Eps. 24: Thrifting

42 14 2
                                    

Sumpah demi apa pun, sampai detik ini Lavisha masih tidak mengerti, alasan apa kiranya yang mendasari perusahaan besar bernama AYG Corp. itu hingga harus mengundangnya pada acara ulang tahun yang pastinya akan dirasakan secara meriah itu.

Begini, lho. Lavisha pikir memangnya siapa dirinya? Apakah ia memiliki peran penting hingga perusahaan besar itu mengundangnya? Ia bahkan merasaka kalau dirinya tidak mengenal siapa pun dari sana. Mungkin akan lain ceritanya semisal Lavisha memang mengenal minimal seorang saja.

Ah, atau jangan-jangan perusahaan besar itu memang sengaja mengundang orang-orang secara acak, ya, untuk menghadiri acara mereka? Jika iya, ya sudahlah. Akan tetapi, misalnya bukan karena alasan yang satu ini, lalu apa?

Masalahnya, acara besar itu diadakan malam hari. Di ballroom hotel mewah, pula. Baru membayangkan itu saja, Lavisha sudah merasa insekyur duluan astaga. Belum lagi, biasanya acara-acara seperti itu mengundang orang-orang besar pula. Ya Tuhan, Lavisha semakin pusing karenanya.

Sambil mengeringkan rambutnya yang basah setelah keramas, gadis itu bergumam, "Kira-kira, gue dateng nggak, ya?"

Sepulang bekerja di pukul empat sore tadi, Lavisha memang memutuskan langsung mandi karena tubuhnya terasa berkali-kali lipat lebih lelah. Rencananya habis ini ia ingin langsung tidur saja, tetapi ingat kalau saat magrib tidak boleh mandi jadinya gadis itu mengurungkan niat sebelumnya.

Mengenai masalah yang sebelumnya sempat dibahas dan tengah diselidiki, ternyata Kanaya dan dirinya malah menemukan fakta-fakta baru yang lebih mengejutkan daripada sebelumnya. Bayangkan saja, yang diselidiki hanya satu orang, tetapi yang terbongkar kedoknya ternyata lebih dari tiga. Sudah begitu, mereka-mereka yang katakanlah bermasalah ini termasuk dalam jajaran agent-agent populer dengan rating tinggi di aplikasi.

"Jangan-jangan karena ini juga makanya rating beberapa agent nggak naik-naik, termasuk punya lo, Sha." Begitu tebakan Kanaya yang merupakan founder dari LOVORENT itu.

Apa yang Kanaya katakan memang masuk akal, tetapi Lavisha menolak percaya. Masa iya, sih, hal itu dapat mempengaruhi rating agent lainnya? Jika benar iya, sumpah. Rasanya sangat-sangat tidak adil. Lavisha benci semua hal yang berbau ketikdakadilan seperti ini.

Gadis itu kemudian merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur setelah rambutnya mengering. Posisinya saat ini adalah berbaring telentang di atas kasur lantai, sementara tangannya menggapai-gapai meja lipat yang berada di sisi kanan demi meraih ponsel miliknya.

Entah apa alasan jelas yang membuatnya melakukan ini, tiba-tiba saja Lavisha malah membuka room chat antara dirinya dan Ezra tanpa sadar. Namun, setelah ia menyadari kebodohannya, ia malah meneruskan kebodohan itu karena ternyata, membaca-baca riwayat chat dengan Ezra lumayan asyik juga.

Walaupun sebenarnya bisa dibilang mereka jarang bertukar pesan, sih. Paling hanya sekadar menanyakan lokasi yang menyertakan posisi salah satu di antara mereka berada sekarang. Atau bisa juga bertanya apakah sedang sibuk atau tidak.

Seperti biasanya, Ezra juga senang menggombal lewat pesan. Saat membacanya pun, Lavisha jadi tertawa-tawa sendiri karena merasa geli. Akan tetapi, saat menyadari kebodohannya, gadis itu langsung menepuk pipinya kuat-kuat. "Sadar, Sha! Lo ngapain, tadi!?"

Ponsel yang semula di tangan, kini diletakkannya di bawah bantal, sementara matanya dipaksa untuk terlelap. Namun, bayangan wajah Ezra malah terasa begitu nyata hingga akhirnya Lavisha merasa kalau dirinya sudah gila.

Dua hari setelahnya, tepatnya hari H acara ulang tahun AYG Corp. dilaksanakan, Lavisha masih maju-mundur. Antara pergi atau tidak. Ia bahkan masih belum memiliki pakaian yang sekiranya pantas untuk digunakan ke acara sebesar itu.

Pada kartu undangan yang diterimanya sih, tidak tertera dress code yang seharusnya ia pakai. Akan tetapi, Lavisha sadar diri jika semua pakaiannya tidak ada yang terlihat cocok untuk menghadiri acara sekelas ulang tahun perusahaan di hotel mewah seperti ini.

Inginnya sih, membeli pakaian baru saja karena kebetulan, uang tip yang diberikan saat ia memiliki klien---Ezra---waktu itu masih ada. Namun, di satu sisi Lavisha juga merasa sayang menggunakannya secara berlebihan. Masih banyak sekali yang harus ia penuhi karena beberapa hari terakhir ia malas bergerak untuk sekadar berbelanja. Biarlah uangnya disimpan dulu, begitu pikirnya.

Kebetulan tiba-tiba saja datang saat Mbak Anggia pulang bekerja dan meminta tolong untuk mencucikan pakaian miliknya yang sebelumnya Lavisha belum pernah melihat. Iseng-isenglah gadis itu bertanya, "Mbak beli baju baru, ya?"

Anggia yang ditanyai seperti itu menggeleng. "Nggak baru," jawabnya. "Itu hasil thrifting-an sama temen. Bagus-bagus lho, Sha. Barangnya masih baru-baru gitu, maksudnya bukan yang habis dipake orang."

Dahi gadis itu berkerut tak mengerti. Setahunya, thrifting adalah cara seseorang membeli barang bekas. Biasanya, barang-barang yang dijual adalah barang bekas pakai orang lain. Makanya ia bingung sendiri ketika Anggia berkata jika pakaian yang dibelinya bukan barang bekas pakai. "Gimana, Mbak? Visha nggak mudeng."

"Haduh." Anggia mendesis sebal. "Gini lho, Sha. Kan biasanya di mall-mall gitu banyak tuh, baju-baju yang nggak laku karena cacat produknya. Nah, ada yang dijual lagi ada yang nggak tau, lah, di kemanain. Yang ini tuh baru banget buka kemarin tempatnya, mereka khusus jual barang-barang bekas yang nggak laku terjual gitu karena barangnya cacat."

Sepupu Lavisha itu kemudian meraih plastik putih yang dipegang oleh sepupunya, lantas menunjukkan beberapa pakaian yang telah ia beli. Salah satunya adalah kemeja jeans putih yang terlihat masih bagus di mata Lavisha, makanya mustahil jika ini dibilang barang bekas. Akan tetapi, Anggia lantas meneliti pakaian itu dan menunjukkan beberapa bagian. "Nih, lihat. Kancing bagian kerahnya nggak ada, kan?"

Benar saja saat Lavisha melihatnya. Kancing pada bagian kerah kemeja jeans itu tidak ada. Hanya ada benangnya saja yang terlepas. Anggia kemudian menambahkan. "Karena barangnya cacat begini, jadinya nggak ada yang mau beli, kan? Nggak tau sih udah berapa tahun nggak lakunya, tapi yang namanya kemeja kayak gini mah, masih sah-sah aja dipake sampe bertahun-tahun setelahnya, kan?"

"Iya juga sih, Mbak. Terus kancingnya itu gimana? Dua, lho, yang hilang."

Anggia mengangkat bahunya cuek. Kemudian menunjukkan sisi bawah bagian kiri kemeja itu dan tersapat kancing di sana. "Ini ada kancing di sini. Bisa dicopot, terus pasang di tempat yang seharusnya, deh, gampang."

Gara-gara Anggia juga, di sinilah Lavisha berada sekarang. Mumpung hari masih pagi menjelang siang, ia menyempatkan diri untuk pergi ke lokasi yang diberitahu oleh kakak sepupunya itu. Ya apa lagi yang akan ia lakukan kecuali mencari pakaian 'baru'? Walaupun tidak ada waktu untuk mencucinya, tidak apalah pikir Lavisha. Ia akan membeli disinfektan khusus untuk pakaian nanti sepulangnya dari sini.

Ya, semoga aja baju pilihannya nanti tidak memiliki sisi kotor yang mengharuskannya dicuci lebih dulu, sih.

Sementara di sisi lain, Lavisha bahkan tidak menyadari jika baru saja ada seseorang yang mengikuti dirinya hingga ke dalam toko sebelum akhirnya menghilang begitu saja setelah mengambil beberapa gambar dan mengirimkannya kepada seseorang.

Orang yang mengikuti Lavisha itu kemudian terlihat menghubungi seseorang. Setelah tersambung, manusia berjenis kelamin perempuan itu berujar, "Kemungkinan besar, kekasih Anda akan menghadiri acara perusahaan kita, Pak. Beliau sekarang sedang berbelanja, sesuai dengan foto-foto yang saya kirimkan. Tapi masalahnya, beliau mendatangi toko thrift---"

"Tugasmu hanya untuk memantau pergerakannya, Tania. Bukan untuk mengomentari ke mana dia pergi dan apa yang dia cari."

Wanita yang disebut sebagai Tania itu meneguk salivanya susah payah karena sang atasan tiba-tiba saja memotong kalimatnya dengan sindiran yang cukup menampar. "M-maafkan saya, Pak. Tapi, kan, maksud saya, kita bisa belikan pakaian baru semisal beliau tidak ingin mengeluarkan uang lebih. Toh, Bapak sendiri yang memaksa beliau untuk hadir---"

"Nggak usah. Dia nggak bakal suka. Biarkan saja, toh, saya menyukai dia apa adanya, bukan karena pakaian yang dia kenakan. Lagi pula, saya yakin kalau dia akan tampil luar biasa malam ini."

ס+!×
Kamis, 28 April 2022

✓LOVORENTWo Geschichten leben. Entdecke jetzt