bencana

4.5K 395 27
                                    

pagi pagi ruangan mahen sudah berisik oleh teman teman Jendral yang datang tadi pagi berniat menjenguk mahen, awalnya mahen juga kaget soalnya pas Dateng muka mereka bonyok gitu sama kaya jendral tapi pas denger cerita judi yang mereka kemarin tawuran akhirnya mahen ngerti dan langsung minta maaf.

"Ngapain minta maaf si hen, tawuran, bonyok, gelud itu udah jadi hobi kita." Jelas Bram sambil memakan buah apel yang dia bawa untuk mahen.

"Nah bener harusnya kita yang minta maaf ganggu in si cantik pas lagi tidur." Ucap Fikri.

Ya si mereka Dateng tuh pas mahen sama Jendral lagi tidur, pas denger suara temen temennya jendral langsung bangun di susul mahen.

"Gapapa aku seneng kalian Dateng." Balas mahen dengan senyum sambil menerima suapan dari jendral.

"Eh Jen." Jenan memanggil Jendral yang sedari tadi fokus kepada mahen.

"Hm?" -jendral

"Kafka mati." Ucapan Jenan mampu membuat anak anak menatap nya dengan melotot.

"Ouh bagus." Jendral tidak perduli dia acuh dan malah menaruh bubur di atas nakas.

"Percuma gua bilang ke lo." Ucap jenan malas.

"Sia nu baleg wae Jen, maneh mah sok angger titah tong sampe mati malah di paehan." Bram menatap Jendral dengan sinis karna dia sudah sering bilang kepada anak buahnya untuk tidak membunuh siapapun.
(Kamu yang bener aja Jen, kamu mah kebiasaan di suruh jangan sampe mati malah di bunuh)

"Bukan masalah bagus atau engga nya, lo sekarang jadi buronan Jen, ortu kafka ga akan terima." Jeffry yang tadi hanya diam akhirnya buka suara.

"Kafka? Siapa?" Tanya mahen sambil menatap jendral dengan tatapan sendu.

"Bukan siapa siapa jangan di pikirin." Balas jendral.

"GA DI PIKIRIN GIMANA JENDRAL?! KAMU BUNUH DIA! KAMU KIRA AKU BISA TENANG?!" teriak mahen dia tak percaya bahwa sekarang Kakashi nya menjadi pembunuh.

"Ay, tenangin diri kamu dulu." Jendral meraih tangan mahen tapi langsung di tepis olehnya.

"Aku ... Aku kecewa sama kamu Jen, aku hiks aku ga nyangka sekarang pacar aku pembunuh." Mahen terisak pelan, iya dia tau bahwa pacar nya berandalan tapi dia masih syok tau bahwa jendral membunuh orang.

Jendral? Dia terdiam, hatinya sakit saat mendengar perkataan mahen.

"Hen, dengerin aku dulu aku punya alasan." Jendral mencoba menenangkan mahen yang terisak.

"Apapun alasannya kalo kamu bunuh orang kamu jahat jendral hiks." Mahen menatap Jendral dengan tatapan marah dan kecewa "aku beneran kecewa sama kamu!"

"AKU BUNUH DIA KARNA UDAH LUKAIN KAMU! KAMU HARUSNYA FAHAM BUKAN MALAH KAYA GINI! AKU PEMBUNUH? IYA KENAPA? KAMU GA MAU LAGI PUNYA PACAR BERANDAL,PEMBUNUH KAYA AKU?!" teriak Jendral dia tidak paham kenapa mahen tidak paham akan posisinya, dia benar benar emosi saat tau bahwa mahen masuk rumah sakit karna musuhnya.

"G-ga gitu Jen." Mahen menangis lebih kencang, bukan bukan itu yang dia maksud.

"Jen-" Bram ingin menenangkan suasana langsung terpotong oleh ketukan pintu.

Tok tok tok

Jendral menatap pintu sekilas, lalu berjalan untuk membukanya.

Kaget itu yang mereka rasakan, karna di depan Jendral sekarang itu adalah polisi.

"Dengan saudara Jendral?" Tanya salah satu polisi tersebut.

"Ya saya sendiri."

"Anda kamu tanggap atas tindakan pembunuhan kepada saudara kafka." Jelas polisi tersebut sambil menarik tangan Jendral dan memborgol nya.

"ENGGA!! Kalian ga boleh bawa Jendral!" Mahen berteriak dan memaksa untuk bangun dari ranjang nya.

Namun langsung di tahan oleh Efendy dan yang lain, Jendral melihat itu hanya diam, dia menunduk sebentar "pak kasih saya waktu 5 menit boleh? Saya ga akan kabur." Jendral menatap kedua polisi tersebut.

Kedua polisi itu berpandangan "saya janji hanya 5 menit, izinkan saya untuk pamit kepada kekasih saya." Jendral meyakinkan kedua polisi itu sebelum akhirnya mengiyakan permintaan Jendral.

"Baik tapi hanya 5 menit." Ucap polisi tersebut yang di angguki oleh jendral.

Setelah polisi tersebut keluar akhirnya Jendral mendekat ke arah mahen yang menangis sambil menatap dirinya.

"Jendral hiks...ga boleh hiks...ga k-kamu ga boleh hiks." Mahen melepaskan tangan Efendy dan Haekal yang menahan tubuhnya dan langsung memeluk jendral sambil menangis.

Jendral yang di peluk hanya diam karna tangan nya terborgol dia tersenyum tipis "ini konsekuensinya sayang, aku gapapa." Ucap Jendral.

"ENGGA HIKS! GA BOLEH... Jendral ga boleh pergi!" Mahen mengeratkan pelukannya kepada jendral.

"Hen, dengerin aku." Jendral melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi mahen lalu mengusap pipinya yang di basahi oleh air mata "ini jalan yang aku ambil jadi aku harus terima setidaknya dendam aku sama kafka terbalas walau pun harus masuk penjara, kamu inget janji aku? Aku ga bakal biarin orang yang lukain kamu itu hidup, aku dah tepatin janji aku, aku mohon jangan nangis. Maaf buat kamu kecewa sama kelakuan aku, aku sekarang sadar bahwa aku ga pernah pantas buat jadi pacar kamu, mulai sekarang kita putus hen." Jendral berbicara panjang lebar dengan mahen.

Perkataan jendral tidak hanya membuat mahen kaget tapi yang lain juga, mereka tidak menyangka bahwa jendral akan memutuskan mahen.

"ENGGA!! AKU GA MAU JENDRAL! KAMU PANTAS KAMU SELALU PANTAS! AKU GA MAU KITA PUTUS!" teriak mahen histeris.

"Aku mulai sekarang ga ada di samping kamu, aku ga mau kamu luka." Ucap jendral, dia melirik ke arah teman temannya "gua titip mahen, jaga dia walau dia udah bukan pacar gua lagi tapi gua harap kalian bisa jaga dia kaya pas masih jadi pacar gua." Perkataan jendral di angguki oleh teman temannya dan itu membuat jendral tersenyum.

"Saudara Jendral, waktu anda sudah habis." Jendral menengok dan mengangguk lalu melepaskan tangan nya dari mahen dan berjalan ke luar bersama para polisi mengabaikan mahen yang terus menangis dan meronta sambil memanggil namanya.

"Maaf mahen."

Tbc

Anjaii author update nih wkwkw siapa kangen jendral and mahenn cunggggg

Btw maaf kalo typo yahh and selamat membaca tenang author bakal dabel up ko tapi agak siangan kalo ga sorean okeyyy dadahh

berandal kesayanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang