02. Good morning__

Start from the beginning
                                    

Dan tanpa Aletta ketahui, Vero sudah mengepalkan kedua tangannya disis tubuh. Nama itu adalah nama yang sangat ia benci. Tak lama cowok itu terkekeh.

Aletta mengernyit saat mendengar kekehan dari mulut Vero. Tatapan matanya terlihat berbeda dari yang tadi.

"Apa yang lo suka dari cowok lumpuh dan pembawa sial kayak dia. Dia itu lemah, cupu, bodoh, dan nggak guna--"

Plak

"Jaga mulut lo brengsek. Skala nggak seperti itu. Dia cowok terkuat yang pernah gue kenal. Walaupun lumpuh dia masih punya semangat tinggi untuk sekolah. Nggak kayak lo yang cuma sibuk gombalin cewek sana-sini. Lo itu nggak lebih dari seorang cowok brengsek, bahkan Skala jauh lebih baik dari pada lo, cih" Aletta berdecih jijik didepan Vero membuat cowok itu menatapnya semakin tajam.

Jleb

"Akkhhh"

Aletta memekik sakit saat tangan berurat Vero mencengkram dagunya. Bahkan kuku-kuku cowok itu tertancap dikulit wajah Aletta.

"Lo jangan pernah bandingin gue dengan cowok pembawa sial itu. Dia itu hanya parasit yang nyampahin dunia ini. Seharunya cowok modelan kayak dia lebih baik mati dari pada hidup tapi nyusahin semua orang." ucap Vero marah. Cengkraman cowok itu semakin kuat didagu Aletta.

Bukannya takut dengan tatapan Vero, Aletta justru terkekeh mengejek pada cowok itu.

"Ini salah satu perbedaan kalian, lo itu cowok kasar dan tempramen, sedangkan Skala dia cowok baik dan nggak brengsek kayak lo." ucap Aletta tersenyum smrik.

Bugh

"AKKHH BANGSAT" umpat Vero saat Aletta menendang aset masa depannya. Gadis itu sudah berlari dengan tawa mengejek.

"Huuu dasar lembek. Kasian titidnya akit HAHAHAHA" Aletta tertawa sambil berlari meninggalkan Vero yang masih mengerang kesakitan.

Tanpa Aletta ketahui, sedari tadi ada sepasang mata hitam kelam yang menatap perilakunya dari balik pilar. Wajah datar khasnya tak luntur menyaksikan itu semua.

🌻🌻🌻

Aletta masuk kedalam kelas dengan wajah yang berseri-seri. Beberapa temannya mengenyit heran melihat eskpersi itu.

"Lo kenapa Ta?" tanya Doni, si ketua kelas.

"Ohh gue lagi bahagia banget" jawab Aletta lalu duduk dikursinya.

Aletta mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang. Biasanya pagi-pagi begini dia udah datang-batin Aletta.

"Don, Skala udah dateng belum?" tanya Aletta.

Doni menggeleng "Sejak gue dateng, gue belum liat si Skala. Mungkin dia terlambat."

"Lo punya no Skala?" tanya Aletta sedikit berharap Doni mempunyai nomor Skala.

"Nggak ada, dia itu orangnya privasi banget. Nomornya aja nggak masuk di grup kelas." ujar Doni membuat Aletta kembali lesu.

Aletta benar-benar bingung dengan Skala. Cowok itu terlalu privasi menurutnya. Tapi dia tetap cinta kok, dia kan bucinnya Skala.

Ckitt

Aletta menoleh saat mendengar suara decitan pintu. Kedua mata bulatnya berbinar bahagia.

"Morning Skala sayang" serunya ceria saat melihat Skala memasuki kelas.

Skala hanya menatap Aletta dengan tatapan datar. Cowok itu mendorong kursi rodanya dengan santai.

SKALETTA [END]Where stories live. Discover now