"Ra udah deh dari tadi lo minum banyak banget, lo nggak kuat minum banyak mau kobam hah?" Omel Thea lelah melihat sahabatnya itu terus saja meraih minuman beralkohol itu.

"Kali kali gue kobam nggak papa kali ya?"

"Ck. Please deh ra cuman gara gara si Arka mau tunangan bukan mau kawin juga lo masih ada kesempatan selama dia belum kawin, nggak usah sampe kobam segininya"

"Bawel banget sih jadi temen mau gue cekokin alkohol juga?" Bukannya takut Thea malah kembali mencibir Inara. Ya pikir aja di antara keduanya yang jelas jago minum itu Thea main masuk keluar club kaya gini tuh udah kesehariannya yang di ancam seperti itu mana takut dia.

"Eh ya?" Panggilnya pada Thea

"Hmm"

"Apa gue terjang aja si Arka duluan ya?"

"Maksudnya?" Thea idak mengerti maksud dari pertanyaan Inara.

"Iya gue terjang si Arka suruh si Arka masukin gue buat gue hamil gitu, kan si Arka nanti merasa bersalah terus dia bakal putusin noh tunangannya married sama gue, lagian nyokap gue udah pengen cepet gendong cucu kan. Terus gue hamil ngelahirin ngurus anak keluar dari Nona Rose beres deh masalah hidup gue" Inara tertawa membayangkan semua ucapannya menjadi kenyataan. Tapi berbeda dengan Thea malah bergidik ngeri dengan rencana temannya itu. Semua tidak akan semudah apa yang Inara pikirkan.

"Gila lo ra, pikiran lo bener bener udah kacau"

"Ya perut gue nggak enak kaya nya mau muntah deh"

"Yaelah ra jangan muntah disini sana sana cepetan ke kamar mandi, gini nih males bawa loh minum minum kaya gini tuh ujung ujungnya pasti muntah. Sana cepetan pergi ke kamar mandi" Omel Thea yang langsung di turuti Inara.

Inara berjalan dengan keadaan mabuk jalannya sudah oleng kadang kadang menabrak orang ataupun tembok. Tangannya ia tahan di mulutnya takut tiba tiba dia muntah dimana saja.

Hoekkk Hoekkk

Inara berhasil menumpahkan seluruh isi di perutnya. Dia tersenyum lega akhirnya dia bisa memuntahkan semuanya.

"Mbakk ko muntah di baju saya?"

Seketika Inara sadar saat mendengar suara laki laki yang tengah protes padanya. Sial dia muntah di pakaian laki laki itu yang tidak Inara kenal sedikit pun. Dia pikir dia sudah menemukan toilet ternyata bukan.

"Aduh maaf gimana ini" Jujur Inara bingung mana muntahnya bau banget.

"Ck.sini ikut saya mbaknya harus tanggung jawab.

Laki laki itu menarik tangan Inara memasuki salah satu kamar hotel yang ada di sana. Davin, nama laki laki yang terkena muntahan Inara itu. Dia mulai melepaskan jasnya dan kemejanya meyerahkannya pada Inara menyuruhnya mencuci itu sekarang juga. Tapi Inara malah memberi respon berbeda dia malah terkesima dengan otot perut Davin yang berbentuk kotak kotak seperti opah korea.Tanpa sadar Inara menjulurkan tangannya meraba perut Davin.

"Mbak? Mbak lagi ngapain?" Tanya Davin  tidak kuat dengan sentuhan Inara.

"Saya baru lo pertama kali liat ini, bagus banget"

"Iyalah kan saya sering olahraga" Bukannya risih dengan sentuhan Inara Davin justru malah menyombongkan diri.

"Eh?"

"Kenapa?"

"Baru tahu cowok ada tetek nya juga, lucu lagi"

"Ah jangan di sentuh dong mbak, saya jadi panas dingin ini"

"Lucu" Inara terus memainkannya membuat Davin jadi menahan hasratnya.

"Kenapa ekspresi kamu kaya gitu?" Tanya Inara.

"Panas dingin gara gara mbak"

"Ko gara gara saya?"

"Iya mbak mainin gituh ya gimana nggak panas dingin"

"Ya udah gantian"

"Hah?" Gimana maksdnya Davin tidak mengerti maksud dari kata kata Inara. Karena lama Inara menarik tangan Davin ke arah gundukan kembarnya.

"Ayo mainin juga" Secara otomatis tangan Davin mulai meremas remas gundukan itu. Davin sadar kalau seseorang di depannya ini tengah mabuk tapi sudah kepalang Davin nikmati saja setiap remasannya.

"Eungghh jangan kenceng kenceng sakit" Ucap Inara di sela kegiatan Davin.

Davin tidak kuat lagi mendengar setiap desahan Inara. Dia mendekatkan bibirnya dengan bibir Inara mulai menggerakkannya dengan halus. Siapa sangka Inara membalasnya juga. Lama kelamaan ciuman itu berubah menjadi sedikit menuntut. Di dorongnya tubuh Inara ke tempat tidur. Sudah kepalang Davin sudah tidak bisa menghentikan aksinya lagi, toh yang memulai duluan Inara bukan dirinya.

Tangan Davin mulai melepaskan satu persatu pakaian yang menutupi tubuh indah perempuan ini. Setelah benar benar naked Davin menelan ludah sendiri. Inara yang melihat itu hanya tersenyum lalu kembali mendekatkan bibirnya dengan Davin yang tentunya di balas senang hati oleh laki laki itu.

"Ahhh..nggak kuat sakitt perihh"

"Bentar doang baby nanti juga enakk"

"Ahhh"

"Eungghh shhh"

Awalnya Davin tidak percaya ternyata perempuan ini masih perawan tapi nasi sudah jadi bubur. Davin sudah telanjur memasukkannya, maka dari detik itu juga Davin sudah memutuskan tidak akan pernah melepaskan Inara meski perempuan itu meminta. Perempuan ini sekarang sudah menjadi miliknya.

"Ahh mau pipiss"

"Bareng baby" Davin menambah kecepatannya.

"Ahhh ahhh"

Crott crottt

"I love you, mulai sekarang you're mine"

***

Hallooo Apa kabar kaliannn?

Aku balik lagi nih dengan cerita nggak kalah seru dari Aletta-Orion. Semoga kalian betah ya mampir di lapak baru aku bareng Inara-Davin.

See you..

One Night Change ItWhere stories live. Discover now