III

1 2 0
                                    

Author POV
Beberapa tahun yang lalu.....
Mereka semua berpakaian rapih, menyaksikan si anak sulung keras kepala, Trissa, naik keatas panggung. Memegang piagam penghargaan atas pemikirannya dalam mengatasi banjir ibukota.

Sedangkan orang tua anak ini bertengkar dibangku penonton karena sang ayah lupa membawa kamera hitam putih mereka.

Ibu dari anak ini pun tak mau disalahkan karena ia sibuk mengurus 2 anak kecil yang terus mengajak keluar ruangan membeli coklat dikantin sana.

Saat anak pintar itu turun dari panggung, tak ada satupun mata yang tak berusaha menatapnya.

Selepas pidato panjang walikota dan doa penutup dibacakan, satu persatu hadirin pergi keluar ruangan.

Keluarga kecil Trissa memilih keluar terakhir, menikmati setiap momen berada di tempat yang tak pernah mereka duga akan kesana seumur hidup mereka.

Untuk merayakan itu semua dan untuk permintaan maaf karena lupa membawa kamera, papa mengajak mampir makan rawon dipinggir jalan.

Tak perlu khawatir tempat parkir, karena mereka tak punya kendaraan pribadi. Toh, angkutan umum tak neko neko dalam urusan ngetem.

Tak perlu makanan mahal untuk membuat mereka bahagia, selera anak sulung mereka jauh dari standar mahal.

Makanan kesukaan Trissa adalah makanan hajatan plus kerupuk udang. Makanan yang tentunya gratis, walau jarang didapat karena hanya hajatan tak ada setiap hari.

Jadi semuanya terasa nikmat.
Sekaligus merayakan ulang tahun si bungsu Angsoka , yang belum bisa bicara. Tentu ia tak akan menuntut apa apa, diajak jalan jalan saja sudah senang.

"Kakak yakin mau ngambil beasiswa ke Singapura itu? Kita nggak punya kenalan siapa siapa, loh kak di sana" papa membuka percakapan

"Iya, lumayan buat nyari pengalaman, nggak usah khawatir tentang kenalan. Kalau kita nggak punya kenalan aku bakal punya teman banyak nanti"

"Tapi kak, umur kamu pas lulus baru 10 tahun loh, jauh lebih muda daripada yang lain. Kamu yakin bakal dapat teman?"

"Pa, aku ini bisa loncat kelas 2 kali karena pikiran aku yang udah lebih jauh daripada anak anak seumuran ku yang lain. Pasti aku nyambung kok sama yang lain, tenang aja"

Sementara dua orang keras kepala itu saling berdebat, Bella si anak tengah menatap kearah piagam kakaknya yang dibiarkan begitu saja diatas meja. Yang lain terlalu asyik berdebat.

Bocah 6 tahun itu penasaran, apa yang membuat benda itu mengkilap seperti itu? Apa ia akan dapat itu juga saat umurnya seperti kakaknya?

Ah tapi rasanya tidak mungkin. Ia bahkan belum sekolah, membaca pun belum lancar.

Sedangkan kak Trissa suka membaca buku-buku tebal dirumah. Pasti benda mengkilap itu hanya dibuat untuk orang yang suka membaca buku-buku tebal.

Walaupun ia tak bisa memilikinya, setidaknya ia bisa mempraktekkan bagaimana kakaknya tadi memegang benda mengilap itu.

Ia menariknya kepinggir meja dan...
Prang...
Piagam itu hancur.
Ia dalam masalah.

Hai guys
Makasih banyak buat kalian yang udah baca.
Vote terutama komen sangat dibutuhkan, semoga penulis bisa membuat karya yang lebih menarik dan seru.
Luv from me
-author

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MiddleWhere stories live. Discover now