22. Let The Game, Begin

5.9K 690 44
                                    

Flashback, 2 years ago

"Lo mirip kaya Jaemin ya?"

Renjun mengangkat kepalanya, memandang Mark yang berdiri disampingnya dengan kedua tangan memegang jus. Ia berterima kasih saat Mark duduk disampingnya dan memberikannya segelas jus tersebut.

"Maksudnya kaya Jaemin gimana, kak?"

Mark meneguk jus miliknya dengan tatapan tak terlepas dari Renjun. Buat si manis yang ditatap merasakan dadanya berdesir menerima tatapan tersebut.

"Saat pertama kali Jaemin kesini, dia datang entah dari mana, dan langsung bilang mau gabung."

Renjun memasang dengan baik kedua telinganya. Menyimak cerita Mark, karena ia juga penasaran dengan sosoj Jaemin yang menjaga jarak darinya.

"Pada saat itu, gua ragu dengan kedatangan Jaemin. Tapi Jeno dengan pede ngerangkul Jaemin dan ngeyakinin kita kalo Jaemin bakal jadi saudara kita yang lain."

"Sejak awal, kedatangan Jaemin selalu narik perhatian kita. Dia pendiam, terkesan menutup diri yang padahal, sebagai salah satu calon anggota Dreamer, kita harus saling terbuka dan ngenal satu sama lain."

"Gua mau nyerah dan nyuruh Jaemin berhenti, tapi Jeno ngeyakinin gua. Dia bilang, ada luka dari sorot matanya, dan Jeno ngerasa dia juga senasib sama kita. "

"Lo tau, broken home." Renjun mengangguk paham.

"Tapi ada satu hal yang bikin kita, ngerubah cara pandang kita soal Jaemin. Gua pikir dia itu ga peduli soal apa yang terjadi sama sekitarnya. Tapi pas Jisung kecelakaan saat latihan, dia jadi orang pertama yang sigap ngulurin tangannya. Dia juga ngehibur Jisung yang pas itu terpuruk karena selalu ngerusak latihan karatenya. Jaemin ngasih dia masukan, yang pada saat itu bikin gua terkesan."

"Apa?"

Mark meneguk jusnya kembali sebelum melanjutkan. "Jaemin bilang, 'lo terlalu payah ngendaliin emosi, kekuatan lo yang paling gede ada disini. Gunaiin kelebihan lo jadi kartu as lo sendiri, badan kecil bukan berarti gabisa ngalahin musuh' dia bilang gitu." Mark menunjuk kepalanya, memperagakan apa yang Jaemin lakukan pada saat itu.

"Sejak saat itu, kita makin deket dan sadar. Terbuka dan ngenal satu sama lain bukan persoalan tau segala hal tentang latar belakangnya, tapi ngenal sifat-sifatnya."

"Jaemin bukan ga peduli, dia cuman butuh waktu buat nempatin diri diantara kalian," lirih Renjun yang diangguki Mark sembari rersenyum lebar.

"Same as you."

"Kakak sadar?"

Mark terkekeh, "Lo lebih payah ngendaliin ekspreksi dan emosi lo ketimbang Jaemin."

Renjun mendengus, bersamaan dengan itu notifikasi ponsel Mark terdengar.

"Pacar lo yang mana lagi tuh kak?"

Mark lagi-lagi terkekeh, "Ada deh, lo mau jadi salah satunya ga?"

"Ga deh makasih." Renjun melirik Mark yang sibuk mengetikkan sesuatu di ponselnya. "Gamau berhenti aja kak?"

"Ngapain? Asik aja padahal."

"Entahlah, mungkin di suatu hari itu jadi penyesalan terbesar dihidup lo."

"Ren, selagi punya wajah cakep manfaatin kali."

"Lo terlalu menyepelekan sesuatu, hhh ga habis pikir sama sifat brengsek kalian."

"Tapi lo tetep macarin Jeno kan?" Renjun terdiam dibuatnya.

"Kenapa lo ga nyaru cowo lain juga kaya yang Jeno lakuin ke lo?"

IDIOT🔞 [TAMAT]Where stories live. Discover now