunjukkinnya santangrammu."

"Terus kalau emang itu aku kenapa? Kan malah kebeneran dong seharusnya?"

Mata Ilham terlihat berfluktuasi, seperti sedikit terkejut.

Hah? Bentar. Kenapa Kak Ilham kaget? Jangan-jangan? Ah dahlah, gak mau ke-PD-an lagi.

"Ngg... Kamu nggak tanya kenapa Alif bisa sampai tahu santangrammu?" tanya Ilham mengalihkan topik.

"Oh iya, kok bisa? Padahal dia gak nge-follback aku lho."

"Nggak difollow balik? Serius? Hmm, mungkin itu representasi perasaanmu yang nggak difollback Alif, ya?" tanya Ilham menyuarakan pikirannya.

Rani mendelik kaget karena ucapan spontan Ilham. "Ya ampun, mulut. Tolong dijaga."

Ilham mengembuskan napas kemudian bertanya, "Kamu stalking dia, 'kan?"

Rani mengangguk.

"Dia pakek aplikasi cek stalker. Jadi dia tahu kalau kamu sering cek santangram dia."

Rani melongo kaget. "Hah? Seriusan Kak Alif pakek aplikasi begituan?"

"Dia itu nggak se-waw yang kamu pikirin. Cuman dasarnya kamu udah terlanjur falling in love sama dia aja jadi gak kelihatan jelek-jeleknya," ucap Ilham dengan nada meremehkan.

"Dih, sok iye."

Ilham meminum es jeruknya sebelum berbicara, "Padahal di sekitar kamu itu ada loh yang waw, keren, dan ganteng."

"Kak Ilham, 'kan?!" sahut Rani cepat. Sudah bisa menebak apa yang akan diucapkan manusia aneh di hadapannya itu.

Ilham berdiri tiba-tiba, membuat pengunjung lain melihat ke arah kami. Dia menutup mulutnya tidak percaya dan mimik wajah seperti terharu.

"Duh, Kak Ilham ngapain sih?!!! Duduk balik sini!" perintah Rani panik dengan setengah berbisik.

"Soalnya aku nggak tahu kalau kamu ternyata notice aku yang waw ini. Kamu mengakui aku yang tampan rupawan!"

"Bukan karena itu. Tapi karena aku tahu Kak Ilham bakalan ngomong gitu, Kak Ilham kan orang yang super PD."

"Oh, gitu...," ucap Ilham yang sudah kembali ke mode normal kemudian duduk dengan tenang.

"Ya ampun, aku malu banget gegara Kak Ilham," adu Rani pelan sambil menutupi wajahnya. Ia menjadi pusat perhatian karena kelakuan Ilham.

Setelah merauo beberapa tarikan napas dalam, ia mengaduk-aduk seblak di mangkok.

"Eh, berarti Kak Alif udah tahu dong kalau aku suka kepoin dia? Tapi kenapa dia gak tahu kalau aku tertarik sama dia? Masak dia gak paham atau curiga sama sekali?"

Ilham menaikkan kedua bahunya. "Aku juga gak ngerti yang dipikirin sama Alif. Entah dia nggak peka soalnya aku yang paling peka di muka bumi ini atau dia pura-pura gak tahu. Aku juga gak tahu kenapa dia bisa tiba-tiba ada kepikiran untuk DM kamu tadi pagi. Pas aku tanyain setelah ketemu sama si Sulton, dia bilang mau tanya ke kamu masalah Rahma, padahal dia kan bisa DM Rahma langsung. Nah, karena aku peka, makanya aku ke kelas kamu, dan ternyata kamu lagi cosplay kesurupan."

Rani menganggukkan kepala. "Oh, gitu. Pantesan aja. Tapi kenapa harus ke kelas?"

"Kemungkinan kan kamu di kelas gak buka HP, jadi selesai kelas kemungkinan baru lihat. Aku bisa kasih peringatan buat gak buka DM itu atau bisa lihat kamu lagi lara. Tapi setelah tahu gini, gimana? Masih suka sama Alif?"

Aku mengembuskan napasku kasar. "Gimana, ya? Dibilang langsung ilang perasaan itu bohong banget. Aku nggak mau naif sih, tapi emang masih ada."

"Apanya yang ada?"

"Perasaan suka ke Kak Alif. Toh Rahma juga udah punya calon, kesempatan buat Kak Alif hampir gak ada juga, kecuali dia menganut kalimat 'Sebelum janur kuning melengkung, gas!'," jawab Rani kemudian membuka ponsel.

"Ya sudah kalau gitu. Kalau emang pengen lupain, pelan-pelan aja ngelupainnya. Kamu mau aku kasih tips buat dapetin hati orang yanh kamu suka, gak?" tawar Ilham yang Rani angguki dengan antusias.

"Mau-mau."

Ilham mencondongkan badannya dan berkata setengah berbisik, "Ini kalau bukan temen pasti nggak aku kasih tahu loh." Rani semakin penasaran dibuatnya.

"Pertama-tama kamu harus cantik dulu dari bayi," ucap Ilham santai sambil bersandar ke kursi.

"Ha? Kalau gitu aku harus lahir lagi dong?"

Ilham tertawa mendengar respon serius Rani. "Hehe, canda. Sekarang pun kamu udah cantik kok. Lagian dengerin, ya. Kalau dia emang suka sama kamu, ya dia bakalan suka."

Rani menundukkan kepalaku sedikit kesal mendengar fakta bahwa Ilham hanya sendang bercanda. "Jadi Kak Ilham cuman bercanda soal mau kasih tips?" tanyanya dengan mimik wajah hampir murka.

Ilham terbahak saat melihat ekspresi Rani. "Aku gak ngerti kenapa kamu bisa sesuka itu sama Alif. Tapi tips yang aku bisa kasih tahu sih kurang lebihnya ya be your self."

"Udah banyak banget yang bilang gitu ke aku. Basi tahu."

"Tapi itu beneran loh, jangan nampilin karakter buatan biar dia jadi suka. Maksudku, berubah jadi lebih baik itu bagus, jaga image itu perlu, tapi kamu juga harus liat niatnya juga, jangan berubah demi orang yang kamu suka karena itu lama-lama bakalan luntur juga. Takutnya, kamu kehilangan jati diri dan jadi orang lain biar diakui."

"Iyasih, ntar kalau doi suka aku versi orang lain kan ya berabe."

Ilham mengangguk. "Nah, itu pinter. Istri idaman banget, sih."

Rani mencabik kesal "Apa sih? Ngajakin nikah mulu. Kak Ilham suka sama aku?"

"Iya," jawab Ilham membuat Rani langsung terdiam.

"Hah? Gak boleh!"

Dua detik kemudian Ilham tertawa. "Bercanda! Hahaha."

Mendengar kalimat terakhir dari Ilham, Rani memutar bola mata malas. "Keluar deh mode anehnya, padahal baru aja Ilham yang mode normal. Random banget jadi orang."

Iya juga, sih. Mana mungkin Kak Ilham yang mantannya seleb jurusan bakal suka sama aku yang macam kentang ini. Terus Kak Ilham sama aku cuman temen. Aku gak mau pacaran sama temen sendiri karena pasti bakal canggung.

"Hehe, otomatis ganti modenya tergantung suasana."

###

Ketiknya udah sambil ngantuk, semoga gak terlalu banyak typo.
Tinggalkan komentar yuk biar aku lebih semangat update-nya.

Semara LokaOnde as histórias ganham vida. Descobre agora