Eps. 21: Ezra dan Keluarganya

42 15 0
                                    

Berada di tengah-tengah keluarga Ezra membuat Lavisha merasakan bagaimana hangatnya 'keluarga' yang sebenarnya. Ternyata, keluarga dari Ezra itu tidak sedingin yang terlihat, bahkan sebaliknya. Mereka menyambut Lavisha dengan baik, bahkan tak segan menyunggingkan senyum lebar mereka yang terlihat begitu tulus.

Benar-benar, pikir Lavisha. Orang-orang yang semula dianggapnya 'galak', ternyata berbeda sekali ketika sudah mengenalnya lebih dekat.

Selain memiliki ayah dan ibu yang ramah, Ezra juga punya dua orang adik yang mudah sekali berbaur dengan orang baru, lumayan berisik hingga membuat suasana meja makan menjadi ramai dan menyenangkan. Masing-masing rupanya memiliki keahlian tersendiri di mata Lavisha yang merupakan tamu di rumah besar ini.

Lavisha juga baru menyadari dari mana Ezra mendapatkan keahlian dalam bidang merayu wanita. Siapa lagi gurunya jika bukan ayahnya sendiri alias Om Brian? Tidak hanya sekali, tetapi berkali-kali Lavisha mendengar bagaimana Om Brian melontarkan pujian atas apa pun yang dilakukan oleh Tante Anya. Salah satunya adalah memuji betapa nikmatnya masakan sang istri hingga ibu dari tiga anak itu tersipu.

Melihat bagaimana harmonisnya keluarga Ezra, membuat Lavisha menyunggingkan senyum tipis. Senang rasanya melihat orang lain bahagia seperti ini dan diam-diam berharap jika suatu hari nanti ia akan merasakan hal serupa. Kalau saja tidak ada Ezra yang menyenggol lengannya, mungkin makanan di piring sama sekali tak tersentuh hingga makan siang berakhir. Sontak saja yang dilakukan Ezra barusan sukses membuat Lavisha tersentak.

Gadis dengan rambut pendek itu menaikkan alisnya dengan maksud bertanya tatapan.

"Dimakan," bisik Ezra sambil menyendokkan cumi asin yang ditumis dengan bumbu pedas ke atas piring milik Lavisha. "Jangan heran sama kelakuan emak bapak gue. Entar lama-lama lo juga terbiasa, kok."

Ucapan Ezra tadi membuat Lavisha berpikir, apa yang dimaksud oleh lelaki itu perihal 'terbiasa'? Bukankah seharusnya Ezra tahu kalau masa kontrak mereka hampir berakhir hari ini?

Namun, baru saja Lavisha hendak protes, suara dari Denantara Braga---adik kedua Ezra---terdengar menggelitik telinga, tepatnya mengganggu kegiatan mereka yang hanya berbisik lengkap dengan isyarat mata yang hanya dimengerti oleh dua manusia yang lahir di tahun yang sama itu.

"Aduh, Ma, Pa. Abang sama Kakak Ipar bisik-bisik mulu, nih. Besok, Braga juga mau bawa cewek ke rumah, dong!"

Menurut pengamatan Lavisha, kedua adik Ezra ini sama-sama jahil. Baik Braga maupun Arga, keduanya sama saja. Kemungkinan besar juga, Lavisha meyakini jika mereka juga sama seperti Ezra yang hobi melemparkan rayuan ala buaya darat kepada para gadis. Kelihatan dari tampangnya.

Selesai Braga bersuara, si bungsu Bagaskara Arga juga ternyata tidak mau kalah dengan kakak keduanya itu. "Iya, nih, Bang. Masa iya mereka romantisan mulu dari tadi sampe ada adegan tindih-tindihan astaga. Hilang sudah kesucian mata Adek."

"Wah, parah banget. Kayaknya tahun ini Mama sama Papa bakal punya menantu, udah."

Bukannya melerai, Om Brian dan Tante Anya malah tertawa menanggapi celotehan kedua putra mereka itu, membuat Lavisha yang hanya merupakan 'kekasih bayaran' di sini hanya dapat memberikan cengiran tak enak. Tangannya sendiri bergerak dan mencubit pelan pinggang Ezra yang duduk di sampingnya hingga membuat lelaki itu mendesis kesakitan.

"Adikmu ada benarnya juga, Bang." Om Brian meraih gelas berisi air putih dingin miliknya, dan meneguk isinya dalam dua tegukan. "Kalian kalau misalnya sudah siap menikah, Papa bisa bantu, kok."

"Mama setuju, nih! Kalau perlu, kita sekalian fitting sekarang aja, gimana? Langsung jalan ini, ke butik langganan. Biar sekalian---"

"Ma ...." Ezra merengek karena sang ibu mulai melantur ini dan itu. "Ezra sama Lavisha bahkan baru aja memulai, masa iya langsung nikah aja. Masih harus saling memahami diri masing-masing dulu, lah, Ma."

✓LOVORENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang