21

6.3K 1.5K 151
                                    

Akhir-akhir ini perhatianku hanya terfokus pada acara persiapan pesta pertunangan. Gaun, cincin, makanan, bahkan tema pesta semakin membuatku lupa mengenai betapa mengerikannya kemungkinan berjumpa kembali dengan Julian. 

Dahulu, ketika aku masih hidup sebagai manusia biasa, salah satu kenalanku mengalami pelecehan di dalam angkutan umum. Ada seorang pria yang dengan sengaja menyentuh paha kenalanku. Akibat kejadian itu, kenalanku pun mengalami trauma dan benar-benar menghindari angkutan umum. Alhasil dia terpaksa mengeluarkan biaya tambahan dengan menyewa taksi. Kalaupun dia mengalami kesulitan keuangan, maka dia akan memilih ojek dan kalaupun dia bersedia naik kendaraan umum, maka itu sudah pasti hanya kereta api.

Orang tidak mengerti seberapa berat bagi kami melawan rasa takut yang HIDUP di kepala serta menghantui pikiran kami. Ini tidak semudah memaafkan maupun membiarkan kami, korban pelecehan, mendapat kesempatan kedua. Hal yang Julian lakukan kepadaku itu benar-benar JAHAT. Sampai kapan pun aku tidak bisa membiarkan dia masuk ke zona kehidupan milikku maupun Cian. Sekalipun dia menangis siang malam tanpa henti, tetap saja tidak bisa mengenyahkan rasa jijik yang ia tinggalkan kepadaku!

***

“Ibu?”

Panggilan Cian berhasil mengalihkan perhatianku dari pikiran buruk. Sekarang kami berdiri bersampingan, siap menyambut pesta pertunangan.

Cian mengenakan setelan biru muda dengan dasi kupu-kupu, sementara aku mengenakan gaun merah muda berhias batuan biru. Rambutku dikepang menyamping dan diikat menggunakan sutra biru. Pada bagian pinggang dihiasi bunga buatan berwarna biru laut. Secara keseluruhan aku sengaja memilih model pakaian berdasarkan warna mata dan rambut Oscar.

“Ibu baik-baik saja.”

Cian menempelkan pipi ke tanganku yang mengenakan sarung tangan putih. “Ibu, panggil aku nanti kalau Ibu ingin menenggelamkan orang jahat.”

‘Cian, darimana kau mendapatkan ide mengenai menenggelamkan? Apa ini gara-gara sering bergaul dengan Raye?’

Pesta pertunangan ini tidak mengharuskan kehadiran Cian. Nanti Cian hanya akan bersama pengasuh dan pengawal yang bertanggung jawab menjaganya.

Tidak lama kemudian Oscar datang, menjemput kami. Gweny ternyata menghabiskan waktu bersama Oscar. Dia memilih bertengger di bahu Oscar seolah mengatakan kepadaku, “Ibu setuju dia jadi mantu, Nak.” Kemudian dia terbang dan memilih mendarat di kepala Cian.

“Siap?” Oscar mengulurkan tangan.

“Dengan senang hati,” jawabku sembari meraih tangan Oscar.

Aku dan Oscar berjalan berdampingan, sementara Cian digendong oleh pengawal yang mengekor di belakang kami. Walau jantung berjoget tidak menentu seakan hendak disko satu dua hup hup, tetapi ekspresiku terlihat tenang dan datar. Benar-benar mulus.

Pintu menuju aula pesta pun dibuka, menampilkan para undangan dalam busana indah dan mewah, serta alunan musik pun terdengar melambat kemudian padam. Oscar memperkenalkan diriku sebagai tunangan. Lantas setelahnya kami harus melakukan dansa pertama kali sebelum hadirin lain diperbolehkan melakukan dansa.

Tarianku benar-benar ... hanya bergantung di kaki Oscar! Untung dia tidak keberatan dan terkekeh sepanjang menari. “Ratu Monster tetap tidak bisa menguasai satu tarian pun.”

Aku menempelkan pipi ke dada Oscar, pura-pura tidak mendengar.

“Sekarang aku mengerti mengapa pelatih dansa selalu menekuk wajahnya,” kata Oscar, masih tertawa. “Hei, kenapa kau senang menempelkan pipi ke dadaku? Apa suara degup jantungku terdengar indah?”

“Hmm,” sahutku.

Kemudian pasangan lain pun ikut turun ke lantai dansa. Semua menari dengan wajah ceria dan tidak satu pun terlihat kecewa. Ketika musik selesai dimainkan, Oscar langsung membimbingku menjauh dari area dansa.

Survive as Hero's Mother  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang