"Oke."

Salah seorang begal melempar dompet yang sudah kosong pada Samuel. Seseorang lainnya mengambil ponsel di tangan Samuel.

Samuel tak mau melawan. Karena dia takut akan membunuh kedua begal dan berakhir mendekam di balik jeruji besi. Kasian nanti Veronica jadi janda sementara.

Untuk sekedar lari pun ia tak bisa, karena kepalanya yang terus berdenyut.

Setelah merampas ponsel dan uang Samuel, kedua begal itu lari menuju seorang begal lainnya yang sedang duduk di motor.

Mereka langsung menaiki motor bertiga, meninggalkan Samuel yang masih terduduk sambil menatap kepergian mereka dengan wajah julid.

"Dasar begal boti!" Teriak Samuel, dengan sisa-sisa tenaganya yang masih ada.

Samuel mengambil black card nya yang berserakan dan memasukkannya kembali ke dalam dompet.

Walaupun kepalanya berdenyut dan mulai mengeluarkan darah. Samuel memaksakan diri untuk tetap berjalan sampai mansion.

FLASHBACK END

Veronica menatap wajah Samuel yang masih tanpa ekspresi. Tidak ada rasa takut, terkejut, sedih atau apapun yang tergambar di wajahnya. Padahal kepalanya baru dipukul serta uang dan HP nya baru saja di ambil orang.

Jika Veronica yang mengalaminya. Mungkin ia akan nangis kejer-kejer karena kedua barang itu adalah hal yang lumayan penting baginya.

"Om gak sedih abis kehilangan HP dan Uang?" Bingung Veronica.

"Kehilangan HP dan sedikit uang tidak akan membuat saya langsung jatuh miskin."

"Kesombongan yang tidak patut untuk ditiru. Tapi gue suka gaya lo om. Keren!"

Mendapat pujian dari Veronica tiba-tiba membuat hatinya berbunga-bunga. Tapi itu tidak berlangsung lama, karena ucapan Veronica selanjutnya.

"Syukurlah, Black card gue gapapa."

"Saya suami kamu, Veronica." Tegur Samuel karena merasa Veronica lebih mementingkan black card nya.

"Gue tau. Lagian gak ada yang bilang kalau suami gue tuh mas Guntur, ya om!"

Mendengar nama Guntur lagi-lagi disebut oleh Veronica, membuat mood nya kembali buruk. Samuel berdiri dan berjalan menuju kasur.

Veronica ingin ikut, namun ucapan Samuel membuat langkahnya terhenti.

"Pergi, saya ingin sendiri!"

"Biar ku menemanimu, membasuh lelahmu. Izinkan ku lukis senja, mengukir namamu di sana..."

"Tidak saya izinkan, karena kamu bukan budi Doremi." Samuel berbalik, menatap tajam Veronica. "Jadi silakan pergi dari kamar saya!"

"Tap-"

"Pergi, Veronica!"

Veronica mengedikkan bahu acuh. Kemudian keluar dari kamar Samuel.

Samuel menghela napas lega karena Veronica sudah pergi. Dia membaringkan tubuhnya ke kasur dan bersiap untuk tidur. Namun ketukan di pintu membuat matanya kembali terbuka.

Tok tok tok

"Samuel!" Teriak Veronica dari luar. Samuel mengusap wajah kasar lalu mengubah posisinya menjadi duduk. Menunggu kelanjutan tingkah sang istri.

"Do you wanna build the snowman?" Teriak Veronica lagi. Terdengar seperti sebuah nyanyian, karena memang itu adalah lagu di film frenjon.

Tanpa sadar, Samuel terkekeh kecil. Dengan bodohnya, Samuel malah membalas teriakan Veronica. "Go away Veronica!"

"Oke, bye..."

Setelah mendengar langkah kaki yang mulai menjauh dari luar, tawa Samuel mulai keluar. Tawa yang selama ini tidak pernah terlihat, mulai ia keluarkan karena tingkah sang istri.

Sifat Veronica yang berubah setelah terjatuh dari atas pohon membuat hari-harinya kini berubah. Hari-hari yang biasanya dipenuhi kesepian, mulai dipenuhi keributan karena ulah Veronica.

Samuel yang biasanya hanya diam dan tidak banyak bicara. Kini mulai terbiasa ribut dan kadang bicara panjang lebar agar bisa menang debat dengan sang istri.

🍀🍀🍀

Mata indah milik perempuan itu terbuka perlahan. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku, apalagi pada bagian tangan.

Veronica duduk, dengan mata yang sedikit masih menutup. Semalam dia begadang untuk menamatkan bab pertama yang kosong. Usahanya tidak sia-sia. Bab 1 sudah terisi full dengan tulis tangannya.

Veronica melihat jam dinding.

"Udah jam 8 pagi, saatnya beban Samuel bangun..." Ucap Veronica pada dirinya sendiri.

Veronica membereskan buku-buku yang berserakan di kasur untuk ia masukkan kembali dalam lemari. Tidak lupa ia pun menandai tanggal seperti biasanya.

Setelah itu, Veronica berjalan riang keluar dari kamar dan pergi ke meja makan.

"Udah jam segini, pasti si Samuel udah berangkat kerja. Ga asik!"

Tapi dugaan Veronica salah. Ternyata Samuel belum berangkat kerja. Pria itu kini duduk sambil menundukkan kepalanya di kursi.

Veronica berlari menghampiri Samuel. "Selamat pagi, om!"

Veronica mengambil duduk di samping Samuel. Di hadapannya kini sudah terhidang berbagai jenis makanan. Veronica sampai meneguk ludah secara kasar saat melihatnya.

Samuel hanya menoleh sekilas, kemudian melanjutkan makannya lagi. Kepalanya terasa pusing dan tubuhnya pun terasa sangat lemas. Tapi dia tidak berani mengadu pada Veronica.

Sebuah punggung tangan tiba-tiba menempel di dahi Samuel.

"Om sakit?" Tanya Veronica, agak memicingkan matanya.

Tangan Veronica beralih ke pipi dan leher Samuel. Merasakan rasa hangat yang menjalar ke punggung tangannya.

Samuel ingin menepis tangan Veronica yang tanpa izin menyentuh wajahnya. Tapi Veronica mengelus rahangnya, membuat Samuel memejamkan mata menerima usapan itu.

"Hari ini gak usah ke kantor dulu ya?" Tanya Veronica, masih mengelus rahang Samuel.

Samuel membuka mata perlahan. Menurunkan tangan Veronica untuk menjauh dari wajahnya. Ia melakukan itu agar tidak disangka nyaman dengan perlakuan Veronica.

Tapi emang beneran nyaman sie:v

"Saya masih banyak pekerjaan." Jawab Samuel, acuh.

"Emangnya gak bisa dikerjain di rumah aja? Lo lagi demam gini."

Samuel merasa pipinya memanas karena ucapan Veronica yang seperti mengkhawatirkan nya.

Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Samuel langsung beranjak meninggalkan meja makan. Bukan untuk kembali ke kamar, melainkan pergi keluar. Dia akan tetap pergi bekerja hari ini. Walaupun sang istri melarangnya.

Veronica yang melihat hal itu pun langsung berdecak.

"Kepala batu banget ni om-om!"

🍀🍀🍀

Up lagi besok.
Jangan lupa promosiin cerita ini agar lebih banyak yang baca.

TO BE CONTINUE...

My Fictional Husband [TAMAT]Where stories live. Discover now