Eps. 29: Minimarket

Start from the beginning
                                    

Ternyata, user yang meneleponnya kali ini, berencana untuk mengganti agent yang telah dipilihnya karena merasa kurang cocok dengan kriterianya. Lavisha kemudian menjelaskan apa-apa saja yang harus dilakukan oleh pelanggan tadi sebelum pihak LOVORENT mengabulkan permohonannya untuk mengganti agent, sebab masa kontrak sudah berjalan sejak lebih dari tiga hari lalu.

Setelah semuanya beres, tak lama berselang Lavisha kembali mendapat telepon di ponsel dan nomor khusus operator yang ia pegang. Sumpah, ya, gadis itu hanya berharap jika sang bibi tidak mengamuk karena dirinya belum juga pergi membeli sabun pencuci piring dan menunda-nundanya selama beberapa waktu seperti ini.

"Baik, user 00245-8899-076. Permintaan Anda akan segera diproses oleh pihak kami dan dalam waktu dekat, Anda akan menerima email dari pihak LOVORENT untuk transaksi lanjutan. Terima kasih sudah menghubungi layanan operator LOVORENT, semoga hari Anda menyenangkan."

Seusai mengucapkan salam perpisahan seperti biasanya, Lavisha segera mematikan sambungan sembari menghela napas lega. Diam-diam ia juga berharap, semoga saja tidak ada lagi yang akan menghubungi operator LOVORENT selama beberapa waktu ke depan. Setidaknya, sampai ia kembali dari minimarket, deh.

Omong-omong, pelanggan kali ini menghubungi operator LOVORENT karena hendak melakukan perpanjangan kontrak antara dirinya dan agent yang dipilih. Lavisha senang, sih, kalau ada pelanggan yang seperti ini. Artinya mereka puas dengan para agent LOVORENT bukan?

Ah, ya. Sejak kejadian waktu itu pula, puhak LOVORENT menjadi jauh lebih ketat dalam mengatur dan mengurusi para agent mereka. Para agent juga tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan di luar batas yang tidak sesuai dengan perjanjian kontrak yang mereka tandatangani dengan perusahaan. Beruntunglah sejauh ini belum ada laporan-laporan jelek mengenai LOVORENT dan cara kerja para agent dan semoga saja tidak pernah terjadi.

"Loh? Baru mau berangkat, kamu?" Lavisha yang baru saja keluar dari kamar, hendak pergi membeli sabun pencuci piring seperti niat awalnya tadi, dihentikan oleh sang bibi yang terlihat keheranan karena melihat keponakannya baru akan pergi. Padahal, sudah disuruh dari tadi, tetapi malah baru bergerak sekarang.

Sementara itu, Lavisha sendiri hanya menghela napas pendek. "Tadi ada telepon dari pelanggan dulu, Bu," jawabnya. "Makanya Visha baru mau berangkat."

"Oh ya sudah." Bu Dini mengangguk. Maklum dengan pekerjaan sang keponakan yang sudah seperti anak sendiri itu. Walaupun julid dan suka pamrih begini, ia tetap menyayangi Lavisha, kok. "Sekalian Ibu titip minyak goreng. Habis tadi dipake goreng ikan terakhir buat si Ayah."

"Iya, nanti Visha beli. Yang seliter atau yang dua sekalian?"

"Tergantung uangmu cukupnya beli yang mana." Bu Dini tertawa saat melihat keponakannya yang mendadak cemberut saat ia berkata seperti itu. "Ikhlas, nggak?"

"Iya, iya, Bu. Nanti Visha beliin kalo uangnya cukup." Setelahnya, gadis itu benar-benar berpamitan kepada sang bibi dan melaju meninggalkan rumah menggunakan motor matic miliknya menuju minimarket langganan.

Sesampainya ia di minimarket yang sudah memiliki cabang di beberapa kota itu, langkahnya mendadak terhenti tepat di pintu masuk kaca milik minimarket tersebut. Dahinya dibuat mengernyit saat membaca selebaran yang tertera. Sontak saja, kedua matanya melebar sempurna saat melihat jika ternyata, minimarket bernama LovasMart itu ternyata sedang mencari karyawan!

Kalau dipikir-pikir, memang aneh, sih. Mencari karyawan, tetapi masih memakai cara lama yaitu menggunakan selebaran. Tidak seperti minimarket merah dan biru yang sudah tersebar cabangnya di seluruh penjuru negeri yang menggunakan situs web atau apalah itu untuk mencari pegawai. Akan tetapi, tak apalah. Apa salahnya untuk mencoba, bukan?

Setelah mengambil minyak goreng dan sabun pencuci piring seperti tujuan awalnya, Lavisha segera beranjak ke kasir, kemudian bertanya kepada perempuan muda yang kini tengah berjaga. Dari pakaian yang dikenakan, sih, terlihat jika perempuan tersebut bukanlah karyawan minimarket ini. Ah, atau dia adalah karyawan yang sudah berganti sif dengan yang lainnya, Lavisha tidak tahu juga.

Sambil melihat bagaimana perempuan muda tadi menghitung jumlah belanjaannya, Lavisha memilih langsung bertanya saja. "Mbak," sapanya yang membuat perempuan muda tadi mengangkat wajahnya dan menatap tepat pada Lavisha.

"Ya?" sahutnya.

"Benar, ya, kalau di sini lagi cari pegawai? Saya lihat di pamflet di pintu masuk, tadi."

Perempuan muda itu kemudian mengangguk seraya tersenyum kecil. "Iya, kebetulan cabang ini lagi butuh pegawai baru untuk bagian kasir. Sudah lama juga nggak hiring karyawan baru kata yang punya."

Lavisha mengangguk saja pertanda mengerti. "Berarti kalau begitu, boleh saya ikut daftar juga? Ah---sebelumnya, apa masih ada lowongannya ya?"

"Masih, kok, Mbak. Bisa-bisa." Perempuan muda tadi terlihat menyunggingkan senyum ramah. "Besok sore, Mbak bisa datang lagi kemari untuk bertemu dengan suami saya---ah, maksudnya yang punya minimarket ini. Tapi ya emang benar, sih, itu suami saya. Haduh, gimana sih, Za?"

Mendengar perempuan muda itu menggerutu sendiri, membuat Lavisha menyunggingkan senyum tak nyaman. "J-jadi?"

"Iya, Mbaknya datang lagi saja besok sore, ya." Perempuan muda itu menjawab sambil tersenyum. "Syarat lengkapnya ada di pamflet di depan itu, ya. Atau bisa juga cek ke situs web-nya LovasMart aja."

"Terima kasih, Mbak! Terima kasih banyak!"

"Sama-sama," balas perempuan itu. "Ah iya, kalau ditanya siapa yang suruh langsung datang, bilang saja saya yang minta, gitu ya?"

Lavisha sontak mengerutkan dahinya. "Tapi, Mbak namanya---"

"Ah iya, lupa! Saya Delza. Nama Mbaknya siapa, ya, kalau boleh tahu?" Perempuan bernama Delza atau yang lengkapnya Radelza Pratiwi itu bertanya balik kepada Lavisha.

"Saya Lavisha, Mbak. Lavisha Adiastha."

Setelah selesai membayar, Lavisha langsung pemit meninggalkan minimarket tersebut karena pelanggan mulai terlihat berdatangan, takut-takut malah menimbulkan antrean karena dirinya yang malah mengajak mengobrol si penjaga kasir cantik bernama Delza tadi.

Saking senangnya ia karena akan segera mendapatkan pekerjaan, Lavisha bahkan sampai senyum-senyum seperti orang bodoh saat menarik pintu kaca minimarket tersebut sampai-sampai tidak menyadari jika ada seseorang yang berada di hadapannya hingga tanpa sengaja, dahinya malah bertabrakan langsung dengan dada bidang orang yang hendak masuk tadi.

Lavisha kontan meringis karena kaget, bukan karena kesakitan. Ia lantas mendongak untuk memastikan siapa kiranya yang telah ia tabrak. Namun, saat kedua matanya bertabrakan dengan mata seseorang di hadapannya, gadis itu otomatis terbelalak hingga matanya seolah-olah akan menggelinding keluar.

Sumpah demi apa pun, setelah sekian lama tidak bertemu karena dirinya yang sengaja menghindar, kenapa Tuhan kembali mempertemukan keduanya di waktu dan tempat yang tak terduga seperti sekarang!?

"Lavisha?" sapa orang tadi dengan tatapan yang masih sama lembut dan hangatnya seperti terakhir kali mereka berjumpa. Begitu juga dengan senyum tampan yang ia berikan, membuat Lavisha hanya bisa meneguk salivanya susah payah. Terlebih saat sosok lelaki tampan itu kembali bersuara. "Apa kabar?"

Bolehkan kalau Lavisha berteriak tepat di telinga lelaki itu, bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja?

ס+!×
Selasa, 3 Mei 2022

✓LOVORENTWhere stories live. Discover now