Eps. 16: Perkara Bulan Lahir

48 15 1
                                    

Satu pertanyaan random yang terakhir kali Lavisha dengar dari Ezra beberapa hari lalu, "Berarti selama tiga bulan, lo pacaran sama orang sakit, dong?"

Sumpah, ya. Rasanya Lavisha bingung harus menjawab apa karena biar bagaimanapun, Ezra seperti itu juga karena Lavisha sendiri, bukan? Akan tetapi, baik Ezra dan kedua orang tuanya seolah sama sekali tidak menyalahkan dirinya sama sekali.

Hal itu justru membuat Lavisha semakin merasa bersalah. Mana pakai acara dihadiahi sepeda motor baru karena telah merawat Ezra lebih dari seminggu, pula. Kurang baik apa keluarga lelaki itu padanya, padahal posisi dirinya juga sedang dibayar oleh Ezra sebagai agent---kekasih yang masa kontraknya selama tiga bulan itu.

Perihal motor, Lavisha benar-benar mengantarkan kembali kendaraan beroda dua itu ke apartemen milik Ezra. Lavisha bilang, suatu hari nanti ia akan mengambilnya, tetapi tidak tahu kapan. Kuncinya pun bahkan dikembalikan sementara Ezra yang belum bisa melakukan banyak hal hanya menurut dan membiarkan saja apa yang ingin dilakukan oleh gadis berambut pendek itu.

"Anggap aja entar gue kredit motor sama lo, ya. Jadi, nanti semisal orang rumah ada yang ngerebut itu motor, langsung lo teror aja bilang gue nggak bayar DP, gitu."

Saat Lavisha mengatakannya waktu itu, Ezra hanya tertawa. Ia tak mengerti sebenarnya, apa yang terjadi kepada Lavisha dan keluarganya? Kenapa agaknya gadis itu terlihat sangat bermusuhan dengan anggota keluarganya sendiri?

Beruntungnya saat Lavisha mengantarkan kendaraan beroda dua itu, orang tua Ezra sedang keluar membeli kebutuhan rumah yang mulai menipis. Jadi Ezra ditinggal sendiri begitu saja di apartemen. Katanya, sih, mereka hendak memboyong Ezra ke rumah utama, tetapi lelaki itu bersikeras untuk tetap tinggal di apartemennya saja. Tipe-tipe anak durhaka, sih, kalau menurut Lavisha.

"Jadi hari ini mau ngapain? Lo mau sekalian latihan jalan lagi, nggak?"

Lavisha datang pagi-pagi sekali. Mungkin setengah delapan pagi. Gadis itu bahkan sempat-sempatnya tertidur setelah sampai di kediaman Ezra, lantas saat dipergoki oleh Tante Anya, Lavisha menjawab sambil cengar-cengir dan berkata kalau semalam ia begadang sambil menonton drama.

"Boleh-boleh aja, sih." Ezra menjawab sembari membiarkan Lavisha membantunya mengenakan sandal di salah satu kakinya. "Di taman dekat apartemen juga boleh-boleh aja, sih."

Gadis dengan rambut pendek itu mengangguk singkat pertanda mengiyakan ucapan Ezra barusan. "Ya udah, gue ambilin kursi rodanya dulu."

Karena yang mengalami fraktur sama-sama sebelah kanan---tangan dan kaki---alhasil, Ezra tidak bisa menggunakan kruk sebagai alat bantu jalan. Untuk kursi roda sendiri, sejatinya benda itu sudah ada sejak hari pertama Ezra keluar dari rumah sakit, tetapi lelaki itu jarang mau menggunakannya karena katanya, ia hanya mengalami patah tulang, bukan lumpuh.

Untungnya, jenis fraktur yang lelaki itu alami adalah fraktur tertutup sehingga tidak ada luka luar dan waktu penyembuhannya pun sedikit lebih cepat---iya, sedikit.

"Nanti mampir dulu ke kedai bubur ayam dekat taman, ya," ujar Ezra saat Lavisha membantunya duduk di kursi roda.

Lavisha hanya membalas dengan jawaban singkat. "Oke." Fokusnya benar-benar teralihkan pada Ezra yang sekarang sedang dipapahnya secara hati-hati.

Tante Anya dan Om Brian sedang kembali ke rumah utama, tepatnya setelah Lavisha datang. Mungkin mereka akan menyiapkan beberapa hal untuk memaksa Ezra tinggal di tempatnya dibesarkan karena akan sangat membuang-buang waktu kalau harus bolak-balik seperti sekarang.

Sesuai permintaan Ezra tadi, keduanya benar-benar singgah di kedai bubur ayam yang letaknya tak jauh dari taman. Kebetulan, mereka belum sarapan di Minggu pagi yang cerah ini, omong-omong. Berhubung Lavisha belum pernah datang ke tempat ini, alhasil ia memilih mengikuti apa pun yang lelaki itu pesan. Toh, ujung-ujungnya ia juga yang harus menyuapi lelaki itu karena tak mungkin harus makan menggunakan tangan kiri.

✓LOVORENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang