58

2.3K 612 38
                                    

Bukan bermaksud tidak tahu terima kasih. Sama sekali tidak seperti itu. Namun, demi kebaikan bersama ada baiknya bila Elodile menyerang Julian ketika aku dan Duke Asherah sedang dalam keadaan AMAN. Terutama Duke Asherah. Dia masih berusaha bertahan agar tidak meluncur jatuh.

Petir menggelegar. Cahaya yang ke luar dari telapak tangan Elodile pun makin benderang. “Anda benar-benar harus diselamatkan!” teriaknya meningkahi raungan guntur. Aku yakin “selamat” yang dimaksud Elodile pasti bukan mengenai menyingkirkan suami dan besan. Semoga. SEMOGA.

Dalam novel kesaktian Heroine, Belle, mampu mengusir kegelapan dalam diri Hero—Cian—dan mengembalikan kewarasan dalam dirinya. Namun, pertanyaan perihal kesaktian milik Elodile akan sekuat Belle masih disangsikan TERUTAMA OLEHKU! Ya maaf saja, aku tidak rela meninggalkan Cian dan Oscar. Sampai kapan pun aku tidak ikhlas membiarkan Oscar bersanding dengan wanita lain! Sebut saja obsesiku ini sebagai “cara bertahan hidup seorang istri agar tidak tewas tersetrum listrik”.

Angin menderu, membawa bising yang begitu menyakitkan didengar telinga. Sebagian orang bertahan di posisi masing-masing, bersiap menunggu komando dari Duke Asherah yang masih bergelantungan seperti buah matang di pohon.

“Sekarang Anda akan merasakan betapa mengerikannya Zenu, dewa pembalasan,” Elodile memperingatkan. “Turunkan Besan atau saya akan memaksa Anda dengan berkat Zenu!”

Alih-alih mendengarkan, Julian berusaha terbang—pergi. Namun, begitu dia berusaha terbang pendeta langsung menembakkan anak panah. Berbeda dari tombak-tombak yang sama sekali tidak bisa menembus sisik-sisik Julian, panah-panah langsung menancap di sepanjang sayap Julian. Setiap anak panah memendarkan cahaya. Kemudian anak panah pun berubah wujud menjadi rantai. Elodile mengepalkan tinju. Seketika rantai membelit tubuh Julian, memaksanya turun.

Tentu saja Julian tidak mendarat dengan mulus. Dia terbanting, BRUUUK, ke tanah dalam posisi miring. Aku waswas membayangkan Duke Asherah terhimpit. Namun, dia ternyata telah menyingkir dari leher Julian dan sekarang kembali bersama pasukan manusia. Minus diriku. Aku masih terjebak dalam cengkeraman tangan Julian.

Julian meronta, berusaha membebaskan diri. Semakin dia berjuang melonggarkan ikatan, makin erat rantai membelit. Masing-masing pendeta pun mulai menjatuhkan perisai; jenis perisai yang diciptakan dari kekuatan suci; ke sekitar tubuh Julian. Perisai membentengi Julian seperti sangkar kaca, membatasi akses gerak dan jalan pelarian Julian.

Bahkan dalam keadaan terpojok pun Julian enggan melepaskanku! Sepertinya dia memang tahu benar cara menyeretku dalam suasana tidak menyenangkan. Aku bahkan tidak akan terkejut bila dia membawa serta diriku jatuh ke dalam neraka.

‘Hei, ini jelas tidak romantis!’

Para pendeta pun mulai melantunkan doa. Bersama mereka menciptakan paduan suara. Julian mengerang kesakitan. Perlahan cengkeraman tangan pun mulai melemah dan momen itu aku manfaatkan untuk meloloskan diri. Begitu bebas salah satu perisai langsung membuka, memberi jalan, bagiku pergi.

Oscar langsung menyambutku, memeluk, dan menenangkan diriku yang tengah menangis terisak. Segala emosi buruk yang hampir saja menenggelamkan diriku pun perlahan luntur. Kesedihan, ketakutan, dan rasa tidak aman selama bersama Julian terhapus begitu saja.

Di belakangku terdengar erangan. Doa-doa dilagukan makin nyaring. Elodile mengerahkan seluruh kesaktiannya. Cahaya dari rantai dan perisai makin terang. Aku memejamkan mata, tidak sanggup menahan silau. Bukan hanya cahaya, melainkan panas pun terasa. Bagiku hanya seperti terpaan sinar matahari, tetapi bagi Julian mungkin seperti ribuan tawon menyengat secara bersamaan.

Lantas ketika cahaya surut sosok naga telah lenyap.

Hanya ada Julian, terantai, telanjang bulat, dan terkurung dalam perisai.

Survive as Hero's Mother  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang