🍒RE-10🍒

59.7K 5.5K 96
                                    

Haloo, komen yuk, aku gak ganas kok🏃 VOTENYA PLIIIISSS JANGAN LUPAAAA🏃🏃🏃

><

"Gue anter aja, gimana?" Elisya menatap motor sport hitam milik Davin, tinggi, Elisya jadi ragu.

Hari ini Reihan gak datang ke sekolah, kata tante Nurul dia masih sakit.

"Motor lo tinggi."

"Eum, sini biar gue bantu." Davin mengulurkan tangannya, Elisya dengan tenang meraih tangan Davin dan naik keatas motornya.

Davin memastikan Elisya duduk dengan nyaman, dia meletakan kedua tangan Elisya dipinggang Davin.

"Gue bawanya ngebut loh, pegangan."

Dengusan Elisya berikan. "Modus lo."

Davin hanya bisa tertawa pelan, dia sudah lama ingin melakukan hal ini dengan Elisya, tapi karena Reihan yang selalu membentuk benteng besar untuk melindungi Elisya, makannya Davin gabisa deketin Elisya.

Motor Davin melaju keluar dari halaman sekolah, sekolah juga sudah sepi sehingga mereka tak takut ketahuan atau ada gosip buruk.

"Lo mau beli makanan dulu gak?"

"Makanan apa?"

"Iya terserah lo."

"Martabak daging aja, buat makan malam gue nanti."

Davin mengangguk, dia melajukan motornya cepat membelah jalan raya, dia gak mau Elisya kepanasan, jadi dia harus cepat.

Sepanjang perjalanan Elisya memikirkan soal-soal yang tadi mereka kerjakan, sementara Davin memikirkan hal lain, yaitu Davin gak akan nyuci motornya selama sebulan.

Karena Elisya pernah naik ke motornya.

Dan lagi, Elisya memikirkan orang tuanya nanti, Elisya takut dipukul lagi walau dia tau nilainya diatas rata-rata semua.

Derita jadi anak tunggal, Elisya harus siap memenuhi ekspetasi orang tuanya, harus siap dibentuk sesuai kemauan orang tuanya.

Elisya hidup penuh dengan peraturan dan tuntutan.

Sebenarnya Elisya bosan belajar terus, tapi kalau dia gak belajar, nanti nilainya bisa turun.

Inginnya Elisya seperti remaja kebanyakan, bermain setelah pulang sekolah, jalan dengan teman-teman.

Tapi sayangnya tak bisa, Elisya harus pulang setelah sekolah, tak boleh mampir kelain tempat.

....

Reihan tengah duduk di balkon kamarnya dengan kanvas dan cat didepannya.

Seperti biasa, Reihan akan melukis jika dia sedang bosan, object lukisannya kebanyakan adalah Elisya, tapi terkadang dia akan melukis pemandangan depan rumahnya.

"Eli belum pulang sekolah yah." gumamnya dengan suara serak, hidungnya memerah, matanya sembab.

Reihan dipakaikan sweater besar yang membungkus tubuhnya, dan bye-bye fever didahinya.

"Uhuk! Eli pulang sama siapa ya.."

Reihan mau jelasin semuanya, lagipupa dia udah putus dari Aleinar, jadi Reihan bebas deket dan nempel-nempel sama Elisya lagi.

Tadi Reihan juga lihat orang tua Elisya sudah pulang, berarti nanti malam Reihan harus bersiap di balkon kamarnya.

Pasalnya setiap kali Elisya nangis setelah dipukul orang tuanya, dia akan ke balkon dan menangis disana, Reihan selalu menemaninya sampai Elisya tertidur.

Reihan meneruskan lukisannya, namun suara motor sport asing terdengar ditelinganya, matanya memandang kebawah, melihat Elisya baru saja pulang dengan cowok lain.

Darah Reihan seolah turun, wajah pucatnya malah semakin pucat, pegangan pada kuas ditangannya mengerat.

Dia benci..biasanya Elisya pulang sama Reihan, tapi kenapa malah sama cowok lain, bahkan yang satu sekolah sama mereka.

"Siapa si brengsek itu." desis Reihan kesal, dia berdiri untuk melihat lebih jelas.

"Davin, makasih yah." Davin mengangguk, dia sengaja gak buka kaca helmnya, biar Reihan gak tau kalau yang nganter Elisya itu Davin.

"Gue pulang ya." pamit Davin.

Elisya mengangguk, dia melambaikan tangannya saat motor Davin putar balik dan keluar dari area komplek.

Saat Elisya hendak masuk ke dalam rumah, dia melihat Reihan memandangnya tajam dari balkon.

Elisya abai, dia berjalan lagi.

"ELI!"

Langkah Elisya berhenti begitu saja, dia mendongak lagi menatap Reihan, alisnya naik sebelah.

"Apa?" jawabnya dengan malas.

Reihan menggigit bibir bawahnya kuat. "KAMU PULANG SAMA SIAPA!?" teriak Reihan.

"Buat apa lo tau?"

"IHH JAWAB AJA KENAPA SIH!"

"Bukan urusan lo Reihan."

"URUSAN AKU KARENA KAMU SAHABAT AKU!"

Elisya bisa merasakan nyeri di ulu hatinya, dia mengulas senyum miring dan membuka mulutnya untuk berbicara.

"Dia pacar gue, mau apa lo?"

DEG!

Reihan membeku, dia menatap Elisya tak percaya, lidahnya kelu, dia tak bersuara sampai akhirnya Elisya masuk saja ke dalam rumah.

"P-pacar?" lirihnya shock.

Apa ini...kenapa dada Reihan semakin sakit..

🍒Bersambung🍒

Naughty Rei [End]Where stories live. Discover now