"Terus sekarang kita harus bagaimana Melisya? Aku tidak mau menunda ini lebih lama lagi. Jika kita terus mengundur waktu. Bisa-bisa pernikahanku dengan Leona akan terjadi." Frustasi Javier

Tiba-tiba saja terbesit di pikiran Meli soal Bibi Marry. Siapa tahu dia dan Javier bisa menayakan dan menemukan bukti lain soal kasus ini. Tapi masalahnya sekarang, dia tidak tahu dimana desa Monza berada?

"Javier, apa kau tahu dimana letak desa Monza?" Tanya Meli yang membuat Javier bingung.

"Desa Monza? Kenapa kau tiba-tiba menanyakan soal desa itu?" Heran Javier.

"Javier sekarang aku ingat selama ini aku tinggal disana dengan seorang wanita paruh baya. Siapa tahu kita bisa mencari bukti lain di tempat ku tinggal dulu, seperti yang pernah kau katakan sebelumnya." Jawab Meli.

"Ya, aku tahu dimana letak desa itu berada. Kalau begitu kau bersiap-siaplah kita akan ke desa Monza besok pagi-pagi sekali."

"Aku ingin masalah ini cepat selesai Melisya. Dan ku pastikan Duke Burton dan Leona menerima hukuman yang setimpal atas apa yang telah mereka lakukan padamu." Ucap Javier sembari memeluk Meli.

"Aku juga Javier, aku ingin masalah ini cepat selesai."

Supaya gue dapet hidup enak lagi kaya dulu. Untung aja si Melisya ngasih tahu gue tempat tinggal Bibi Marry kalau kagak bisa tambah pusing gue.  Batin Meli senang sembari membalas Pelukan Javier.

"Baiklah Javier sudah cukup kau memelukku. Sekarang aku masih sangat lapar. Jadi mari kita lanjutkan lagi sarapannya." Meli langsung melepaskan pelukannya dari Javier dan kembali duduk disofa yang berada disana.

••••••••

Keesokan harinya Meli tengah bersiap-siap untuk pergi ke desa Monza bersama Javier.

"Kalau bukan karena masalah ini ogah gue bangun jam 5 pagi kaya gini. Si Javier gimana sih, gue kira berangkat jam 8 atau jam 9 pagi, kalo ini sih bukan pagi lagi namanya. Tapi subuh." Dumel Meli.

Emma dan Lena yang tengah berada di kamar bersama Meli merasa aneh. Kenapa pagi-pagi sekali Meli sudah terlihat rapi. Biasanya dia selalu bangun jam 6 pagi.

"Melisya. Kenapa pagi-pagi sekali kau sudah rapi seperti itu? Memangnya kau akan pergi kemana? Tidak seperti biasanya kau bangun jam segini." Tanya Emma penasaran.

"Bukan urusanmu. Yang jelas, setelah aku kembali aku tidak akan tinggal lagi di kamar ini, dan aku tidak akan menjadi seorang pelayan lagi." Jawab Meli sembari mengemas barang-barangnya.

"Apa kau di pecat?" Tebak Emma.

"Enak saja di pecat. Mana ada yang berani memecatku. tidak ada, meskipun aku selalu bertindak ceroboh." Ucap Meli dengan bangga.

"Sudahlah, aku tidak punya waktu untuk mendebatkan hal yang tidak penting dengan mu. Pangeran Javier pasti sudah menugguku, kalau begitu aku pergi dulu." Meli langsung meninggalkan kamarnya dan pergi untuk menemui Javier di ruangannya.


Gue jadi kayak Detektif Conan deh nyelidikin kasus-kasus kayak gini. Mommy sama Daddy pasti bangga punya anak kayak gue. Gimana ya kabar mereka sekarang gue jadi kangen banget sama mereka. Batin Meli. Tanpa Meli sadari ia mulai menitikan air mata.

"Ahh kenapa jadi sad gini sih. Pokoknya gue harus fokus sama masalah ini! jangan dulu mikirin yang lain supaya gue bisa kembali hidup enak lagi kayak dulu." Gumam Meli.

"SEMANGAT." Teriak Meli berdiri dari sofa ruangan itu. Tanpa Meli sadari, sedari tadi Javier melihat tingkahnya.

"Hehehe. Sorry, gue teriak kekencengan yah. Apa kau sudah siap? Kalau begitu ayo kita berangkat." Ucap Meli mengajak Javier.

"Sudah sayang. Ayo, Erik juga akan ikut bersama kita." Jawab Javier lembut.

Mendengar kata 'sayang' dari Javier langsung membuat Meli terkejut. "Sa..sayang." Tanpa menjawab perkataan Meli. Javier langsung menggenggam tangan Meli dan membawa Meli keluar dari ruangannya.


Bersambung.....

Jangan lupa buat "Vote & Komen"

Nantikan Part Selanjutnya.

I Became a Maid [TERBIT]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα