Tulipa sylvestris

3.1K 235 27
                                    

Ku rasa seorang pria dan wanita memang tidak bisa berteman - Yoon Dong Hyun at Soundtrack #1

🌷🌷🌷

Malam semakin larut, namun gairah untuk menyelesaikan pekerjaan tetap membara dengan sempurna. Matanya sedari tadi tak merasakan kantuk sama sekali. Apalagi dengan ditemani secangkir kopi hitam pekat sebagai teman untuk menyelesaikan semua misinya. Semuanya terasa ringan seperti bekerja di pagi hari.

Bunyi notifikasi gawai membuyarkan konsentrasi gadis itu. Segera ia meraih gawai yang ia letakkan di samping laptop.

'Annyeong, chingu.' (Halo, teman)

Gadis itu seketika terkekeh pelan. Lalu membalas dengan cepat.

'Tumben kirim pesan? Tugasmu udah selesai?'

Gadis itu lalu meletakkan gawainya di tempat semula. Ia menyeruput kopi yang tinggal setengah. Netranya lalu menatap kota Jakarta dari ketinggian. Spot ruang kerja di apartemennya sungguh memberikan banyak keuntungan dari segi pemandangan. Letak yang strategis dan panorama kota Jakarta yang cukup indah itu kerap kali membuatnya lebih tenang dikala kesibukan bekerja.

Lamunan sejenaknya itu buyar ketika gawainya kembali berdenting singkat tanda pesan masuk. Langsung saja gadis itu meraih gawainya dan membaca pesan tersebut.

'Jangan terlalu keras untuk diri sendiri. Tidurlah, besok dilanjutkan lagi. Kesehatan itu nomor satu.'

Gadis itu berdecak kecil. "Bagaimana aku bisa tenang dikala semua masalah berkumpul jadi satu, Jan? Istirahat? Bahkan aku hanya tidur dua jam setiap harinya untuk menyelesaikan semua pekerjaan ini."

Gadis itu tak membalas dan memilih meletakkan gawainya di tempat semula. Ia lalu beranjak dari duduknya dan keluar menuju balkon apartemen. Udara malam langsung menyeruak dan terasa dingin menusuk kulitnya. Ia lantas menghela napasnya panjang.

"Tuhan, sungguh ini terasa melelahkan."

Gadis itu lalu tersenyum miris. "Rindu Seoul." Ia lantas terdiam sejenak.

Tak lama kemudian, gadis itu mengusap wajahnya pelan. Ia tengah dilanda masalah pekerjaan dan harus menyelesaikan dengan segera. Semua tenaga dan waktu sudah ia kerahkan dengan maksimal, namun ternyata tak semudah yang dikira. Ia masih harus bekerja lebih keras lagi.

Gadis itu kembali masuk ke dalam apartemennya. Ia menutup rapat pintu kaca tersebut dan pemandangan luar masih tampak jelas. Kembali lagi ia menyelesaikan tugas dengan berjibaku bersama laptop dan lain-lain.

Tak terasa waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Namun pekerjaannya masih banyak dan kantuk belum juga menyapanya. Apakah ia harus begadang sampai subuh dan tidur setelahnya? Terkadang ia merasa telah menyiksa tubuhnya sendiri dengan pola hidup yang amat berantakan. Belum lagi pola makan yang tak teratur dan makan ketika ingat serta lapar saja. Semoga saja tubuhnya memahaminya dengan baik dan sehat sampai nanti.

Saat sedang meregangkan ototnya, gawainya berbunyi tanda panggilan masuk. Langsung saja ia melihat siapa yang meneleponnya.

"Hei, tidur. Kamu emang keras kepala banget jadi orang." Bukannya salam, tetapi omelan yang pertama kali didengar oleh gadis itu.

"Kamu juga belum tidur, botak!"

"Botak? Botak darimana kalau masih ada rambutnya?!"

Gadis itu justru terkekeh pelan. Ia memilih mematikan laptopnya setelah menyimpan semua filenya dengan baik. Sepertinya berbicara dengan sahabatnya itu lebih baik ketimbang pusing menatap laptopnya.

"Udah ada sinyal? Tumben banget bisa telepon. Biasanya aja ngilang-ngilangan," balas gadis itu.

"Aku pindah," jawab penelepon di seberang sana.

Menghitung KarsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang