Mual

16.1K 775 5
                                    

Terdengar suara seperti orang muntah dari dalam kamar mandi, berkali-kali berusaha mengeluarkan isi perutnya. Sekitar pukul enam pagi, Naya terbangun karena rasa mual yang muncul di dalam dirinya. Dengan cepat dia berlari menuju kamar mandi.

Namun, tidak ada cairan yang dia keluarkan. Pusing juga menyerang kepalanya.

"AAAA..." reflek Naya berteriak saat melihat sosok yang juga ada di dalam kamar mandi bersamanya.

Sejak Naya mual, berusaha mengeluarkan isi dari tubuhnya, ada Reno yang sedang mempersiapkan diri untuk mandi. Pria itu hanya memperhatikan Naya dengan tubuhnya yang sudah setengah telanjang.

Sedangkan Naya tidak menyadari keberadaan Reno karena terlalu pusing dengan keadaan tubuhnya. Kebetulan kamar mandi itu memiliki ukuran yang cukup luas. Antara wc dan pancuran untuk mandi dipisahkan oleh sekat buram.

Sepersekian detik mereka bertatapan.
"Mau mandi bareng?" Pertanyaan Reno membuat Naya tersadar, kemudian dengan cepat keluar dari kamar mandi.

Kembali ke kamar, Naya masih dalam keadaan syok. Sulit mencerna apa yang terjadi. Untungnya bagian bawah Reno masih tertutup. Kenapa pertemuannya dengan Reno selalu di dalam kamar mandi?

Kenapa juga laki-laki itu tidak mengunci pintu kamar mandi? Apa dia lupa?

"Nay." panggil Melani sambil mengetuk pintu kamar Naya.

Pintu terbuka, kepala perempuan yang dipanggil namanya muncul dari balik pintu.

"Tadi itu teriakan kamu?"
"Hah? Hh..." Naya panik dan bingung harus menjawab apa.

"Hh, gak apa-apa, tadi kaget aja." Naya menampilkan tawa kecilnya.
"Oh... Cari sarapan yuk." Naya mengangguk mengikuti Melani mencari makan.

Tidak perlu berjalan terlalu jauh, hanya butuh beberapa langkah dari kos-an, gerobak-gerobak penjual makanan sudah terlihat.

"Kamu mau makan apa?" tanya Melani.
Mendengar pertanyaan itu, seketika janin di dalam perut Naya seakan memberikan sinyal, tanda si kecil menginginkan makanan yang berkuah.

"Aku lagi mau makan yang berkuah." balas Naya sambil melihat-lihat.
"Pilihannya ada soto sama lontong sayur."

"Kalo gitu lontong sayur aja." Mereka pun membeli sarapan pilihan masing-masing, Naya membeli lontong sayur, sedangkan Melani membeli nasi kuning.

Kembalinya ke kos-an, Naya dengan lahap memakan sarapannya. Penghuni kos yang lain pun sibuk dengan urusan mereka di pagi hari.

Pintu kamar Reno terbuka, muncul laki-laki dengan pakaian yang biasa dia pakai untuk ke kampus. Naya masih malu setelah kejadian di kamar mandi tadi, bahkan dia tidak ingin menoleh ke arah Reno.

Di tengah lahapannya, Naya segera menutup mulutnya, rasa mual kembali menyerangnya. Dengan cepat dia berlari ke kamar mandi, tidak sengaja dia menubruk tubuh Reno.

Dia mengeluarkan semua makanan yang baru masuk tubuhnya di kamar mandi.

"Naya, kamu gak apa-apa?" Melani menghampiri Naya dan membantu membersihkan muntah itu.

Selain Reno, Alvin, Esa bahkan Rian pun melihat pemandangan itu. Melani menuntun Naya untuk duduk. Rian dengan sigap memberikan segelas air minum untuk Naya.

"Makasih." Naya berterima kasih pada mereka yang membantunya. Reno hanya melihat dalam diam, bahkan dia tidak segera berangkat ke kampus.

"Lu serius gak kenapa-kenapa?" tanya Esa memastikan.

Naya melirik ke Reno, dan mata mereka bertemu. Tatapan intimidasi dari Reno membuatnya menundukkan kepala.

"Aku gak apa-apa kok, cuma pusing aja. Yaudah ayuk makan lagi."

.

Sorenya sehabis kelas, Naya berjalan-jalan santai di sekitaran kampus. Dia sedang ingin sendirian, menenangkan pikirannya ditemani setangkai es krim di tangan.

"Naya!" panggil seorang laki-laki, setengah berlari menghampiri. Naya menoleh ke belakang mencari sumber suara.

"Rey." Naya melihat laki-laki itu berlari menuju tempatnya berdiri.

"Kamu mau kemana?"
"Gak kemana-mana sih, lagi jalan-jalan aja." Naya menjawab sambil melanjutkan perjalanannya, Rey pun mengikutinya.

"Kamu mau ikut aku jalan-jalan gak besok?" Kebetulan besok hari libur, Rey mencuri kesempatan untuk bisa semalaman bersama Naya.

"Kayaknya gak bisa deh, tugas aku banyak yang belum dikerjain. Kapan-kapan aja ya. Gak apa-apa 'kan?" Mengerjakan tugas hanyalah alasan saja, sebenarnya Naya terlalu lelah dan ingin istirahat di kos-an selama hari libur.

"Santai aja lagi. Sekarang aku anter pulang aja, gak ada penolakan." kemudian Rey menggandeng tangan Naya untuk ikut bersamanya.

Di parkiran, ketika sedang memakai helm, tidak sengaja Naya melihat Reno dengan kekasihnya yang juga ingin pulang. Dari jauh Naya melihat Bianca yang sedang dipakaikan helm oleh Reno, mereka terlihat sangat bahagia, bahkan sesekali bercanda.

Sepanjang perjalanan, Naya sibuk membayangkan bagaimana jika dirinya bisa bersanding dengan Reno. Memiliki keluarga kecil yang bahagia dan mengurus anak bersama-sama. Namun, sepertinya hal itu tidak akan pernah terjadi.

"Makasih ya, Rey." Naya memberikan helm yang dipakainya.
"Iya, sama-sama." Mereka saling melemparkan senyuman.

×_+

Seusai berganti pakaian, Naya segera merebahkan dirinya di kasur. Memainkan ponselnya, membuka aplikasi instagram hanya untuk melihat Reno dan Bianca.

Naya bisa dibilang sering melihat aktivitas sepasang kekasih itu. Bahkan dia mengikuti akun privat milik Bianca yang berisikan foto-foto yang lumayan vulgar bersama Reno. Yang mengikuti hanya teman-teman dekat atau sefakultas saja dan kebanyakan perempuan.

Bianca tidak begitu dekat dengan Naya, tapi mereka pernah beberapa kali berada di kelompok yang sama. Mungkin Bianca memiliki kepercayaan pada Naya.

Di mata Naya, Bianca sosok teman seangkatan yang baik dan cantik. Bukan perempuan yang haus akan validasi. Mereka pertama kali berkenalan saat ospek fakultas.

"Cantik." refleks suara yang keluar dari mulut Naya, ketika melihat story instagram milik Bianca yang baru saja diunggah.

Kemudian foto kedua yang menampilkan, sosok Reno yang sedang mencium leher Bianca. Potret dari pantulan cermin dengan tubuh atas mereka yang polos. Selanjutnya, Bianca yang berada di gendongan Reno dan mereka berciuman.

Sebelum hatinya semakin panas melihat foto-foto itu. Naya segera mematikan ponselnya, lalu menaruh di atas laci.

Naya menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba memori malam penuh dosa itu muncul kembali.

...

Air di Atas AwanWhere stories live. Discover now